Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Alisson Becker Sering Cedera?

Alisson Becker, kiper Liverpool
Alisson Becker, kiper Liverpool (pexels.com/j.r.cortez fotografia)
Intinya sih...
  • Alisson Becker sudah mengalami 5 kali cedera hamstring dalam 3 tahun terakhir, membuatnya absen lebih dari 40 pertandingan.
  • Cedera yang rentan dialami Alisson Becker akibat gaya bermainnya yang eksplosif dan gerakan tidak efisien.
  • Absennya Alisson Becker berdampak langsung kepada rasio kebobolan Liverpool, menurunkan efisiensi pertahanan tim secara statistik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak yang menganggap seorang kiper dalam sepak bola seharusnya menjadi pemain yang paling jarang cedera mengingat pergerakannya tidak seintens pemain outfield. Namun, Alisson Becker menjadi pengecualian dalam anggapan itu. Dalam beberapa musim terakhir, penjaga gawang Liverpool itu justru menjadi sosok yang kerap naik turun performanya akibat serangkaian cedera yang berulang.

Cedera terbaru Alisson kembali menggarisbawahi masalah kebugarannya bukanlah hal sepele. Ia kembali mengalami cedera hamstring dalam laga Liga Champions Eropa 2025/2026 melawan Galatasaray, yang membuatnya harus menepi dari lapangan selama berminggu-minggu. Kasus ini menambah panjang daftar absensinya dan menimbulkan pertanyaan besar, mengapa salah satu kiper terbaik dunia itu begitu rentan terhadap cedera berulang?

1. Alisson Becker sudah mengalami 5 kali cedera hamstring dalam 3 tahun terakhir

Cedera yang dialami Alisson Becker di Istanbul pada September 2025 menjadi titik terbaru dalam rangkaian panjang masalah fisiknya. Ia tertatih setelah berlari cepat untuk mengejar bola akibat kesalahan umpan Ibrahima Konate. Setelah sempat mencoba bertahan, sang kiper akhirnya harus ditarik keluar pada menit ke-56, dengan Giorgi Mamardashvili menggantikannya di bawah mistar. Arne Slot, pelatih Liverpool, kemudian memastikan Alisson akan absen dalam beberapa pekan ke depan akibat cedera yang cukup serius.

Laporan The Athletic menyebut, Alisson kemungkinan besar harus menepi hingga jeda internasional November 2025. Ia juga dicoret dari skuad Timnas Brasil untuk laga uji coba melawan Korea Selatan dan Jepang. Ini menjadi cedera hamstring kelima dalam 3 tahun terakhir yang dialami Alisson dan melewatkan lebih dari 40 pertandingan sejak awal 2024 untuk klub dan negaranya. Sebelumnya, ia sempat absen panjang pada Oktober 2024 akibat cedera serupa saat menghadapi Crystal Palace.

Masalahnya kini bukan sekadar insiden tunggal, melainkan tanda kondisi kronis yang sulit ditangani. Arne Slot bahkan menyebut proses pemulihan Alisson sulit diprediksi karena tergantung kepada seberapa cepat ototnya merespons rehabilitasi. Mengingat usianya yang kini menginjak 33 tahun, fase pemulihan alaminya mulai melambat, sedangkan risiko kambuh meningkat seiring menurunnya elastisitas otot. Dalam situasi ini, Alisson memasuki fase ketika tubuhnya tidak lagi sekuat saat masa puncak, dan setiap sprint cepat bisa menjadi ancaman baru bagi kelanjutan kariernya.

2. Cedera yang rentan dialami Alisson Becker akibat gaya bermainnya yang eksplosif

Ahli fisioterapi, Sam Fell, dalam wawancaranya yang dikutip Yahoo Sports, mengungkapkan analisis menarik mengenai teknik lari Alisson Becker. Fell menilai, kiper asal Brasil itu memiliki kekurangan pada fase yang disebut swing leg retraction, yaitu gerakan saat kaki diayunkan dan kemudian ditarik kembali secara cepat di bagian pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Ia menjelaskan, Alisson tidak mengeksekusi gerakan ini dengan efisien, sehingga otot hamstring harus bekerja lebih ekstra dalam posisi tidak ideal. Akibatnya, setiap sprint berkecepatan tinggi meningkatkan risiko regangan otot dan robekan mikro yang dapat berkembang menjadi cedera serius.

