Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Luis Nani: Suka Rendang dan Manisnya Trofi Liga Champions

Luis Nani di IDN HQ (IDN Times/Fauzan)
Luis Nani di IDN HQ (IDN Times/Fauzan)
Intinya sih...
  • Luis Nani dan Bastian Schweinsteiger membawa trofi Liga Champions ke IDN HQ.
  • Nani menganggap Liga Champions sebagai simbol ambisi, penghubung antara pemain, tim, dan fans.
  • Nani berbagi momen spesial di Liga Champions saat masih aktif menjadi pemain.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Legenda Manchester United, Luis Nani menjadi tokoh yang dibawa UEFA dalam tur trofi Liga Champions musim 2024/25 ke Indonesia. Nani datang bersama legenda Bayern Munich, Bastian Schweinsteiger.

Lewat tur trofi itu pula, IDN mendapatkan kesempatan berharga. Nani dan Schweinsteiger membawa trofi Si Kuping Lebar itu ke IDN HQ, markas dari IDN Times. Kesempatan itu tak lepas dari kolaborasi bersama Heineken.

Dalam lawatannya ke IDN HQ, Nani dan Schweinsteiger membagikan momen spesial di Liga Champions, ketika masih aktif menjadi pemain. Khususnya Nani, yang menganggap kompetisi ini penuh makna.

Bagi Nani, Liga Champions bukan sekadar trofi, melainkan simbol ambisi, penghubung antara pemain, tim, dan fans. Eks winger Timnas Portugal itu menyebut hanya klub-klub spesial yang bisa terpatri dalam sejarah trofi itu. Manchester United adalah salah satunya.

Nani membicarakan momen pertamanya meraih trofi ikonik itu, duel sengit melawan Barcelona, hingga atmosfer magis yang selalu dibawa oleh anthem kompetisi tersebut.

Tak hanya soal sepak bola, Nani juga bercerita tentang pengalamannya menjajal kuliner lokal Indonesia, termasuk makanan pedas yang membuatnya batuk, hingga mencicipi kopi.

Berikut wawancara khusus IDN Times bersama Nani!

Bastian Schweinsteiger dan Luis Nani saat datang ke IDN HQ dalam Champions League Trophy Tour by Heineken, Selasa (16/4/2025) (IDN Times / Herka Yanis)
Bastian Schweinsteiger dan Luis Nani saat datang ke IDN HQ dalam Champions League Trophy Tour by Heineken, Selasa (16/4/2025) (IDN Times / Herka Yanis)

Makanan apa yang sudah kamu coba? Yang pedas kan?

Ya, sebenarnya saya mencoba beberapa makanan pedas yang tak saya tahu namanya (salah satunya rendang). Kamu merasakannya beberapa detik. Lalu, saya coba dan mereka bertanya kepada saya, "Bagaimana perasaanmu?"

Saya bilang enak dan setelah dua detik, saya batuk. Tapi enak, saya suka makanannya.

Sebenarnya, kalian punya makanan enak, dapur bersih. Ya, saya menikmatinya, mencoba kopi lokal juga. Yang kuat, apa namanya?

Saya kira pemiliknya memberikan kamu luwak, Kopi Luwak. Itu kopi dari sejenis musang yang diberikan kepada kamu

Ya, tapi itu enak. Pengalaman menarik. Jadi, saya tahu lain kali kembali ke sini, sudah tahu ke mana harus beli kopi.

Keseruan UEFA Champions League Trophy Tour dalam Timmy Ngumpul bersama Bastian Schweinsteiger dan Luis Nani berkunjung di IDN HQ (IDN Times/Herka Yanis)
Keseruan UEFA Champions League Trophy Tour dalam Timmy Ngumpul bersama Bastian Schweinsteiger dan Luis Nani berkunjung di IDN HQ (IDN Times/Herka Yanis)

Sudah bermain di banyak pertandingan Liga Champions, seperti apa perasaannya ketika bermain bersama klub dan mengangkat trofi ini?

