Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi konsol PS Vita (blog.playstation.com)

Masih ingat dengan PS Vita? Ya, konsol game handheld besutan Sony ini mengalami kegagalan karena angka penjualan yang kurang memuaskan. PS Vita diluncurkan pertama kali pada 2011 sebagai penerus PSP yang sukses besar. PS Vita kemudian dihentikan produksinya pada 2019 dengan total penjualan hanya sekitar 15 juta unit.

Sebenarnya, PlayStation Vita atau PS Vita bukanlah konsol yang buruk. Secara spesifikasi, PS Vita memang masih berada di atas sang rival, Nintendo 3DS. Akan tetapi, ada sejumlah faktor mengapa PS Vita menjadi konsol handheld yang gagal dalam hal penjualan. Kira-kira, faktor apa yang jadi penyebab?

1. Kalah oleh mobile gaming

HP Gaming Asus ROG 6 Pro (rog.asus.com)

PS Vita meluncur pada 2011 atau di awal dekade saat berkembangnya mobile gaming. Di era ini, smartphone mulai berkembang canggih dan bisa memainkan game yang grafisnya hampir setara konsol. Orang-orang menjadi malas untuk membeli konsol handheld seperti PS Vita karena smartphone saja sudah bisa digunakan untuk memainkan game-game seru. Di pertengahan 2010-an, industri mobile gaming di HP semakin berkembang pesat. Hal tersebut membuat PS Vita semakin tenggelam. 

2. Kalah oleh Nintendo 3DS

konsol Nintendo 3DS XL (nintendo.co.uk)

PS Vita kalah telak oleh Nintendo 3DS yang juga dirilis pada 2011. Nintendo 3DS mampu meneruskan kesuksesan Nintendo DS dengan berbagai game eksklusif yang menarik, termasuk seri Super Mario, Zelda, dan Pokemon. Nintendo memang punya pasarnya sendiri yaitu menjual konsol yang berfokus pada kesenangan bermain alih-alih hanya mendewakan grafis. Kesuksesan Nintendo 3DS tidak dapat diikuti oleh PS Vita karena kurangnya game eksklusif yang mampu menarik hati konsumen. Selain itu, dari segi desain, Nintendo 3DS terlihat lebih keren dengan tampilan dua layar dan bisa dilipat. 

3. Pemasaran yang buruk

ilustrasi pemasaran (freepik.com/kamranaydinov)

Pemasaran yang buruk menjadi salah satu faktor kenapa PS Vita gagal dalam angka penjualan. Sony kurang gencar dalam memasarkan PS Vita. Itu diperparah dengan Sony yang harus berfokus pada pemasaran PS4 yang diluncurkan pada 2013. Akibatnya, banyak para gamer yang belum tahu keberadaan PS Vita di pasaran. Sebaliknya, Nintendo begitu gencar dalam memasarkan 3DS walaupun mereka juga gagal saat meluncurkan Wii U. 

4. Kurangnya jumlah game

Uncharted: Golden Abyss, salah satu game PS Vita (dok. Bend Studio/Uncharted: Golden Abyss)

Salah satu penyebab kenapa banyak gamer malas membeli PS Vita adalah karena kurangnya ketersediaan game. Game-game AAA yang dirilis untuk PS Vita tidak terlalu banyak. Kurangnya jumlah game masih saja terjadi beberapa tahun setelah peluncuran hingga akhirnya PS Vita harus dihentikan produksinya pada 2019. Para developer game enggan memproduksi game untuk konsol yang angka penjualannya kurang laku. Terlebih, sebagian developer memang lebih memilih untuk fokus dalam memproduksi game untuk PS4. 

5. Memory Card yang mahal

Memory Card untuk PS Vita (youtube.com/justintse)

Di era PS3, Sony sudah meninggalkan Memory Card untuk menyimpan permainan dan menggantinya dengan hard disk atau USB flash drive karena teknologi yang makin canggih. Anehnya, Sony malah menggunakan kembali sistem Memory Card di PS Vita untuk menyimpan permainan. Harga Memory Card untuk PS Vita saat itu terbilang cukup mahal dan dijual secara terpisah. Ini merupakan kesalahan yang cukup fatal karena kompetitor mereka, Nintendo 3DS, bisa menyimpan data permainan hanya dengan SD Card biasa. 

Selain kelima alasan di atas, alasan lainnya adalah pada 2017 Nintendo meluncurkan Switch yang membuat PS Vita makin babak belur. Pasar konsol handheld otomatis dikuasai oleh Nintendo Switch yang jauh lebih inovatif. Sony juga enggan membuat penerus PS Vita karena merasa sulit untuk bersaing dengan industri mobile gaming. Namun, baru-baru ini Sony tengah menggarap proyek konsol handheld bernama Project Q. Konsol itu kabarnya hanya bisa memainkan game-game PS5 secara streaming. Apakah usaha Sony tersebut akan sukses atau justru kembali menjadi blunder besar?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team