Xiaomi XRING O1 Gagal Tembus Klaim 3 Juta Skor Benchmark AnTuTu

- Performa XRING O1 diuji AnTuTu v10 mengecewakan, hanya mencapai 2.501.370 poin.
- Perbedaan skor benchmark dengan klaim marketing Xiaomi menimbulkan keraguan atas stabilitas performa XRING O1.
- XRING O1 tertinggal dari Snapdragon 8 Elite dan Dimensity 9400, dipengaruhi suhu lingkungan dan sistem pendinginan perangkat.
Xiaomi kembali menjadi sorotan karena tengah disibukkan oleh rangkaian peluncuran produk barunya yang tampak bak punya hajat besar. Deretan perangkat tersebut mencakup chipset in-house pertamanya, yaitu Xiaomi XRING O1, smartphone flagship Xiaomi 15S Pro yang menjadi perangkat pertama dengan mengadopsi chipset XRING O1, hingga Xiaomi Pad 7 Ultra sebagai tablet terbesar yang pernah dirilis Xiaomi. Sayangnya, sorotan kali ini tidak berasal dari pencapaian gemilang, melainkan dari hasil benchmark AnTuTu v10 XRING O1 yang mengecewakan.
Chip kustom buatan Xiaomi itu sebelumnya digadang-gadang mampu melampaui skor AnTuTu v10 tiga juta poin, sebagaimana ditampilkan pada materi promosi Xiaomi Pad 7 Ultra. Namun, harapan itu tak tercapai dalam sebuah pengujian independen, di mana performa XRING O1 justru tak sanggup menembus klaim ambisius tersebut. Alih-alih menantang dominasi Snapdragon 8 Elite maupun Dimensity 9400, hasil nyata justru memperkuat keraguan atas stabilitas performa dan kesiapan XRING O1 dalam penggunaan sehari-hari.
Database NanoReview sempat menempatkan XRING O1 di posisi teratas dengan memperoleh rating sempurna 100 dan predikat A+. Tetapi, saat ditelusuri lebih jauh melalui pengujian AnTuTu v10 yang sebenarnya, skornya hanya mencapai 2.501.370 poin. Angka ini jelas tertinggal dari Dimensity 9400 Plus yang baru diluncurkan pada April 2025 di mana mereka sukses mencetak skor 2.878.376 poin. Ketimpangan hasil ini tentu memunculkan pertanyaan besar. Bagaimana bisa Xiaomi terlalu percaya diri mengklaim keunggulan chipset-nya dibanding kompetitor. Sementara hasil lapangan justru menunjukkan sebaliknya? Pertanyaan inilah yang akan coba dibedah lebih dalam pada pembahasan artikel berikut!
1. Hasil pengujian independen ternyata jauh dari janji marketing yang mampu meraup skor 3 juta poin

Dalam pengumuman resminya, Xiaomi terlihat sesumbar memamerkan angka fantastis dari performa chipset terbarunya, XRING O1. Lewat slide presentasi yang dirilis ke publik, Xiaomi mengklaim bahwa chip ini berhasil menembus angka 3.004.137 poin dalam benchmark AnTuTu versi 10. Klaim ini tentunya menempatkan XRING O1 dalam posisi yang sangat kompetitif, bahkan menunjukkan bahwa Xiaomi siap menantang dominasi Qualcomm dan MediaTek di ranah chipset flagship. Dari sisi marketing, angka tiga juta merupakan pencapaian yang sangat ideal. Sampai saat ini, belum ada chipset lain yang mampu menyaingi atau melampaui skor AnTuTu setinggi itu. Menurut data terbaru dari NanoReview, perolehan skor tertinggi saat ini dipegang oleh chipset MediaTek Dimensity 9400 Plus yang berhasil memperoleh skor 2.878.376 poin.
Namun, kenyataan berkata lain ketika seorang reviewer independen asal China, S.White, melakukan pengujian terhadap perangkat yang menggunakan XRING O1. Dalam skenario yang lebih mendekati penggunaan nyata, chipset tersebut hanya mencetak 2.613.424 poin, terpaut sekitar 13 persen dari yang dijanjikan. Hasil ini cukup mengecewakan karena menunjukkan adanya gap antara performa dalam kondisi terkontrol dan realitas penggunaan nyata yang ada di lapangan. Ini juga menimbulkan pertanyaan tentang kejujuran dalam strategi pemasaran Xiaomi dan sejauh mana hasil benchmark internal bisa dijadikan sebagai tolok ukur performa sesungguhnya dari suatu chip.
2. XRING O1 kalah telak dari Snapdragon 8 Elite dan Dimensity 9400

