Tokoh Korup Jadi Pahlawan Kemerdekaan Sepak Bola Asia-Afrika

Jakarta, IDN Times - Joao Havelange adalah sebuah ironi. Di masa 100 tahun hidupnya, dia pernah menjadi Presiden FIFA dalam rentang waktu 24 tahun. Dia banyak berkutat dalam kasus suap dan praktik korupsi. Publik Brasil, kampung halamannya, mungkin mengenalnya sebagai sosok kotor.
Namun, bagi sepak bola Asia dan Afrika, umumnya sepak bola negara dunia ketiga, Havelange adalah seorang pahlawan. Berkat sederet kebijakannya sebagai Presiden FIFA, sepak bola Asia dan Afrika yang awalnya terbelakang, terangkat dan mampu sejajar dengan Eropa.
1. Havelange memerdekakakan sepak bola Asia dan Afrika

Sebelum Havelange menjadi presiden, FIFA berada di bawah kepemimpinan orang bebal asal Inggris, Sir Stanley Rous. Pria yang juga mantan wasit itu memimpin FIFA dengan pandangan Eropa-sentris. Alhasil, tim-tim dari Asia dan Afrika tidak begitu dapat perhatian.
Sebelum 1974, jatah tim dari Asia, Afrika, dan Australia-Oseania, hanya satu di Piala Dunia, dan itu mesti diperebutkan oleh banyak negara. Alhasil, gaung negara-negara dunia ketiga tidak terlalu terdengar di Piala Dunia. Ada semacam penindasan tidak langsung yang dilakukan.
Kemudian, Havelange datang. Seketika begitu dia terpilih, berbagai terobosan baru dilakukan untuk sepak bola Asia dan Afrika. Dia sempat melihat langsung kondisi sepak bola Asia dan Afrika, dengan membawa serta bintang Brasil di Piala Dunia, Pele, sebagai pendamping.
Tanpa ragu, Havelange menambah jatah tim Asia dan Afrika di Piala Dunia. Pada Piala Dunia 1998, atau di masa terakhir kepemimpinan Havelange, tercatat jatah tim Asia di Piala Dunia menjadi empat, sedangkan Afrika menjadi lima tim. Hal itu merupakan buah dari perjuangan Havelange.
Berkatnya, sepak bola Asia dan Afrika mampu menunjukkan taringnya di dunia, bersaing dengan negara-negara Eropa dan Amerika Selatan. Mereka tidak lagi jadi pihak yang tertindas dan minoritas di kancah sepak bola dunia.
2. Havelange jadi inisiator Piala Dunia usia muda dan perempuan

Tidak hanya menambah jatah untuk tim Asia dan Afrika di Piala Dunia, Havelange juga melakukan beberapa terobosan baru selama masa kepemimpinannya. Dia menjadi pencetus ajang Piala Dunia U-17, Piala Dunia U-20, Piala Konfederasi, serta Piala Dunia Perempuan.
Dia juga melakukan perombakan di dalam tubuh FIFA, dengan membangun kantor pusat FIFA di Zurich, Swiss. Dia juga menyewa staf penuh waktu dan orang-orang finansial untuk mengatur keuangan FIFA. Alhasil, Havelange disebut juga sebagai sosok yang progresif.
Tidak cuma itu, terobosan yang dia lakukan juga membuat sepak bola jadi lebih menyebar. Anak-anak muda dan para perempuan dapat terlibat lebih banyak di sepak bola, dengan adanya Piala Dunia yang khusus diadakan bagi mereka. Dia membuat sepak bola jadi olahraga untuk semua manusia.
3. Efek Havelange, sepak bola Asia dan Afrika mulai bergema

Efek dari beberapa terobosan yang dilakukan oleh Havelange ini menuai hasil. Sepak bola Afrika dan Asia bergema di dunia. Semua dimulai dengan keberhasilan Kamerun menembus perempat final Piala Dunia 1990, plus keberhasilan Korea Selatan menjadi semifinalis Piala Dunia 2002.
Hal itu berlanjut dengan keberhasilan Ghana masuk perempat final Piala Dunia 2010. Kendati dominasi Eropa dan Amerika Selatan berlanjut, mencuatnya negara-negara Asia dan Afrika di Piala Dunia ini jadi sebuah kesegaran tersendiri.
Tidak cuma itu, dengan adanya Piala Dunia untuk usia muda, tim-tim dari Eropa jadi punya media baru untuk melihat talenta-talenta muda dari berbagai negara. Piala Dunia Perempuan juga jadi salah satu titik awal pengembangan sepak bola perempuan di seluruh dunia.
Memang, Havelange itu korup, plus sering terlibat dalam praktik suap. Akan tetapi, apa yang dia lakukan selama memimpin, sukses memerdekakan sepak bola Afrika dan Asia. Tidak cuma itu, dia juga memerdekakan sepak bola menjadi olahraga yang bisa dinikmati semua kalangan di dunia.