5 SoC yang Setingkat dengan Chipset UNISOC T7100

- UNISOC T7100 adalah rebranding dari UNISOC SC9863A, prosesor entry level yang dianggap lama tetapi masih digunakan di smartphone terjangkau.
- Prosesor ini memiliki skor benchmark AnTuTu sekitar 119.000 poin, setara dengan performa UNISOC SC9863A dan lebih rendah dari MediaTek Helio P22.
- UNISOC T7100 mendukung layar hingga 2160 x 1080 piksel, kamera tunggal hingga 16MP atau konfigurasi ganda 5MP + 5MP, serta jaringan 4G LTE Cat.7.
UNISOC T7100 merupakan prosesor entry level keluaran UNISOC. Chipset ini diperkenalkan secara diam-diam pada 2025 dan dipercaya sebagai otak dari itel A90 yang dirilis pada 21 Mei 2025. Meski membawa nama yang terdengar baru, sebenarnya UNISOC T7100 bukanlah sepenuhnya produk anyar. UNISOC T7100 sejatinya adalah chipset daur ulang. Ia merupakan rebranding dari UNISOC T603, yang sebelumnya juga merupakan versi penyegaran dari UNISOC SC9863A, prosesor lama yang pertama kali meluncur pada 27 November 2018. Jadi, meski dibalut nama baru, jeroannya tetap teknologi lama.
Dari sisi arsitektur, UNISOC T7100 masih mempertahankan pendekatan serupa yakni dibangun menggunakan proses fabrikasi 28 nm dan memiliki konfigurasi octa-core. Prosesor tersebut terdiri dari empat core Cortex A55 berfrekuensi 1,6 GHz dan empat core Cortex A55 yang melaju pada frekuensi 1,2 GHz. Untuk pengolahan grafis, chipset ini mengandalkan PowerVR GE8322. Berdasarkan informasi dari Inquisitive Universe, skor uji benchmark sintetis AnTuTu v10 untuk chipset ini sekitar 119.000 poin. Sementara pengujian GeekBench menghasilkan 164 (single-core) serta 725 (multi-core) yang menempatkannya di jajaran bawah prosesor entry-level tahun 2025.
Melalui data benchmark sintetis tersebut, kamu bisa memetakan kira-kira chipset apa saja yang punya performa sebanding UNISOC T7100. Jika ingin mencari pesaing setara, target performa minimalnya berada di kisaran 119 ribuan poin. Jadi, siapa saja kandidat pesaing dari UNISOC T7100? Yuk, simak ulasan selengkapnya!
1. UNISOC SC9863A (119.450 poin)

Seperti telah disinggung sebelumnya, UNISOC SC9863A merupakan chipset original kelas entry-level yang diluncurkan pada akhir 2018. Meski usianya tak lagi muda, chipset ini masih banyak digunakan di berbagai smartphone terjangkau seperti Nokia C32 dan Samsung Galaxy A03 Core karena kemampuannya menangani kebutuhan dasar pengguna. Menilik komposisi, UNISOC SC9863A dibekali delapan inti ARM Cortex-A55. Inti tersebut terbagi menjadi dua klaster yakni empat inti berkecepatan 1.6 GHz serta empat inti lainnya 1.2 GHz.
Chipset ini berbasis arsitektur ARMv8.2-A yang dikenal hemat daya, meski tidak ditujukan untuk aktivitas berat. Sayangnya, penggunaan proses fabrikasi 28nm membuat efisiensinya kalah dibanding chip generasi baru yang lebih hemat daya. Dalam uji performa menggunakan AnTuTu v10 versi NanoReview, UNISOC SC9863A meraih skor sekitar 119.450 poin. Skor ini cukup untuk menjalankan aplikasi ringan seperti mengirim SMS, browsing, dan streaming video. Namun, performanya terbatas untuk multitasking atau bermain game berat. Menariknya, performa yang dihasilkan hampir sebanding dengan UNISOC T7100, yang secara teknis merupakan versi rebranding dari SC9863A yang merupakan chipset aslinya.
Untuk pengolahan grafis, chipset ini mengandalkan GPU PowerVR GE8322 dari seri Rogue. GPU ini beroperasi pada frekuensi 550 MHz, memiliki 8 pipelines dan total 64 shading units yang mampu menghasilkan performa grafis sekitar 70.4 GFLOPS. Ini cukup mumpuni untuk game ringan dan pemutaran video hingga resolusi 1080p. Dukungan API mencakup Vulkan 1.1 dan OpenCL 1.2, namun sayangnya tidak dilengkapi AI accelerator (NPU).