Kekecewaan terhadap performa XRING O1 semakin kuat saat skor benchmarknya dibandingkan dua chipset flagship lain yang juga diproduksi melalui proses fabrikasi serupa oleh TSMC, yaitu Snapdragon 8 Elite dan Dimensity 9400. Snapdragon 8 Elite mencatat skor 2.954.535 poin yang mana unggul sekitar 13 persen dari XRING O1. Hasil ini makin menegaskan dominasi Qualcomm dalam dunia SoC Android, terutama berkat penggunaan arsitektur custom Oryon cores yang dirancang untuk efisiensi dan kecepatan tinggi. Keunggulan ini menjadikan Snapdragon 8 Elite tidak hanya unggul secara angka, tetapi juga dipercaya mampu memberikan performa stabil dalam berbagai skenario.
Lebih menariknya lagi, MediaTek berhasil membawa Dimensity 9400 melampaui XRING O1. Konon, Dimensity 9400 memiliki konfigurasi yang hampir serupa dengan XRING O1 tanpa menyertakan core hemat daya. Hal ini menunjukkan bahwa meski secara teori XRING O1 seharusnya bisa menandingi kompetitor, pada praktiknya ia masih tertinggal dalam hal optimalisasi arsitektur. Dari sini makin menimbulkan segudang tanya. Apakah keputusan Xiaomi untuk mengembangkan chip in-house sendiri sudah cukup matang? Apa mungkin justru perusahaan ini masih harus melewati banyak tahap penyempurnaan agar bisa sejajar dengan pemain mapan di industri chipset?
3. Faktor suhu lingkungan dan pendinginan kerap jadi pemicu turunnya performa chipset XRING O1

Penyebab utama dari rendahnya skor benchmark XRING O1 dalam pengujian independen diyakini berasal dari pengaruh suhu lingkungan yang tidak stabil. Dalam pengujian laboratorium resmi, variabel seperti suhu ruangan, sistem pendinginan, dan beban kerja dikendalikan untuk menghasilkan angka optimal. Namun, saat diuji di lapangan, suhu tinggi memicu thermal throttling pada chipset XRING O1 sehingga performanya terpaksa diturunkan demi menjaga kestabilan perangkat. Ini menunjukkan bahwa chip tersebut masih belum cukup tangguh menghadapi skenario pemakaian berat secara konsisten.
Tak hanya suhu lingkungan, sistem pendinginan internal perangkat juga menjadi faktor penentu performa. Tidak semua smartphone atau tablet memiliki sistem pendingin seperti vapor chamber berukuran besar atau lapisan konduktor panas yang efisien. Dalam kasus ini, XRING O1 yang digunakan di Xiaomi 15S Pro dan Xiaomi Pad 7 Ultra. Kemungkinan besar keduanya belum memiliki sistem pendingin sekelas flagship lain. Akibatnya, performa maksimal dari XRING O1 sulit dimaksimalkan ketika digunakan untuk aktivitas berat seperti gaming, rendering, atau multitasking intensif. Tanpa sokongan perangkat keras pendukung yang kuat, performa terbaik dari sebuah chip akan sulit tercapai.
Saat ini, XRING O1 baru diketahui digunakan secara optimal pada dua perangkat Xiaomi, yakni Xiaomi 15S Pro dan Xiaomi Pad 7 Ultra. Kondisi ini membuat ruang lingkup evaluasi performa chipset tersebut masih terbatas dalam berbagai skenario pemakaian. Ke depannya, Xiaomi perlu merilis lebih banyak proses teardown dan pengujian mendalam agar publik bisa memperoleh gambaran yang lebih utuh mengenai potensi sejati dari XRING O1.
Upaya Xiaomi dalam menciptakan chipset sendiri layak mendapatkan penghargaan sebagai langkah menuju kemandirian teknologi. Meski demikian, adanya gap antara klaim marketing dan hasil pengujian nyata menempatkan XRING O1 pada tantangan besar membangun kepercayaan pasar. Untuk dapat bersaing secara serius melawan nama-nama besar macam Qualcomm dan MediaTek, Xiaomi harus menunjukkan bahwa XRING O1 tidak hanya tampil mengesankan secara angka, tetapi juga mampu memberikan performa solid dalam penggunaan sehari-hari.