Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mauro Camoranesi, Pengubah Perspektif Tifosi Italia Terhadap Oriundi

Bendera Italia (unsplash.com/Reskp Jametlene)
Bendera Italia (unsplash.com/Reskp Jametlene)
Intinya sih...
  • Para oriundi Italia lahir di luar negeri, berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan diterima oleh tifosi Gli Azzurri.
  • Pada Piala Dunia 2006, Mauro Camoranesi membuktikan kualitasnya sebagai pemain oriundi, membawa Timnas Italia meraih gelar juara.
  • Kesuksesan Camoranesi menjadi simbol perubahan pandangan masyarakat Italia terhadap para oriundi, membuka jalan bagi generasi berikutnya.

Italia memiliki sejarah panjang soal mengembara. Sebelum perang dunia terjadi, banyak orang Italia yang memilih hijrah ke wilayah Amerika Selatan, khususnya Brasil dan Argentina. Hal tersebut semakin lumrah saat memasuki masa perang dunia kala stabilitas sosial, ekonomi, dan politik Negeri Pizza semakin tak jelas.

Para imigran Italia yang lahir di luar negeri atau yang biasa disebut oriundi semakin berkembang di perantauan. Banyak dari mereka kembali ke Italia, salah satunya untuk berkontribusi memajukan sepak bola Italia. Akan tetapi, para oriundi ini kerap dipandang sebelah mata oleh tifosi Gli Azzurri.

Padahal, para oriundi ini sudah sekuat tenaga dan berkontribusi dengan hati untuk tanah nenek moyangnya. Bahkan, banyak dari mereka yang dicap sebagai kambing hitam dari sebuah kegagalan. Namun, perspektif tersebut mulai berubah ketika Mauro Camoranesi membuktikan dengan banyak hal hebat.

1. Oriundi yang dipandang sebelah mata oleh tifosi Italia

Jejak oriundi di Timnas Italia sudah tercatat sejak Piala Dunia 1934. Kala itu, ada lima oriundi kelahiran Argentina, termasuk Enrique Guaita, Anfilogino Guaris, dan Raimundo Orsi yang ikut mewakili Gli Azzurri. Mereka sukses membawa Timnas Italia juara Piala Dunia untuk pertama kali.

Sejak saat itu, oriundi dibutuhkan oleh Timnas Italia. Tahun demi tahun dan turnamen demi turnamen, para oriundi ini ikut berkontribusi. Akan tetapi, hasil baik tak selalu mereka dapatkan.

Puncaknya terjadi pada Piala Dunia 1966 ketika Italia gagal total di Chile. Mereka gagal lolos dari fase grup, salah satunya akibat kekalahan dari Korea Utara. Para oriundi, seperti Humberto Maschio, Omari Sivori, dan Jose Alfatini dianggap sebagai kambing hitam. Sejak saat itu, pesepak bola oriundi tak lagi dipanggil memperkuat timnas. 

Kegagalan itu juga menjadi pengasingan bagi para oriundi dari saudara-saudaranya yang menetap di Italia. Kegagalan ini membuat reputasi oriundi semakin jatuh di mata tifosi Italia. Seolah-olah, caci maki menjadi makanan sehari-hari.

2. Mauro Camoranesi mewakili oriundi setelah vakum 40 tahun

Setelah vakum hampir 40 tahun, oriundi pertama kembali dipanggil Timnas Italia. Sosok tersebut adalah Mauro Camoranesi. Ia dilirik karena rasa penasaran Giovanni Trapattoni terhadap permainan apiknya di Hellas Verona. Pada pemanggilan pertamanya, ia langsung mendapatkan debut melawan Finlandia pada 12 Februari 2003.

Camoranesi sejatinya lahir dan besar di Argentina. Ia tumbuh sebagai penggemar River Plate sebelum akhirnya menjelajah dunia sebagai pesepak bola. Namun, pada akhirnya, ia memilih membela Timnas Italia dibandingkan Argentina. Selain karena sedang membela Hellas Verona kala itu, ia pun memiliki kedekatan emosional sebagai keturunan Italia.

Pemanggilan Camoranesi sempat menjadi buah bibir di Italia. Banyak yang menilai jika pribumi Italia lebih pantas mengisi posisi di TImnas Italia ketimbang Camoranesi yang lahir di Argentina. Hal itu semakin diperburuk ketika Camoranesi ternyata tak bisa menyanyikan lagu kebangsaan Italia pada debutnya.

Akan tetapi, Camoranesi tak begitu memikirkan hal tersebut. Ia memilih untuk fokus bermain dan memberikan yang terbaik bagi Italia. Ia juga mengaku jika dirinya adalah seorang Argentina, tetapi ia memiliki darah Italia yang tak bisa dihilangkan dari dirinya.

3. Pembuktian Camoranesi di Piala Dunia 2006

Sejak pemanggilan pertamanya, karier Mauro Camoranesi semakin berkembang. Ia pindah dari Hellas Verona ke Juventus, klub yang notabene merupakan raksasa di Italia. Bersama Si Nyonya Tua, ia pun semakin konsisten sehingga menjadi langganan Timnas Italia.

Pada Piala Dunia 2006 yang digelar di Jerman, Camoranesi dibawa Marcello Lippi ke skuad Italia. Ia menjadi satu-satunya oriundi di tengah para pribumi Italia di skuad Gli Azzurri. Namun, ia sudah mampu berbaur dengan baik karena kebiasaan yang ia sudah jalani selama bertahun-tahun di Italia.

Pada Piala Dunia pertamanya itu, Lippi mempercayakan 5 dari 7 laga Timnas Italia kepada Camoranesi. Meski tak mencetak gol maupun assist, ia mampu mencuri perhatian karena peran vitalnya di lini tengah. Berkat kontribusi besarnya, Timnas Italia menggenggam gelar juara Piala Dunia 2006. 

4. Mengubah perspektif tifosi Italia terhadap Oriundi

Keberhasilan Mauro Camoranesi berhasil mengubah sudut pandang tifosi Italia terhadap oriundi. Para imigran ini sudah mulai diterima dan dianggap sangat berkontribusi untuk Timnas Italia.Oriundi tak lagi menjadi sesuatu yang langka di Timnas Italia. Bahkan, mereka hampir selalu ada di setiap laga maupun kompetisi yang diikuti. 

Camoranesi seperti memberikan karpet merah bagi para juniornya untuk bermain dan membela tanah nenek moyang. Pemain seperti Thiago Motta, Pablo Osvaldo, Emerson Palmieri, hingga Mateo Retegui patutnya berterima kasih kepadanya. Pemain kelahiran Banfield, Argentina, itu bak seorang pahlawan yang membawa kedamaian.

Mauro Camoranesi bukan sekadar pemain hebat yang membantu Italia meraih kejayaan di Piala Dunia 2006. Lebih dari itu, ia adalah sosok simbolik yang mengubah cara pandang tifosi Italia terhadap oriundi. Lewat dedikasinya kepada Gli Azzurri, ia sukses membuka jalan bagi generasi oriundi berikutnya untuk lebih diterima dan dihargai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mufqi Fajrurrahman
EditorMufqi Fajrurrahman
Follow Us