6 Klub yang Finis di Papan Bawah EPL meski Mencetak Banyak Gol

- Leeds United dan Oldham Athletic finis di papan bawah EPL meski mencetak banyak gol pada musim 1992/1993.
- Manchester City juga pernah finis di peringkat 16 EPL setelah mencetak 55 gol pada musim 2003/2004.
- Brentford dan Tottenham Hotspur juga mengalami hal serupa, meskipun produktif dalam mencetak gol, mereka tetap terpuruk di papan bawah klasemen.
Gol adalah elemen terpenting dalam pertandingan sepak bola. Untuk bisa meraih kemenangan, sebuah tim wajib mencetak gol. Makin banyak mencetak gol, makin besar pula peluang menang dan berprestasi. Namun, rumus itu hanya berlaku jika pertahanan tim tersebut juga bisa diandalkan. Jika tidak, torehan banyak gol bisa menjadi sia-sia.
Hal itu pernah dibuktikan oleh beberapa klub di English Premier League (EPL). Mereka pernah membuat banyak gol dalam 1 musim, tetapi malah finis di papan bawah klasemen. Inilah enam klub yang pernah mengalami kenyataan pahit tersebut.
1. Leeds United finis di peringkat 17 EPL 1992/1993 meski membuat 57 gol
Pada 1992/1993, ada dua klub yang finis di papan bawah EPL dengan torehan minimal 57 gol. Salah satunya Leeds United, yang berakhir di peringkat 17 klasemen meski membuat 57 gol. Dengan jumlah tersebut, Leeds sebenarnya lebih subur dibanding banyak tim di atas mereka. Bahkan, koleksi mereka Leeds dengan Aston Villa yang menjadi runner-up.
Premier League sendiri saat itu masih berisi 22 tim peserta. Setiap tim pun harus melakoni 42 laga dalam semusim. Hasilnya, Leeds mencatat 12 kemenangan, 15 hasil imbang, dan 15 kekalahan. Mereka finis dengan 51 poin, hanya berjarak dua poin dari zona degradasi.
2. Oldham Athletic mencetak 63 gol di EPL 1992/1993 tetapi nyaris terdegradasi
Oldham Athletic juga subur di EPL 1992/1993. Mereka membuat 63 gol, lebih banyak dari koleksi 18 tim lain di EPL musim tersebut. Hanya Manchester United dan Blackburn Rovers yang mencetak lebih banyak gol dari Oldham Athletic. Sayangnya, ketajaman Oldham tak diimbangi pertahanan kuat hingga mereka kebobolan 74 kali.
Oldham Athletic pun hanya menang 13 kali, imbang 10 kali, dan kalah 19 kali sepanjang musim. Mereka mengoleksi 49 poin, setara dengan Crystal Palace. Beruntung, Oldham unggul selisih gol dari Crystal Palace hingga selamat dari degradasi. Mereka finis di peringkat 19, satu tingkat di atas zona merah alias peringkat 20−22.
3. Manchester City finis di peringkat 16 EPL 2003/2004 dengan koleksi 55 gol
Manchester City juga pernah finis di papan bawah EPL sebelum menjelma jadi klub kaya. Salah satunya pada 2003/2004 saat mereka finis di peringkat 16. Padahal, Manchester City saat itu berhasil membuat 55 gol. The Citizens kebobolan 54 gol, yang artinya mereka juga masih punya selisih gol positif.
Manchester City sebenarnya sempat lima kali menang besar di EPL musim tersebut. Salah satunya kemenangan 4-1 atas Manchester United. Sebaliknya, The Citizens hanya dua kali kalah telak. Namun, mereka tetap lebih sering kalah, dengan 9 kemenangan berbanding 15 kekalahan.
4. Blackpool mencatat rekor unik saat terdegradasi dari EPL 2010/2011 dengan 55 gol
Mencetak banyak gol bahkan bukan jaminan sebuah tim bisa selamat dari degradasi. Kenyataan itu pernah dirasakan langsung oleh Blackpool pada 2010/2011. Blackpool tampil di EPL musim tersebut sebagai tim promosi. Hasilnya, mereka sukses mencetak 55 gol, lebih baik dibanding torehan sebelas tim lain.
Sayangnya, pertahanan Blackpool adalah yang terburuk di EPL musim tersebut. Mereka kebobolan 78 kali, lebih banyak dari semua tim lain. Alhasil, Blackpool menelan 19 kekalahan dan finis di peringkat 19 hingga terdegradasi. Blackpool pun mencatat rekor unik sebagai tim degradasi dengan torehan gol terbanyak di EPL.
5. Brentford membuat 56 gol di EPL 2023/2024 tetapi hanya finis di peringkat 16
Pada 2023/2024 lalu, giliran Brentford yang terpuruk di papan bawah EPL meski subur. Klub berjuluk The Bees itu mencetak 56 gol dalam 38 laga. Brentford tetap tajam walau kehilangan striker andalan mereka, Ivan Toney, pada paruh pertama musim. Peran Toney mampu digantikan Yoan Wissa dan Bryan Mbeumo dengan cukup baik.
Sayangnya, lini belakang Brentford tak mampu mengimbangi kinerja lini serang mereka. Brentford kebobolan 65 kali hingga hanya meraih 10 kemenangan dan 19 kekalahan. Pada akhirnya, mereka finis di peringkat 16 klasemen dengan 39 poin. Brentford masih aman dari degradasi karena klub-klub di bawah mereka tampil jauh lebih buruk.
6. Tottenham Hotspur terpuruk di peringkat 17 EPL 2024/2025 meski mencetak 64 gol
Klub terbaru yang masuk daftar tak membanggakan ini adalah Tottenham Hotspur. The Lilywhites baru saja menyudahi EPL 2024/2025 di peringkat 17. Itu adalah capaian terburuk mereka di divisi utama Liga Inggris sejak 1976/1977. Tottenham beruntung tidak terdegradasi karena ada tiga klub lain yang lebih buruk dari mereka.
Jika melihat ketajaman Tottenham di EPL musim ini, mereka harusnya bisa finis jauh lebih tinggi. The Lilywhites mencetak 64 gol, lebih produktif dari sembilan tim di atas mereka. Koleksi Tottenham bahkan setara dengan Chelsea yang masuk empat besar. Namun, Tottenham menelan jauh lebih banyak kekalahan karena lini belakang yang rapuh.
Permainan menyerang ala pelatih Ange Postecoglou memang bak pedang bermata dua bagi Tottenham. Mereka bisa membuat 64 gol, tetapi juga kebobolan 65 kali. Tottenham pun menelan 22 kekalahan, rekor terburuk mereka sejak 1934/1935. Beruntung, The Lilywhites mendapat pelipur lara pada akhir musim berupa trofi Liga Europa.
Enam klub di atas sukses mencetak banyak gol dalam 1 musim EPL. Namun, lini belakang yang rapuh membuat mereka sering kalah dan akhirnya finis di papan bawah. Terbukti, ketajaman lini serang bukanlah satu-satunya syarat bagi sebuah tim untuk meraih prestasi.