Fell juga menegaskan pola cedera berulang memperbesar kemungkinan kambuh. Ketika jaringan otot pernah robek, area tersebut menjadi lebih rentan dan sulit kembali ke kekuatan semula. Hal ini diperkuat oleh temuan The Athletic, yang mencatat sebagian besar cedera Alisson terjadi karena dua faktor, yakni sprint eksplosif dan gerakan menendang bola jarak jauh, dua hal yang menjadi bagian penting dari gaya bermainnya. 

Sebagai seorang sweeper keeper, Alisson kerap meninggalkan kotak penalti untuk menghalau bola atau memulai serangan dari belakang. Gaya bermain eksplosif ini membuatnya harus melakukan banyak sprint singkat dan perubahan arah mendadak, sesuatu yang secara alami meningkatkan beban pada otot hamstring. Kombinasi dari anatomi tubuh, kebiasaan gerak, dan beban latihan juga berperan besar dalam risiko cedera yang dialami. 

Professor Ernest Schilders, seorang ahli bedah spesialis hamstring, menjelaskan cedera otot pada kiper relatif jarang karena mereka lebih banyak melakukan gerakan lateral. Namun, ketika cedera itu terjadi, biasanya disebabkan oleh gerakan eksplosif seperti berlari mengejar bola atau menendang dengan kekuatan penuh. Ia menambahkan, kesalahan dalam mendiagnosis tingkat keparahan cedera dapat memperlambat pemulihan dan meningkatkan peluang kambuh.

3. Absennya Alisson Becker berdampak langsung kepada rasio kebobolan Liverpool

Kehilangan Alisson Becker tidak hanya masalah absensi, tetapi juga menyentuh aspek performa tim secara menyeluruh. Berdasarkan laman resmi Premier League, Liverpool menunjukkan penurunan efisiensi pertahanan saat sang kiper utama absen. Rasio penyelamatan tim turun dari 73,3 persen menjadi 66,7 persen, sementara akurasi umpan dari penjaga gawang merosot dari 83,4 persen menjadi 76,7 persen. 

Secara statistik, Liverpool memang tetap mencatat rata-rata poin yang mirip, tetapi performa defensif mereka menjadi lebih rentan terhadap peluang lawan. Alisson memiliki rata-rata kebobolan hanya 0,9 gol per laga, lebih rendah dari expected goals against (xGA) sebesar 1,05. Sementara penggantinya mencatat 1,27 gol kebobolan per laga, yang berarti masuk dalam kategori underperformance dalam efektivitas penyelamatan.

Kondisi ini mendorong klub untuk bertindak strategis. Liverpool sudah mempersiapkan langkah antisipatif dengan merekrut Giorgi Mamardashvili dari Valencia CF pada musim panas 2024 dengan nilai transfer 25 juta pound sterling (Rp553,3 miliar). Keputusan itu diambil dilandasi kekhawatiran jika Alisson akan kembali mengalami masalah fisik. 

Mamardashvili, yang berusia 23 tahun, kini dipercaya menjadi pilihan utama sementara. Pada saat bersamaan, staf medis klub mulai menyesuaikan program latihan dengan pendekatan yang lebih spesifik, termasuk pengurangan beban sprint eksplosif dan pemantauan rutin menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dinamis sebagaimana disarankan pakar medis. Pendekatan ini diharapkan dapat menekan risiko cedera kambuhan tanpa mengorbankan gaya permainan agresif yang menjadi ciri khas Alisson.

Meski demikian, risiko itu tak bisa dihapus sepenuhnya. Kembali mengutip The Athletic, mantan kiper profesional Matt Pyzdrowski menilai, membatasi sprint Alisson justru akan menghilangkan elemen terbaik dari permainannya. Ia menyebut gaya proaktif Alisson sudah menjadi bagian dari identitasnya, dan sulit diubah tanpa mengurangi dampak positifnya bagi tim. Justru, hal tersebut menimbulkan dilema bagi Liverpool antara mempertahankan gaya bermain yang membawa kesuksesan, atau menyesuaikannya demi keberlanjutan karier sang kiper.

Pada akhirnya, riwayat cedera Alisson Becker mencerminkan pertarungan antara kualitas dan keterbatasan tubuh manusia. Ia tetap menjadi penjaga gawang kelas dunia, tetapi sejarah cedera yang panjang menandakan Liverpool harus mulai memikirkan regenerasi di bawah mistar sebelum penyelamat mereka kehabisan tenaga untuk kembali berdiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

Comeback Pahit Indra Sjafri, Timnas U-22 Keok Lawan India

10 Okt 2025, 22:09 WIBSport