Tragedi Kanjuruhan Hanya Angin Lalu Bagi Aremania

- Aremania melempari bus Persik Kediri dengan batu setelah laga di Stadion Kanjuruhan, menyebabkan pecahnya kaca bus.
- General Manager Arema kecewa dan menganggap Aremania tidak menghargai upaya manajemen untuk mempertahankan eksistensi klub di Liga 1.
- Tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022 tidak membuat Aremania belajar, mereka mengulangi kesalahan yang sama dua tahun kemudian.
Jakarta, IDN Times - Entah apa yang ada dalam pikiran kelompok suporter Arema FC, Aremania. Alih-alih belajar dari tragedi Kanjuruhan, mereka justru mengulangi kesalahan yang sama baru-baru ini.
Pada Minggu (11/3/2025), Aremania melempari bus Persik Kediri dengan batu, selepas laga yang dihelat di Stadion Kanjuruhan. Akibatnya, kaca bus bagian depan dan samping kiri pecah.
Tentu insiden ini mencoreng wajah Arema, yang pada akhirnya bisa mentas lagi di Kanjuruhan. Seolah-olah, mereka tidak belajar dari tragedi nahas pada 1 Oktober 2022 lalu.
1. Manajemen Arema kecewa

General Manager Arema, Yusrinal Fitriandi, mengaku kecewa dengan tindakan pelemparan dari Aremania ini. Seolah-olah, Aremania tidak menghargai upaya manajemen untuk mempertahankan eksistensi klub di Liga 1.
"Kami kecewa dengan beberapa stakeholders pertandingan kemarin. Tiga tahun kami berusaha mempertahankan eksistensi klub. Bersungguh-sungguh untuk kembali ke rumah sendiri," kata Yusrinal dalam keterangannya.
2. Mentalitas menerima kekalahan yang kurang baik

Mengingat tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022 lalu, hal itu berawal dari kekecewaan Aremania usai Arema kalah 2-3 dari Persebaya. Ketika itu, sekelompok suporter menerobos masuk ke lapangan.
Sontak, hal itu menyulut pihak keamanan untuk melakukan aksi brutal berupa penembakan gas air mata. Fans juga dikabarkan menyerang kendaraan taktis (rantis) yang ditumpangi Persebaya di luar stadion.
Buntut dari insiden itu, 135 nyawa melayang. Kompetisi Liga 1 2022/23 sempat dihentikan beberapa pekan, dan akhirnya dari situ muncullah kebijakan pembatasan suporter di laga tandang.
Ternyata, pada Mei 2025, atau dua tahun lebih setelah insiden Kanjuruhan, Aremania justru mengulangi kesalahan yang sama. Alih-alih menerima kekalahan dari Persik, mereka justru melempari bus Persik dengan batu.
"Kami terasa sudah berdarah-darah, sekuat daya dan upaya kami lakukan, di tengah caci maki yang menghiasi klub. Namun hasilnya seakan-akan kita tidak dihormati di sini (buntut pelemparan ke bus Persik)," kata Yusrinal.
3. Banyak pihak berang dengan aksi Aremania ini

Buntut dari kejadian ini, banyak pihak berang. Mereka heran dengan Aremania yang masih saja berulah, meski sudah tahu pernah ada tragedi besar yang terjadi di kota mereka pada Oktober 2022 lalu.
Berbagai penolakan yang sempat diterima Arema di berbagai kota, serta hukuman yang akhirnya harus diterima semua klub Liga 1 buntut dari tindakan Aremania ini, tak memberi efek jera sama sekali.
Pada akhirnya, tragedi Kanjuruhan hanya dianggap sebagai angin lalu. Arema hanya bisa menggerutu tanpa bisa berbenah, sedangkan Aremania menganggap 135 nyawa rekan mereka yang melayang tidak berharga.