Di sektor memori, chipset ini mendukung RAM LPDDR4X berkecepatan hingga 1800 MHz dan kapasitas maksimum 4 GB. Komposisi ini cukup untuk menjalankan sistem operasi ringan. Untuk penyimpanan, hanya tersedia dukungan eMMC 5.1 dimana dari segi performa lebih lambat dibandingkan memori berjenis UFS, sehingga memengaruhi kecepatan baca dan tulis saat membuka aplikasi.
Untuk tampilan, UNISOC SC9863A mampu mendukung resolusi layar hingga 2160 x 1080 piksel, yang cukup tajam untuk kebutuhan standar. Kemampuan kameranya mencakup dukungan sensor tunggal hingga 16MP atau konfigurasi ganda 5MP + 5MP. Rekaman video dibatasi pada resolusi 1K di 30FPS. Sementara playback, UNISOC SC9863A mendukung video hingga 1080p. Format video yang didukung meliputi H.264 dan H.265, serta audio seperti MP3, WAV, AAC, dan lainnya.
Dari sisi konektivitas, chipset ini telah mendukung jaringan 4G LTE Cat.7, kecepatan unduh maksimal 300 Mbps, dan unggah hingga 150 Mbps. Namun, jaringan 5G belum tersedia. Fitur konektivitas lainnya mencakup Wi-Fi 4 (802.11n), Bluetooth 4.2, serta sistem navigasi satelit seperti GPS, GLONASS, Beidou, dan Galileo.
2. Helio P22 (122.540 poin)

Lebih dulu hadir dibandingkan UNISOC SC9863A, MediaTek Helio P22 menyasar segmen menengah ke bawah yang menonjolkan efisiensi daya. Chipset yang rilis pada 22 Mei 2018 dibekali delapan inti CPU ARM Cortex-A53 yang terbagi menjadi dua klaster. Klaster pertama berisi empat inti pertama berjalan di kecepatan 2.0GHz, sementara empat lainnya diatur di 1.5GHz. Meski seluruh inti menggunakan arsitektur hemat energi, perpaduan ini mampu menghasilkan performa memadai untuk aktivitas ringan seperti menjelajah internet, membuka media sosial, hingga menjalankan aplikasi sehari-hari.
Helio P22 diproduksi menggunakan proses fabrikasi 12nm FinFET dari TSMC, teknologi yang jauh lebih modern dibandingkan UNISOC T7100 yang masih mengandalkan proses 28nm. Dari hasil benchmark AnTuTu v10, chipset ini mencatatkan skor 122.540. Sedangkan pada GeekBench 6, performanya tercermin lewat skor 233 untuk single-core dan 723 untuk multi-core. Konsumsi dayanya yang berkisar 5 watt membuatnya tergolong hemat energi. Bahkan, Samsung Galaxy A10s sempat mempercayakan Helio P22 sebagai otaknya.
Sektor grafis sepenuhnya ditangani oleh GPU PowerVR GE8320 yang beroperasi pada frekuensi 650MHz. GPU ini dibangun berdasarkan arsitektur PowerVR Series8XE (Rogue) dan memiliki total 32 shader units. Berkat daya komputasi sekitar 41.6 GFLOPS, performa grafisnya cukup untuk menangani game 2D atau beberapa game 3D ringan. Namun, untuk gim populer berintensitas grafis tinggi seperti PUBG Mobile atau Mobile Legends, pengguna perlu menyesuaikan pengaturan visual agar tetap lancar.
Helio P22 mendukung RAM tipe LPDDR4X berkecepatan hingga 1600MHz dan kapasitas maksimal 6GB. Bandwidth memori yang mencapai 11.92 Gbit/s cukup untuk mendukung multitasking ringan. Namun, pada sisi penyimpanan, chipset ini masih mengandalkan teknologi eMMC 5.1, meski tidak secepat UFS dalam hal transfer data.
Untuk sektor tampilan, Helio P22 mendukung resolusi maksimal hingga 1600 x 720 piksel (HD+). Resolusi ini umum digunakan pada perangkat entry-level dan cukup tajam saat diterapkan pada layar berukuran di bawah 6 inci. Walaupun tidak menyediakan refresh rate tinggi, penggunaan resolusi ini turut membantu efisiensi daya.
