Perjalanan Korea Selatan Capai Semifinal Piala Asia 2023

Bersama Iran dan Arab Saudi, Korea Selatan jadi tim yang pernah merebut gelar juara Asia pada penampilan debut mereka. Momen itu terjadi pada edisi 1956, disusul dengan gelar juara berikutnya 4 tahun berselang.
Namun, sejak Piala Asia 1960 itu, Korea Selatan belum pernah mengicip gelar juara lagi. Padahal, riwayat prestasi mereka di Asia cukup memuaskan. Saat berhasil lolos ke putaran final, timnas Korsel hampir selalu lolos fase grup. Mereka pun sudah empat kali merebut gelar runner-up dan empat kali pula dapat peringkat ketiga.
Semifinal Piala Asia 2023 bakal jadi semifinal ke-11 mereka di turnamen antarnegara Asia itu. Kali ini lawan mereka Yordania, kuda hitam yang baru kali ini capai semifinal. Tak seperti Korsel yang sudah berpengalaman, Yordania sepertinya bukan lawan yang berat buat Taeguk Warriors. Namun, benarkah semifinal Piala Asia 2023 bakal mudah buat Korsel?
1. Selama fase grup dan babak knock-out, Korsel andalkan gol-gol injury time

Kiprah Korea Selatan di Piala Dunia 2023 cukup unik. Saat fase grup, kecuali pada laga perdana lawan Bahrain, Korsel mengandalkan gol-gol menit terakhir untuk mencuri poin. Gol-gol itu yang setidaknya menyelamatkan mereka dari kekalahan sekaligus membantu Korsel lolos ke babak 16 besar. Di luar prediksi, Korsel keluar sebagai runner-up Grup E. Mereka kalah perolehan poin dari Bahrain, tim yang mereka kalahkan pada laga perdana.
Pada babak 16 besar, Korsel kembali mengandalkan gol injury time. Tertinggal 1-0 dari Arab Saudi, mereka hampir saja tersingkir dari turnamen bilamana Cho Gue-Sung tak cetak gol pada menit 90+9. Korsel akhirnya lolos ke babak perempat final setelah menang adu penalti.
Pola yang sama terjadi pada babak knock-out berikutnya melawan Australia. Tertinggal 1-0 sejak babak pertama, Korsel berhasil menyamakan kedudukan lewat satu gol Hwang Hee Chan pada menit 90+6. Son Heung Min sukses cetak satu gol lagi pada babak tambahan waktu yang memastikan kelolosan timnya ke semifinal Piala Asia 2023.
2. Tim dengan durabilitas tinggi

Pola tadi secara tak langsung mengekspos durabilitas tinggi para pemain Korea Selatan. Sebelum peluit tanda berakhirnya pertandingan berbunyi, masih ada kemungkinan bagi Korsel untuk mencetak gol kejutan. Artinya, tak ada celah bagi lawan mereka untuk bersantai.
Durabilitas yang tinggi juga dibuktikan pula lewat passes allowed per defensive action (PPDA) Korea Selatan yang ternyata masuk kategori terendah di Piala Asia 2023 menurut catatan Opta Analyst. PPDA yang rendah menandakan kecenderungan sebuah tim melakukan high-pressing sehingga membuat lawannya kesulitan mengalirkan bola. Untuk bisa mencapainya, sebuah tim butuh stamina yang prima guna melakukan intersep, tackle, dan duel di garis pertahanan yang tinggi.
3. Lebih baik tak remehkan kuda hitam yang bermain tanpa beban

Tidak seperti Yordania yang bisa memastikan kemenangan mereka tanpa perlu babak tambahan waktu, Timnas Korea Selatan harus bermain 120 menit sebanyak dua kali selama fase gugur. Ini bisa jadi kelebihan dan kekurangan untuk Korsel. Meski menandakan durabilitas tinggi, faktor kelelahan bisa jadi bumerang untuk Korsel. Itu bisa dimanfaatkan Yordania untuk mencuri tiket ke final pertama mereka.
Kedua tim juga punya riwayat bertemu pada fase grup. Kala itu, Yordania yang tak diunggulkan berhasil menahan imbang Korsel 2-2. Namun, Korea Selatan diisi pemain-pemain profesional dengan jam terbang tinggi di liga-liga elite Eropa. Son Heung Min, Hwang Hee Chan, Hwang In Beom, Lee Kang In, Jeong Woo Yeong, dan Cho Gue Sung patut diwaspadai. Korsel sepertinya akan menggunakan taktik yang sama dengan beberapa pertandingan terakhir mereka, yakni memanfaatkan manajemen stamina mereka yang oke untuk mengulur waktu dan mencari celah saat Yordania kelelahan.
Namun, kejutan tentu masih bisa saja terjadi. Apalagi, status Timnas Yordania sebagai kuda hitam tanpa beban sangat bertolak belakang dengan Timnas Korea Selatan yang berambisi raih gelar juara Piala Asia lagi setelah menanti 64 tahun.