Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Timnas Iran. (the-afc.com)

Jakarta, IDN Times - Timnas Iran akan memulai perjuangannya di Piala Dunia 2022 malam nanti (21/11/2022). Tim asuhan Carlos Queiroz tersebut akan bentrok melawan Timnas Inggris di Grup B.

Selain akan menghadapi tekanan Timnas Inggris, Iran juga akan menghadapi tekanan politik. Hal itu lantaran Iran tengah menghadapi protes besar-besaran atas pelanggaran hak-hak perempuan setelah kematian seorang wanita bernama Mahsa Amini.

Sejumlah pihak bahkan berpendapat kalau Iran seharusnya dicoret dalam ajag yang digelar di Qatar.

1. Kecaman dunia untuk kematian Mahsa Amini

Demo protes kematian Mahsa Amini. Foto: Twitter.

Partisipasi Iran di putaran final Piala Dunia 2022 dipertanyakan usai adanya pergolakan panas yang dipicu kematian Mahsa Amini. Perempuan berusia 22 tahun itu meninggal setelah ditahan karena diduga melanggar etika berpakaian di Iran.

Peristiwa tersebut terjadi pada September lalu. Hal itu memperkuat sentimen negatif yang telah berlangsung lama mengenai penindasan hak-hak perempuan di negara tersebut.

Menurut kelompok pemantau hak asasi manusia, setidaknya ada 348 orang yang melakukan protes telah tewas dan 15.900 lainnya ditahan. Awal pekan ini, sebuah pengadilan di Teheran, mengeluarkan hukuman mati pertama bagi seseorang yang ditangkap karena terlibat protes.

2. Pemain Timnas Iran mendukung protes yang dilakukan ke pemerintah

Timnas Iran (instagram.com/teammellifootball)

Hal tersebut juga telah memecah dua kubu di Iran, ada yang mendukung pemerintah dan ada juga yang mendukung protes yang dilakukan.

Menurut Sina Saemian, dukungan telah diberikan sebelumnya oleh para pemain Timnas Iran saat beruji coba melawan Senegal. Mereka mengenakan pita hitam dalam pertandingan dan menolak menyanyikan lagu kebangsaan.

"Mereka telah menampilan gestur untuk menunjukkan di pihak mana mereka berada, tetapi saya pikir rasa frustrasi dari beberapa pemrotes adalah bahwa itu tidak cukup. Mereka percaya para pemain perlu lebih aktif berbicara langsung untuk mendukung orang-orang yang melakukan protes daripada hanya mengenakan pita hitam," ujar Saemian dilansir Sky Sports.

3. Dukungan Sardar Azmoun

Sardar Azmoun saat membela timnas Iran. (instagram.com/zenit_spb)

Salah satu pemain Timnas Iran, Sardar Azmoun, akhirnya berbicara mengenai masalah tersebut ke publik. Ia menyuarakan dukungannya untuk para perempuan di Iran. Ia bahkan berani mengambil risiko untuk tidak menghiraukan perintah Asosiasi Sepak Bola Iran yang telah meminta untuk tidak memberi komentar ke publik terkait protes tersebut.

"(Kemungkinan) paling buruk, saya akan dikeluarkan dari tim nasional, yang merupakan harga kecil yang harus dibayar bahkan hanya untuk sehelai rambut wanita Iran. Anda sangat memalukan karena dengan mudah membunuh orang. Hidup semua wanita Iran," tulis Azmoun di akun media sosialnya yang telah dihapus.

Editorial Team