Chipset ini sanggup menangani kamera tunggal hingga 21MP atau dual camera hingga 13MP + 13MP. Untuk perekaman video, Helio P22 mampu merekam dalam resolusi 1K (960p) pada 30 frame per detik, serta memutar video hingga 1080p. Dukungan terhadap codec video H.264 dan H.265 menjadikannya cukup efisien dalam hal kompresi file. Walau tak dibekali ISP kelas atas seperti seri Helio G, hasil jepretan kamera pada kondisi pencahayaan cukup masih dapat diandalkan.
Dalam urusan konektivitas, Helio P22 masih layak dibanggakan. Chipset ini sudah mendukung jaringan 4G LTE Cat.7 yang memiliki kecepatan unduh hingga 300 Mbps dan unggah hingga 150 Mbps. Fitur nirkabel lainnya termasuk Wi-Fi 5, Bluetooth 5.0, serta sistem navigasi global seperti GPS, GLONASS, Beidou, Galileo, dan QZSS. Kombinasi fitur ini membuat perangkat berbasis Helio P22 tetap kompeten dalam hal koneksi internet dan navigasi.
3. Helio A22 (123.031 poin)

Tak terpaut jauh dari Helio P22, Helio A22 hadir sebagai salah satu lini chipset MediaTek yang dirilis hanya berselang 26 hari. Perbedaan waktu rilis yang singkat ini tak memengaruhi signifikan skor benchmark yang dicapai. MediaTek Helio A22 mencatatkan skor AnTuTu sebesar 123.031. Skor ini hanya terpaut 491 poin dari Helio P22. Sementara itu, pada pengujian GeekBench 6, Helio A22 meraih 332 poin untuk single-core dan 1.145 poin pada multi-core. Smartphone pertama yang mengadopsi chipset ini adalah TECNO Spark Go 2023.
Helio A22 mengusung konfigurasi quad-core yang terdiri atas empat inti ARM Cortex-A53 berkecepatan 2.0 GHz. Arsitektur ARMv8-A dan fabrikasi 12nm dari TSMC menjadikannya hemat daya berkat konsumsi TDP sekitar 4 watt. Meski bukan untuk kinerja berat, chipset ini tetap mumpuni menjalankan kebutuhan dasar seperti mengakses media sosial, browsing, dan komunikasi sehari-hari.
Dari sisi grafis, Helio A22 mengandalkan GPU PowerVR GE8300 yang menggunakan arsitektur PowerVR Series8XE. GPU ini beroperasi pada frekuensi 660 MHz, 2 pipelines dan 16 shading units yang mampu menghasilkan performa hingga 20.8 GFLOPS. Dukungan terhadap Vulkan 1.1 dan OpenCL 1.2 membuatnya tetap kompeten dalam menampilkan grafis ringan seperti antarmuka aplikasi atau game kasual.
Untuk kecerdasan buatan, Helio A22 menyematkan platform NeuroPilot yang memungkinkan fitur-fitur seperti pengenalan wajah, deteksi objek melalui kamera, hingga pengelolaan daya yang lebih cerdas. Chipset ini juga mendukung RAM LPDDR4X hingga 1600 MHz dan bandwidth maksimum 13.9 Gbit/s. Dukungan bus 2x16-bit memungkinkan penggunaan RAM sampai 6 GB yang cukup lega untuk smartphone di segmen entry-level. Sementara itu, media penyimpanan yang digunakan adalah eMMC 5.1. Meskipun lebih lambat dari UFS, tetap memadai untuk penggunaan ringan.
Kemampuan kamera Helio A22 mencakup dukungan kamera tunggal hingga 21MP atau ganda hingga 13MP + 13MP. Perekaman video dibatasi pada resolusi 1K (1440x720) di 30fps, sedangkan pemutaran mendukung resolusi hingga 1080p. Codec video yang didukung meliputi H.264 dan H.265, serta dukungan audio mencakup format populer seperti MP3, WAV, dan AIFF. Untuk konektivitas, Helio A22 kompatibel dengan jaringan 4G LTE Cat.7 yang menawarkan kecepatan unduh hingga 300 Mbps dan unggah hingga 150 Mbps. Fitur konektivitas lainnya meliputi Wi-Fi 5 (802.11ac), Bluetooth 5.0, serta sistem navigasi satelit seperti GPS, GLONASS, dan Beidou.
