Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Saat Micky van de Ven Mengubah Peran Bek Tengah Konvensional

Ilustrasi logo Tottenham Hotspur
Ilustrasi logo Tottenham Hotspur (unsplash.com/Winston Tjia)
Intinya sih...
  • Micky van de Ven mencetak gol sensasional sejauh 67,7 meter dalam pertandingan Liga Champions Eropa 2025/2026.
  • Van de Ven dianggap sebagai Lionel Messi versi bek tengah dan telah mengubah persepsi tentang peran bek tengah dengan kecepatan, keberanian membawa bola, dan kemampuan membaca ruang.
  • Peran Van de Ven dalam sistem pertahanan tinggi Tottenham Hotspur yang Cruyffian telah mendefinisikan ulang pertahanan modern dengan kontrak baru hingga 2029.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Micky van de Ven mencetak gol sensasional saat melawan FC Copenhagen pada Liga Champions Eropa (UCL) 2025/2026. Ia menggiring bola sejauh 67,7 meter dan menuntaskannya dengan tenang ke gawang Copenhagen. Aksi luar biasa itu tidak hanya memamerkan kecepatan dan kekuatan fisik, tetapi juga mengubah persepsi publik tentang batasan seorang bek tengah. Van de Ven menunjukkan, peran pemain bertahan tak lagi sekadar menjaga garis belakang, ia juga mengendalikan arah permainan.

Namun, gol ikonis itu merupakan perjalanan panjang seorang pemain yang dibentuk oleh filosofi dan sains. Tumbuh di Kota Volendam, Belanda, ia kini menjelma sebagai pemain pilar Tottenham Hotspur di bawah Thomas Frank yang melampaui sistem defensif klasik. Ia lahir dari evolusi pemikiran Cruyffian yang menempatkan kreativitas, kontrol ruang, dan progresivitas sebagai fondasi sepak bola modern.

1. Postur tubuh tangguh Micky van de Ven sudah dibangun sejak berada di level akademi

Kisah Micky van de Ven bermula di FC Volendam, klub kecil di Belanda yang menjadi tempat lahirnya bibit pemain sepak bola modern di bawah Wim Jonk dan Jasper van Leeuwen. Keduanya, yang merupakan murid langsung filosofi Johan Cruyff, menolak sistem pengembangan pemain berbasis hasil. Mereka fokus kepada individu dengan mencari keunikan setiap pemain dan mengasahnya menjadi senjata andalan di lapangan. Ketika Van de Ven berusia 18 tahun, Jonk melihat potensi yang tak dimiliki pemain lain, yakni kombinasi fisik luar biasa dan kemampuan membaca ruang yang jarang muncul pada usia muda.

Pada masa itu, Van de Ven belum bisa dibilang pemain yang lengkap. Ia tinggi, kurus, dan memiliki mobilitas terbatas. Jonk dan staf teknis kemudian menjalankan proyek yang mereka sebut sebagai “rekonstruksi total”. Mereka membongkar mekanik tubuh Van de Ven dan membangunnya kembali dengan pendekatan biomekanika. Pelatih atletik dan ahli nutrisi dilibatkan agar Van de Ven menambah massa otot tanpa kehilangan kecepatan alaminya. Dalam 2 tahun, ia menambah hampir 10 kilogram massa tubuh sekaligus mempertahankan kelincahan yang kelak menjadi ciri khasnya.

Proses itu mengubahnya menjadi bek modern dengan pemahaman spasial yang tinggi. Ia belajar, kecepatan bukan sekadar alat bertahan, melainkan instrumen untuk mengontrol ruang dan menginisiasi serangan. Filosofi Cruyff yang diterapkan di Volendam menanamkan pola pikir bahwa setiap pemain, termasuk bek tengah, harus berani mengambil risiko dengan bola di kaki. 

Ketika akhirnya pindah ke VfL Wolfsburg dan kemudian ke Tottenham Hotspur pada 2023, fondasi Cruyffian itu tetap melekat. Van de Ven sekarang merupakan hasil latihan teknik sekaligus manifestasi dari visi sepak bola yang menolak batas posisi. Ia tumbuh sebagai bek yang berpikir seperti gelandang dan berlari seperti winger, perpaduan yang kelak menjadikannya simbol transformasi pertahanan modern.

