Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warisan Chelsea yang Tak Pernah Padam, Kursi Panas Manajer

Momen keributan dalam laga Tottenham vs Chelsea, Minggu (26/2/2023). (premierleague.com).

Jakarta, IDN Times - Kepemilikan baru nyatanya belum memberi andil positif bagi Chelsea. Malah, warisan dari pemilik lama, Roman Abramovich, masih terasa di Stamford Bridge, yakni kursi panas manajer.

Yap, kursi manajer Chelsea adalah sesuatu yang acap menjadi komoditi panas sejak era Abramovich. Sudah ada 15 manajer yang merasakan keganasan kursi manajer Chelsea. Jose Mourinho dan Guus Hiddink bahkan merasakannya dua kali.

Hadirnya Todd Boehly rupanya tidak mengubah hal tersebut. Kursi manajer Chelsea, hingga kini, tetap menjadi sesuatu yang panas. Itu yang dirasakan Mauricio Pochettino sekarang ini. Dia jadi korban selanjutnya dari kursi panas tersebut.

1. Pochettino resmi dipecat Chelsea

Mauricio Pochettino dan Thiago Silva (chelseafc.com)

Pada Rabu (22/5/2024), Chelsea mengumumkan kabar kurang sedap. Mereka resmi memutuskan pisah jalan dengan Mauricio Pochettino. Performa 'Si Biru' yang dianggap kurang greget jadi alasannya. Mereka hanya finis di peringkat enam klasemen akhir liga.

Tindakan Chelsea ini jelas mengejutkan, karena Pochettino sejatinya mampu mengangkat Si Biru di akhir musim. Mereka bahkan finis lebih baik dari Manchester United, yang berada di posisi delapan klasemen akhir liga.

Bersama Chelsea, Pochettino melakoni 51 laga di seluruh kompetisi musim ini. Rinciannya adalah 27 kemenangan, 10 imbang, dan hanya 14 kali kalah.

Lini belakang Chelsea memang terlihat rapuh karena kecolongan 76 gol. Namun, lini depan mereka lumayan tajam dengan menceploskan 107 gol.

Catatan ini lebih baik dari milik Erik ten Hag di MU musim ini. Ten Hag tetap dipertahankan, meski hanya meraih 25 kemenangan, tujuh imbang dan 19 kali keok. Namun, akhirnya Pochettino jadi korban keganasan manajemen juga.

2. Graham Potter sempat jadi pesakitan

Graham Potter (chelseafc.com)

Sebelum Pochettino, ada Graham Potter yang juga sempat jadi pesakitan di kursi panas manajer Chelsea. Dia datang pada 8 September 2022, menggantikan Thomas Tuchel, manajer pertama yang dipecat di era Boehly.

Sialnya, kedatangan Potter tidak membuat Chelsea jadi lebih baik. Torehan Potter bersama Chelsea tidak terlalu baik, dengan catatan 31 kemenangan, 12 hasil imbang, dan 11 kekalahan dari 54 laga yang dilakoni bersama Chelsea di semua ajang.

Persentase kemenangan Potter bersama Chelsea juga rendah, hanya 38,71 persen saja. Sontak, pada April 2023, dia langsung dipecat dan digantikan Frank Lampard yang jadi manajer sementara. 

3. Tuchel jadi korban pertama Todd Boehly

Thomas Tuchel (straitstimes.com)

Di era kepemimpinan Boehly, sudah ada satu nama yang jadi korban di posisi manajer. Dia adalah Thomas Tuchel. Sempat membawa Chelsea juara Premier League, pria asal Jerman itu dipecat dari klub pada 7 September 2022.

Pemecatan Tuchel ini tak lepas dari buruknya performa Chelsea di awal musim 2022/23. Pemecatan eks manajer Paris Saint-Germain (PSG) dan Borussia Dortmund itu juga menandakan, kendati kepemimpinan berganti, kursi manajer Chelsea masih panas.

4. Chelsea berburu manajer baru

Roberto De Zerbi (premierleague.com)

Sekarang, Pochettino pun sudah pergi. Chelsea harus segera mencari pengganti, agar persiapan menuju musim 2024/25 mendatang lebih maksimal. Ada sembilan nama yang diisukan akan jadi manajer baru tim yang bermarkas di London itu.

Nama-nama tenar pun muncul ke permukaan, seperti Kieran McKenna (mentor Elkan Baggott di Ipswich), Roberto De Zerbi, Hansi Flick, Ruben Amorim, Vincent Kompany, hingga Thomas Tuchel yang diisukan akan mudik.

Akan tetapi, siapa pun yang akan jadi manajer nantinya, dia harus bersiap. Sebab, kursi panas manajer Chelsea diprediksi masih tetap akan ada. Sudah banyak orang yang menjadi korbannya, dan hal itu sudah membudaya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
Satria Permana
3+
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us