4. Helio G25 (125.125 poin)

Helio G25 merupakan salah satu chipset entry-level dari MediaTek yang diumumkan pada 30 Juni 2020. Diantara semua chipset yang masuk daftar setingkat UNISOC T7100, Helio G25 termasuk yang paling baru. Motorola G Pure, Xiaomi Redmi 10A, dan Xiaomi Redmi 9A adalah deretan smartphone yang mempercayakan Helio G25 sebagai mesin tenaganya.
Chipset ini mengusung delapan inti CPU berbasis Cortex-A53. Komposisinya terdiri dari empat inti berkecepatan 2.0GHz dan empat inti lainnya 1.5GHz. Dirancang menggunakan arsitektur ARMv8.2-A dan diproduksi lewat proses 12nm dari TSMC, konsumsi dayanya tergolong irit hanya sekitar 2 watt dalam skenario penggunaan berkelanjutan.
Dalam pengujian AnTuTu v10, Helio G25 mencetak skor sekitar 125.125 poin. Angka ini sedikit lebih tinggi dibanding kompetitor seperti UNISOC T7100. Sementara itu, GeekBench 6 mencatat 185 poin (single-core) dan 521 poin (multi-core) sehingga menempatkannya sebagai salah satu chipset yang memiliki efisiensi kinerja cukup baik di kelas harga terjangkau.
Untuk urusan grafis, Helio G25 mengandalkan GPU PowerVR GE8320 dari lini Series8XE (Rogue) yang berjalan pada frekuensi 650 MHz. GPU ini memiliki 4 pipeline dan total 32 shading units yang menghasilkan daya komputasi mencapai 41,8 GFLOPS. Cukup mumpuni untuk mengoperasikan antarmuka lancar serta menjalankan gim ringan seperti Free Fire atau Mobile Legends pada setelan grafis rendah. Dukungan API meliputi Vulkan 1.1 dan OpenCL 1.2.
Di sektor memori, Helio G25 mendukung RAM LPDDR4X hingga 1600 MHz, bus memori 2x16-bit dan bandwidth maksimal 13,9 Gbit/s. Kapasitas RAM maksimal yang didukung adalah 6 GB sehingga cukup untuk aktivitas multitasking ringan. Sayangnya, penyimpanan internal masih berbasis eMMC 5.1 yang cenderung lebih lambat dibanding UFS.
Dukungan tampilan visual mencakup resolusi hingga 2400 x 1080 piksel memungkinkan layar Full HD+ pada smartphone murah. Di sektor kamera, Helio G25 mampu menangani konfigurasi kamera tunggal 21MP atau dua kamera 13MP. Untuk perekaman video, hanya mendukung video 1K (960p) pada 30fps, serta pemutaran hingga 1080p @30fps. Dukungan ini terbilang cukup untuk dokumentasi dasar. Codec video yang didukung mencakup H.264 dan H.265. Sedangkan audio mendukung format populer seperti MP3, WAV, MP4, CAF, hingga AIFF. Tanpa akselerator AI (NPU), namun tetap mampu memberikan pengalaman multimedia stabil.
Modem 4G LTE Cat.7 menawarkan kecepatan unduhan hingga 300 Mbps dan unggahan 150 Mbps. Dukungan jaringan mencakup Wi-Fi 5 (802.11ac) dan Bluetooth 5.0 justru lebih unggul dibanding chipset lain di kelasnya. Sistem navigasi juga tersedia seperti GPS, GLONASS, Beidou, serta Galileo yang layak diandalkan untuk pelacakan lokasi.
5. Snapdragon 801 (125.245 poin)

Snapdragon 801 merupakan prosesor empat inti (quad-core) dari Qualcomm yang diumumkan pada 24 Februari 2014. Chipset ini mengandalkan arsitektur Krait berkecepatan hingga 2.5 GHz. Meski hanya terdiri atas empat inti, performa single-core tergolong tinggi di masanya berkat efisiensi mikroarsitektur Krait. Proses produksinya menggunakan teknologi 28nm yang dikembangkan oleh TSMC melalui total 1 miliar transistor dan TDP sekitar 6W. Komposisi ini terbilang efisien untuk perangkat flagship pada era tersebut.