2. Thomas Frank menyebut Micky van de Ven sebagai Lionel Messi versi bek tengah

Pada Rabu (5/11/2025) kemarin, Tottenham Hotspur Stadium menjadi saksi lahirnya salah satu gol paling fenomenal dalam sejarah Liga Champions. Van de Ven berlari sejauh 67,7 meter dari kotak penalti sendiri sebelum menaklukkan kiper Copenhagen dengan penyelesaian klinis. Opta Analyst mencatat, aksi itu sebagai dribel terpanjang yang menghasilkan gol dalam sejarah Liga Champions. Dalam 10 detik dan 10 sentuhan bola, ia melintasi panjang lapangan, menggabungkan kekuatan, kecepatan, dan keseimbangan sempurna.

Kecepatan itu bukan kebetulan. Pada 2024, Van de Ven mencatat rekor sprint tercepat di English Premier League (EPL) dengan 37,1 kilometer per jam. Angka itu menempatkannya sejajar dengan para penyerang elite, bukan bek tengah. Thomas Frank, manajer Spurs, bahkan menyebutnya seperti Lionel Messi yang berubah menjadi bek tengah, sebuah pernyataan yang menangkap esensi gaya bermain dengan naluri menyerang. Keberanian membawa bola ke depan tidak hanya membongkar tekanan lawan, tetapi juga menciptakan kelebihan jumlah di lini tengah, yang memungkinkan Spurs bertahan tinggi tanpa kehilangan keseimbangan.

Gol itu menjadi pendekatan baru dalam peran bek tengah. Dalam situasi normal, pemain lain mungkin akan memilih umpan aman ke kiri menuju Destiny Udogie. Namun, Van de Ven memilih untuk berlari, menembus lima pemain Copenhagen yang mencoba menghentikannya. Ia mengubah situasi defensif menjadi peluang menyerang tunggalyang menuntut kepercayaan diri, pemahaman taktis, dan ketenangan luar biasa. Bahkan setelah 80 meter berlari penuh, ia tetap cukup tenang untuk menempatkan bola di sisi tiang dekat.

Publik dan media pun terpana. Ini mengingatkan publik dengan gol Son Heung Min melawan Burnley yang dianugerahi Puskas Award 2020. Van de Ven sebelumnya mencatat 2 dari 5 assist carries terpanjang di Premier League 2024, masing-masing sejauh 60,4 dan 56,1 meter. Ini membuktikan, ia bukan hanya pemain bertahan yang cepat, melainkan juga bek yang memahami bagaimana kecepatan dapat digunakan sebagai alat kreatif.

3. Lewat permainannya, Micky van de Ven mendefinisikan ulang pertahanan modern

Peran Micky van de Ven di bawah Thomas Frank menjadi pusat filosofi pertahanan tinggi Tottenham yang sangat Cruyffian. Sistem itu menuntut lini belakang untuk berdiri di dekat garis tengah, menekan lawan lebih awal, dan menjaga tim tetap kompak di separuh lapangan lawan. Dalam kerangka tersebut, kecepatan ekstrem dan kecerdasan taktis Van de Ven menjadi syarat mutlak. Lebih dari sekadar bagian dari sistem, ia merupakan inti yang memastikan sistem itu bekerja

Dengan kemampuan membawa bola dan membaca ruang, Van de Ven memungkinkan Spurs bermain agresif tanpa khawatir terhadap celah di belakang. Ia unggul dalam menutup area yang luas seorang diri yang tidak dimiliki banyak bek tengah top. The Telegraph mengabarkan, kub tengah menyiapkan kontrak baru untuk memperpanjang masa baktinya hingga 2029. Dengan enam gol di semua kompetisi dan status top skorer klub hingga November 2025, kontribusinya telah melampaui ekspektasi terhadap seorang bek.

Keberadaannya di lapangan juga membawa dampak struktural terhadap permainan Spurs. Ketika Van de Ven bermain, tim dapat memadatkan ruang, menekan lawan di area tinggi, dan mengatur tempo permainan melalui progresi dari belakang. Tanpanya, sistem Tottenham kerap runtuh, yang menunjukkan betapa vital peran bek asal Belanda itu. Ia berperan sebagai penegak pertahanan sekaligus pengendali ritme dan jarak permainan tim.

Dalam konteks sepak bola modern yang makin cepat dan taktis, Micky Van de Ven merepresentasikan arah baru evolusi posisi bek tengah. Jika dulu bek identik dengan kekuatan fisik dan disiplin posisi, kini ia juga menjembatani peran antara gelandang bertahan dan sayap, antara bertahan dan menyerang, dan mewakili generasi baru ketika batas peran pemain makin versatil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

4 Gol Pertama Rayan Cherki bagi Manchester City, Merata di Semua Ajang

09 Nov 2025, 10:34 WIBSport