Jakarta, IDN Times - Situasi kurang mengenakkan dialami Persebaya Surabaya jelang Liga 1 musim depan. Tidak tanggung-tanggung, mereka kehilangan empat pemain kunci yang membawa tim tampil apik musim lalu.
Bruno Moreira, Taisei Marukawa, Rachmat Irianto, dan Ricky Kambuaya dipastikan tidak akan lagi membela Persebaya musim depan. Hilangnya empat nama ini tentu harus jadi perhatian tersendiri bagi manajemen.
Marukawa dan Moreira jadi sosok sentral di lini serang Persebaya. Marukawa adalah pemain dengan torehan gol dan assist tertinggi di tim, yakni 17 gol dan 10 assist. Dia juga dinobatkan sebagai pemain terbaik Liga 1 2021/22.
Sedangkan Moreira, dia jadi pemain dengan catatan dribel paling banyak di Persebaya, yakni sebanyak 46 kali. Tusukan-tusukan yang dia lakukan kerap merepotkan lawan. Ketiadaan dua pemain ini tentu akan mengurangi kekuatan 'Bajul Ijo' musim depan.
Sedangkan bagi Rian, sapaan akrab Rachmat, dan Kambuaya, kepergian mereka akan menyisakan lubang di posisi lini tengah. Tidak bisa dimungkiri, mereka adalah dinamo permainan Persebaya.
Kambuaya memiliki daya jelajah yang apik sebagai pemain tengah. Dia kerap membantu pertahanan dan penyerangan dengan intensitas yang sama baiknya. Tak jarang, dia juga mencetak gol-gol penting bagi Persebaya ketika merangsek membantu serangan.
Sementara itu, Rian jadi pemain yang acap memotong serangan lawan dari tengah. Sama seperti Kambuaya, daya jelajahnya juga terhitung baik dan kerap memberi lini pertahanan Persebaya rasa aman. Rian juga kerap jadi distributor bola.
Alhasil, kepergian dua pemain ini akan jadi pekerjaan rumah bagi tim. Plus tidak adanya Marukawa dan Moreira, Persebaya juga butuh amunisi baru di lini serang.
Uniknya, alasan dari hengkangnya para pemain Persebaya ini hampir serupa. Moreira, Marukawa, dan Kambuaya hijrah lantaran tidak menemui kata sepakat soal kontrak baru. Disinyalir, ada ketidakcocokan soal gaji.
Hanya Rian yang memiliki alasan hengkang berbeda. Dia memilih hijrah dari Persebaya lantaran alasan keluarga. Intinya, kepergian para pemain kunci ini jadi evaluasi bagi manajemen, bahwa mereka harus punya bargaining power untuk mempertahankan pemain kunci.