Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Konflik di Tottenham, Arogansi Pelatih atau Pendukung yang Abusif?

ilustrasi logo Tottenham Hotspur (unsplash.com/winstontjia)
ilustrasi logo Tottenham Hotspur (unsplash.com/winstontjia)

Tottenham Hotspur benar-benar hancur pada 2024/2025. Bukan hanya merasakan musim yang sangat buruk di English Premier League (EPL), keharmonisan antara tim dengan pendukung pun tengah berada di titik nadir. Situasi ini terjadi akibat aksi sang pelatih, Ange Postecoglou, saat kalah dari Chelsea dengan skor 0-1 pada pekan ke-30 (3/4/2025).

Sosok kelahiran Yunani berkebangsaan Australia tersebut menunjukkan sebuah gestur yang menyulut emosi para penggemar. Ia memang menyampaikan klarifikasi seusai pertandingan. Namun, bola panas sudah terlanjur terlempar. Otomatis, keretakan hubungan ini pun ikut menjadi perbincangan. Lantas, seperti apa kronologi lengkapnya?

1. Ange Postecoglou menilai terjadi kesalahpahaman

Saat kalah dari Chelsea dengan skor 0-1 (3/4/2025), Tottenham Hotspur sebetulnya mampu mencetak gol. Namun, tendangan spektakuler Pape Matar Sarr pada menit 69 dianulir oleh video assistant referee (VAR). Gelandang asal Senegal itu dianggap melakukan pelanggaran lebih dulu.

Sebelum keputusan final dari VAR keluar, gol Sarr disambut para pemain Tottenham dengan selebrasi yang sangat emosional. Menariknya, Ange Postecoglou justru merayakannya dengan cara yang berbeda. Ia menaruh tangannya di telinga sambil berdiri mengarah ke tribun tempat para pendukung Tottenham berada. Mereka memang tampil sebagai tamu di Stamford Bridge.

Tingkah Postecoglou tersebut dimaknai sebagai balasan atas cemoohan dari para pendukung Tottenham beberapa saat sebelumnya. Pada menit 64, pelatih berusia 59 tahun itu menarik keluar Lucas Bergvall dan menggantikannya dengan Sarr. Selagi Sarr memasuki lapangan, para pendukung Tottenham pun terdengar menyanyikan chant 'you don't know what you're doing'.

Mereka menilai Postecoglou melakukan kesalahan karena telah menggantikan Bergvall. Ketika Sarr mencetak gol yang pada akhirnya dianulir tersebut, Postecoglou pun seolah ingin menyombongkan keputusannya untuk memainkan pemain berusia 22 tahun itu. Namun, pada sesi konferensi pers setelah pertandingan, Postecoglou menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki niat tersebut ketika menunjukkan gestur ear-cup. Ia merasa tindakannya sudah disalahartikan.

"Betapa liarnya sebuah tindakan diinterpretasi. Kami baru saja mencetak gol. Aku hanya ingin mendengar mereka bersorak karena kami melewati periode yang sulit dan aku pikir itu adalah gol yang luar biasa. Ini bukan kali pertama mereka mencemooh pergantian atau keputusan yang aku buat. Itu tidak apa-apa, mereka boleh melakukannya. Namun, kami baru saja mencetak gol penyama kedudukan. Aku hanya berharap mendapatkan sedikit gairah," kata Postecoglou, dilansir The Guardian.

2. Ange Postecoglou tidak akan berhenti untuk mengonfrontasi pendukung

Momen menegangkan yang terjadi pada laga melawan Chelsea (3/4/2025) sebetulnya bukan kali pertama Ange Postecoglou terlibat konflik dengan pendukung Tottenham Hotspur. Saat kalah dari Fulham dengan skor 0-2 (16/3/2025), di media sosial beredar sebuah video yang menunjukkan perdebatannya dengan fan. Mathys Tel terlihat sampai harus memisahkan insiden yang terjadi di lorong stadion tersebut.