Dalam uji sintetis terbaru menggunakan AnTuTu v10 versi NanoReview, Snapdragon 801 mencatat skor sekitar 125.245 poin. Angka ini cukup untuk menjalankan tugas dasar meski usianya lebih dari satu dekade. Meski masih tergolong layak untuk chip lama, GeekBench 6 mengapresiasinya melalui catatan skor 205 poin (single-core) dan 698 poin (multi-core). Apalagi, nilai benchmark AnTuTu yang dihasilkan juga hampir beda tipis dari Helio G25 yang rilis pada 2020. Sony Xperia Z3 adalah satu-satunya smartphone yang dibekali chipset lawas ini.
Pengolahan grafis ditangani oleh GPU Adreno 330 yang beroperasi pada frekuensi 578 MHz. GPU ini berasal dari keluarga Adreno 300 yang memiliki 128 unit shading dan kinerja grafis total mencapai 148 GFLOPS. Meski tak cocok untuk game berat masa kini, Adreno 330 mendukung DirectX 11, Vulkan 1.0, dan OpenCL 1.2 sehingga masih memadai untuk multimedia serta game ringan.
Soal memori dan kapasitas penyimpanan, Snapdragon 801 mendukung RAM LPDDR3 berfrekuensi hingga 933 MHz, bandwidth maksimum 14.9 Gbps, kapasitas maksimal 4 GB, serta bus ganda 32-bit. Untuk penyimpanan juga sudah mendukung eMMC 5.0 sehingga cukup cepat pada masanya meski kini sudah tertinggal dari standar UFS. Snapdragon 801 sudah mendukung layar hingga 2560 x 2048 piksel, kamera maksimal 21 MP, dan perekaman video 4K @30fps.
Dukungan codec mencakup H.264, H.265, serta format audio populer seperti MP3, WAV, dan MP4 membuat chipset ini layak diandalkan untuk segi multimedia kelas atas pada masanya. Untuk jaringan, Snapdragon 801 dilengkapi modem 4G LTE Cat.5 berkecepatan unduh hingga 150 Mbps dan unggah 50 Mbps. Konektivitas nirkabel mencakup Wi-Fi 5 (802.11ac), Bluetooth 4.0, serta sistem navigasi global GPS, GLONASS, Beidou, dan Galileo.
Chipset UNISOC T7100 bisa dibilang sebagai salah satu opsi super ekonomis untuk HP kelas entry level. Sayangnya, spesifikasi yang diusung benar-benar jauh tertinggal hampir satu dekade. Indikasi ini dikuatkan dari salah satu pesaing UNISOC T7100 yaitu Snapdragon 801 yang merupakan chipset tertua di antara semua yang masuk dalam daftar pembanding ini karena dirilis pada 2014.
Perlu dipahami bahwa artikel ini tidak bertujuan menyamaratakan kemampuan setiap chipset yang dibahas. Perbandingan didasarkan pada skor benchmark dari NanoReview untuk menggambarkan seberapa jauh performa UNISOC T7100 yang meraih skor AnTuTu sekitar 119 ribuan. Chipset ini sendiri merupakan versi rebranding dari UNISOC SC9863A yang mana membawa arsitektur yang sama persis.
Untuk pemakaian ringan seperti SMS, WhatsApp, dan browsing sederhana, UNISOC T7100 masih cukup memadai. Namun, bila kamu membutuhkan kecepatan lebih, kemampuan kamera yang baik, atau multitasking tanpa hambatan, sebaiknya pertimbangkan chipset lain yang lebih modern. Informasi mengenai chipset yang performanya setingkat UNISOC T7100 dapat dijadikan sebagai panduan (guide) calon pembeli agar bisa memperkirakan alternatif terbaik untuk mencari HP yang punya SoC setara.
Terlepas dari keterbatasannya, UNISOC T7100 tetap pantas disebut sebagai pilihan entry-level yang layak. Kinerjanya cukup stabil untuk aktivitas ringan, ditambah efisiensi daya yang baik dan dukungan jaringan 4G yang masih relevan untuk keperluan harian, seperti chatting, browsing, hingga streaming video beresolusi rendah. Pada akhirnya, keputusan tetap di tanganmu.
Apakah kamu akan let go untuk performa tinggi demi harga yang ramah di kantong, atau tetap menuntut kelancaran multitasking dan kamera jernih dari perangkat berspesifikasi lebih tinggi? Jadi, menurutmu, chipset apa yang sepadan dan bisa menjadi lawan seimbang bagi UNISOC T7100?