Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Real Madrid Kembali Tak Hadir di Ballon d'Or, Bukti Ego yang Rapuh?

ilustrasi jersey Real Madrid
ilustrasi jersey Real Madrid (pexels.com/Simon Reza)
Intinya sih...
  • Real Madrid kecewa karena Vinicius Junior gagal memenangi Ballon d'Or 2024
  • Sikap 'memusuhi dunia' ala Real Madrid merefleksikan gaya kepemimpinan Florentino Perez
  • Boikot Real Madrid terhadap Ballon d'Or berdampak kepada citra klub dan pemain
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada pemandangan menarik dalam ingar-bingar Ballon d'Or 2025 pada Selasa (23/9/2025) dini hari WIB yang dimenangkan Ousmane Dembele. Untuk kedua kalinya, tidak ada perwakilan Real Madrid yang menghadiri penghargaan bagi insan terbaik sepak bola dunia ini. Absen ini melanjutkan tradisi ironis mereka setelah pada edisi sebelumnya juga memilih bersikap sama.

Alasan resmi yang mereka lontarkan seolah-olah berkutat pada jadwal padat melawan Levante di LaLiga Spanyol 2025/2026. Namun, publik tahu betul itu hanyalah tameng dari luka ego yang sudah lama membekas. Tahun lalu, mereka bahkan membatalkan keberangkatan rombongan 50 orang hanya beberapa jam sebelum gala dimulai ketika tahu Vinicius Junior tidak akan dinobatkan sebagai pemenang.

1. Kekecewaan Real Madrid bermula dari gagalnya Vinicius Junior memenangi Ballon d'Or 2024

Real Madrid, klub yang kerap menyebut diri sebagai yang terhebat di dunia, justru memperlihatkan wajah kecil ketika menolak hadir hanya karena Vinicius Junior gagal menggenggam Ballon d’Or 2024. Mereka seolah lupa, selain gelar pemain terbaik, masih ada penghargaan untuk klub terbaik dan pelatih terbaik yang seharusnya dirayakan. Namun, semua itu ditinggalkan begitu saja, seolah-olah tidak berarti, hanya karena ego mereka.

Keputusan itu makin terlihat janggal ketika pemenang tahun lalu, Rodrigo Hernandez Cascante, yang mengantarkan Spanyol meraih gelar juara Euro 2024 sekaligus pemenang Ballon d’Or pertama dari Spanyol dalam 64 tahun. Alih-alih memberi penghormatan untuk pemain senegaranya, Real Madrid justru memilih merusak momen bersejarah dengan menolak hadir. Entah bagaimana, klub yang sering menggaungkan nilai sportivitas dan respek ini bisa begitu mudah menginjak prinsip mereka sendiri.

Mengutip The Telegraph, Los Blancos sampai mengeluarkan pernyataan resmi yang menegaskan, jika bukan Vinicius, maka kriteria harusnya menjadikan Dani Carvajal sebagai pemenang. Seakan-akan seluruh logika dan keputusan jurnalis dari seratus negara hanyalah formalitas jika hasilnya tidak menguntungkan El Real. Pada titik ini, sikap mereka tampak lebih seperti kekecewaan yang dilampiaskan secara berlebihan daripada respons yang mencerminkan kebesaran sebuah klub.

2. Sikap memusuhi dunia ala Real Madrid merefleksikan gaya kepemimpinan Florentino Perez

Boikot Ballon d’Or yang dilakukan Real Madrid sejatinya bukan sekadar kekecewaan sesaat, melainkan refleksi gaya kepemimpinan Florentino Perez. Presiden berusia 78 tahun itu dikenal memusatkan semua keputusan di tangannya, dari urusan teknis hingga komunikasi publik. Tidak heran jika sikap “Ballon d’Or tidak ada” lahir dari satu kepala yang terbiasa menganggap dunia terbagi dua, yakni pro-Madrid dan anti-Madrid.

Sejak gagalnya proyek European Super League (ESL), hubungan Real Madrid dengan UEFA memang memburuk. Perez dan lingkaran dalamnya percaya jika federasi Eropa, media, bahkan France Football selaku penyelenggara Ballon d’Or ikut berkonspirasi untuk menjegal pemain mereka. Narasi ini lalu dipelihara Real Madrid TV, yang kerap memproduksi konten menyerang wasit, rival, atau siapa pun yang dianggap anti-Madridista. Tiap kali gagal, mereka menuding musuh imajiner ketimbang bercermin kepada diri sendiri.

Paranoia itu berubah menjadi politik identitas yang mengikat fanatisme pendukung mereka. Sementara, klub lain, seperti Barcelona atau Manchester City, tetap hadir di gala meski pemainnya kalah bersaing, Real Madrid justru menjadikan boikot ini sebagai bentuk perlawanan moral. Ironisnya, mereka lupa sportivitas dalam menerima kekalahan adalah bagian dari kebesaran. Sikap semacam ini justru membuat Madrid tampak rapuh, walaupun di lapangan mereka sering menegaskan diri sebagai raja Eropa.

3. Boikot Real Madrid terhadap Ballon d'Or turut berdampak kepada citra klub dan pemain

Kebijakan kekanak-kanakan ini tidak hanya merusak citra Real Madrid, tetapi juga merugikan pemain. Nama-nama besar, seperti Jude Bellingham, Kylian Mbappe, hingga Thibaut Courtois, kehilangan panggung global ketika klub menolak mengirim delegasinya. Padahal, sekadar nominasi sudah memberi dampak komersial dan kebanggaan personal yang sangat penting bagi karier seorang pemain.

Kekecewaan itu juga dirasakan sponsor. Nike, misalnya, sudah menyiapkan sepatu edisi khusus dan acara perayaan untuk Vinicius Junior jika menang, tetapi semua itu dibatalkan karena Madrid memilih mundur. Alih-alih mengubah luka menjadi motivasi, Los Blancos justru memperdalam kesan: mereka tidak bisa menerima kenyataan. Ini tentu meninggalkan rasa pahit, baik bagi pemain maupun pihak-pihak yang telah berinvestasi dalam kesuksesan mereka.

Rival abadi Real Madrid, Barcelona, justru mengambil kesempatan untuk tampil elegan. Mereka hadir di gala, berterima kasih kepada penyelenggara Ballon d’Or meski tak menang, hingga Lamine Yamal yang turut memberi ucapan selamat kepada Ousmane Dembele. Kontras inilah yang makin menegaskan Real Madrid mungkin tetap akan mengoleksi trofi kejuaraan, tetapi tertinggal dalam hal martabat dan sportivitas. Dunia sepak bola bukan hanya menilai hasil, melainkan juga cara sebuah klub menghadapi kemenangan maupun kekalahan.

Boikot karena luka ego membuat Real Madrid tampak kerdil di panggung sebesar Ballon d’Or, apalagi dengan politik melawan dunia yang terus dipelihara Florentino Perez. Pertanyaannya, sampai kapan Los Blancos akan mempertahankan sikap seperti ini? Hanya mereka yang tahu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

Jadwal Liga Europa Pekan Ini: 3 Pemain Timnas Indonesia Beraksi

24 Sep 2025, 13:04 WIBSport