Sebelum melawan Fulham, Postecoglou juga pernah tertangkap kamera tengah beradu mulut dengan seorang pendukung. Di antaranya adalah usai kekalahan dengan skor 1-2 atas Leicester City (26/1/2025) dan 0-1 dari AFC Bournemouth (5/12/2024). Meski begitu, Postecoglou memiliki alasan mengapa dirinya memilih untuk mengonfrontasi orang-orang tersebut alih-alih mengacuhkannya.

Menurutnya, orang-orang yang berargumen dengannya sambil membuat video bukan ingin mengkritik. Mereka hanya mau mendapatkan reaksinya demi bisa viral. Bagi Postecoglou, tindakan tersebut adalah sebuah pembulian. Oleh karenanya, mantan pelatih Celtic ini berjanji tidak akan berhenti untuk meladeni orang-orang semacam itu.

"Itu adalah mekanisme pembulian. Itu bukanlah kritik. Jika anda berpikir bahwa setelah 30 tahun berada di dunia sepak bola aku tidak menerima cemoohan, semuanya sudah terjadi sejak hari pertama. Aku tidak bereaksi terhadap kritikan tersebut. Namun, jika seseorang memegang telepon, aku akan bereaksi karena aku tidak akan menerimanya," ucap Postecoglou, dilansir Hayters

3. Berkaca kepada Ted Lasso

Kondisi yang terjadi di tubuh Tottenham Hotspur antara Ange Postecoglou dengan para pendukung memantik pertanyaan besar. Apakah itu terjadi akibat arogansi sang pelatih atau sikap para pendukung yang abusif? Salah satu serial sepak bola terbaik, Ted Lasso, pernah mengangkat isu ini dalam episode yang berjudul La Locker Room Aux Folles.

Dalam episode yang tayang pada 10 Mei 2023 itu, diceritakan terdapat seorang pendukung  yang menghina permainan buruk dari para pemain AFC Richmond dengan sebuah kata kotor (faggot). Kapten mereka, Isaac McAdoo (Kola Bokinni) tidak terima dengan umpatan tersebut. McAdoo pun langsung naik ke tribun dan mendatangi sang pendukung. Aksi McAdoo membuat dirinya mendapat kartu merah.

Dalam konferensi pers setelah pertandingan yang berakhir dengan kemenangan untuk Richmond atas Brighton & Hove Albion itu, para jurnalis pun bertanya-tanya soal penyebab di balik tindakan yang dilakukan oleh McAdoo. Asisten pelatih Richmond, Roy Kent (Brett Goldstein), yang bertugas untuk menghadiri sesi tersebut memberikan jawaban yang menohok. Saking ingin memastikan pesan tersampaikan, adegan dikemas lewat sebuah monolog yang berdurasi 2 menit.

Monolog tersebut menyampaikan, sebagian orang menganggap lumrah tindakan abusif yang dilakukan pendukung kepada pesepak bola. Itu terjadi karena mereka merasa memiliki hak setelah membeli tiket untuk menyaksikan para jagoannya. Namun, seperti halnya para pendukung, pesepak bola pun adalah seorang manusia. Mereka juga mungkin memiliki masalah. Tiap orang tidak tahu dan tidak perlu tahu apa yang tengah terjadi di kehidupan masing-masing. Situasi bisa menjadi harmonis hanya dengan saling menghargai dan menghormati.

Tidak seperti seperti AFC Richmond yang hanyalah sebuah karya fiksi, Ange Postecglou menukangi Tottenham Hotspur yang ada di dunia nyata. Di industri ini, pada akhirnya, hasil akhir tolak ukur utama. Ketidakpuasan para pendukung kepadanya terjadi akibat performa tim yang menurun. Tidak heran, Postecoglou pun ikut diterpa kabar pemecatan. Akankah konflik ini mereda atau berakhir dengan kepergian Postecoglou dari Tottenham?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gifar Ramzani
EditorGifar Ramzani
Follow Us