Luar biasa, perasaan terbaik yang pernah kamu miliki. Kami, sebagai pemain, mimpinya berlaga di Liga Champions. Dan, itu memungkinkan kamu bisa meraih trofinya. Saya rasa setiap pemain mau meraih trofinya, yang memuaskan kariernya.

Tentu, ada kompetisi lebih ketat ketika kamu mau memenangkan gelar buat negara. Kamu mau juara Piala Dunia, Piala Eropa.

Apakah Liga Champions spesial?

Main di Liga Champions itu spesial. Musik, temanmu, selalu membuat guyonan. Kami selalu bercengkerama dengan hal-hal Liga Champions, musik atau permainannya. Kalian tumbuh dengan hal-hal seperti ini, membuatnya percaya dan bermimpi satu hari nanti bermain dan meraih prestasi tertinggi, memenangkan trofinya.

Saya sudah melakukannya sekali. Saya bisa bilang, itu perasaan terbaik sepanjang karier. Karena, itu mengangkat namamu ke puncak dunia. Kamu terlibat bersama pemain terbaik dunia.Pemain terbaik yang bisa juara di kompetisi ini dan tim terhebat.

Saya beruntung bisa menjadi bagian dari sejarah Liga Champions.

Siapa lawan tertangguh? Klub mana atau siapa pemainnya?

Bayern termasuk di dalamnya, kami bertarung dengan mereka.

Bastian Schweinsteiger (kiri) dan Luis Nani (kanan) berkunjung ke IDN HQ, Selasa (15/4/2025). (IDN Times/Herkayanis).
Bastian Schweinsteiger (kiri) dan Luis Nani (kanan) berkunjung ke IDN HQ, Selasa (15/4/2025). (IDN Times/Herkayanis).

Karena dia (Bastian) di sini?

Tidak, tidak, tidak, pertandingan ini. Jika kami tak kalah, mungkin akan jadi juara lagi. Tapi, saya rasa Barcelona menjadi tim tertangguh yang kami hadapi saat itu.

Karena kami kalah di dua final dalam tiga tahun melawan mereka. Kala itu, mereka luar biasa. Jadi, yaaaa...

Trofi ini bukan cuma soal prestasi. Ini melambangkan ambisi dan segalanya. Jadi, bagaimana kamu melihat trofi ini ketika masih menjadi pesepak bola aktif dan sekarang?

Ya, dia mengatakan segalanya. Ini spesial, cantik, memberikanmu perasaan luar biasa, inspirasi, mimpi. Ini menghubungkan orang-orang, kalian butuh fans, tim. Ini menciptakan momen spesial sepanjang kompetisi, terutama dalam momen menentukan, ketika semifinal dan final.

Semuanya mau melihat siapa yang angkat trofi. Jadi, ya saya menyadarinya.

Kami (Manchester United) di sana untuk momen spesial, ada tanggal pasti untuk klub tertentu. Cuma sejumlah klub spesial yang terpatri di sana. Saya rasa, Manchester United salah satunya.

Jadi, apa momen paling dikenang ketika main di Liga Champions sepanjang karier?

Ya, kami sangat nyaman dengan kompetisi ini selama beberapa tahun. Di sepak bola, terjadi seperti itu. Ketika kamu terlalu nyaman, terbiasa main di kompetisi untuk mencapai perempat final, semifinal, kamu tak melihatnya sama seperti sebelumnya. Pertama kali, selalu menjadi yang pertama kalinya.

Pertama kalinya buat saya sangat spesial, karena kami bisa lolos ke final. Kami memenangkan final, segalanya magis. Tapi, setelahnya, menjadi lebih kompleks karena kami menembus final dan tidak juara.

Karena kenangan itu bertahan lama di kepala. Jika kami memenangkan yang kedua, bisa menjadi hal luar biasa, impresif. Jadi ya, itu kenangan yang membekas.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us