TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[REVIEW] Deliver Us The Moon—Tampil dengan Grafik Lebih Detail

Penasaran gimana rasanya ke Bulan?

Deliver Us The Moon (dok. KeokeN Interactive/Deliver Us The Moon)

Pada 2019 lalu, penulis sempat mencoba memainkan Deliver Us The Moon yang saat itu hanya dirilis untuk Microsoft Windows (PC). Meskipun tidak setenar developer raksasa lainnya, KeokeN Interactive dinilai mampu menghadirkan sebuah game berkualitas dengan balutan sci-fi yang megah.

Tak hanya itu, game ini sudah dianggap dapat merepresentasikan unsur-unsur sains yang ada tanpa mengurangi keasyikannya dalam bermain. Nah, pada 24 Juni 2022 lalu, Deliver Us The Moon akhirnya dirilis untuk konsol PS5 dan Xbox Series X. Harganya juga cukup terjangkau, yakni Rp200 ribuan di PlayStation Store.

So, apakah game ini betu-betul tampil lebih baik dan detail ketimbang versi sebelumnya? Nah, ketimbang penasaran, kamu bisa baca ulasan dan review Deliver Us The Moon di bawah ini.

1. Jika sumber daya di Bumi habis, Bulan bisa menjadi penyelamatnya

Bertualang di game Deliver Us The Moon demi mencari sumber daya pengganti. (dok. KeokeN Interactive/Deliver Us The Moon)

Kisah yang diangkat dalam Deliver Us The Moon memang cukup klise, tapi bukan berarti terlalu pasaran untuk dimainkan. Garis besarnya, dikisahkan Bumi tengah mengalami krisis sumber daya pada masa yang akan datang. Di tengah apokaliptik yang terjadi di Bumi, ilmuwan dan para ahli rupanya menemukan fakta bahwa Bulan menampung berbagai jawabannya.

Kolonisasi dan tempat tinggal modern disiapkan di Bulan untuk proyek penambangan sumber daya bernama Helium-3. Usaha tersebut terbilang lancar dan sesuai rencana. Hingga suatu saat, komunikasi antara Bulan dan Bumi terputus begitu saja. Nah, kamu akan bertindak sebagai astronaut yang dikirim ke Bulan untuk menyelidiki kasus ini.

Alih-alih bernarasi hardcore macam Dead Space atau Doom Eternal, game ini justru punya segudang elemen yang menyajikan unsur sains. Salah satu contoh yang dibuat begitu lekat dengan sains adalah bagaimana cara kita melakukan sinkronisasi roket dengan Stasiun Luar Angkasa. Sepertinya, narasi macam ini belum pernah ada dalam banyak game bertema luar angkasa yang lain.

Lalu, ada juga kisah-kisah yang mewajibkan kita berhubungan dengan kondisi zero gravity alias gravitasi nol. Meskipun tentu tidak semuanya akurat, memainkan Deliver Us The Moon masih bisa mengajak kita untuk mendalami bagaimana tugas seorang astronaut di luar angkasa.

Nah, kenapa penulis menyatakan bahwa game ini bukanlah permainan hardcore ala Dead Space atau Doom Eternal? Itu karena kamu tidak akan menemukan musuh-musuh heboh yang menyeramkan layaknya kedua game tersebut. Yup, dengan kata lain, sebagian besar premis dan narasi hanya dihadirkan dalam bentuk persoalan atau teka-teki. Konsekuensi logisnya tentu saja game ini terlihat jauh lebih tenang dan menghanyutkan.

Jika suka dengan game luar angkasa yang menitikberatkan pada aksi dan horor, jelas bahwa kamu gak akan cocok dengan Deliver Us The Moon. Namun, kalau kamu suka dengan berbagai unsur sains yang dibuat mendekati akurasi di luar angkasa, game ini bisa dipilih dan mungkin bakal menjadi salah satu karya terbaik.

Baca Juga: [REVIEW] The Quarry—Identik dengan Kisah Horor Klasik

2. Butuh adaptasi dalam memainkannya

Deliver Us The Moon punya gameplay apik yang juga bisa membuat pusing. (dok. KeokeN Interactive/Deliver Us The Moon)

Mekanisme yang disuntikkan developer dalam game ini sudah terbilang apik dan intens meski sering membuat gamer pusing. Well, bagi kamu yang mudah pusing dalam memainkan game FPS, Deliver Us The Moon bisa jadi akan membuat rasa pusing dan mual kita makin intens. Efek dari zero gravity yang dimasukkan dalam game ini memang tampak realistis dan tentu menyulitkan kita dalam berinteraksi dengan banyak hal.

Namun, sebagian besar gameplay-nya masih cenderung mengasyikkan untuk dimainkan. Oh, ya, developer juga memasukkan dua mode pandangan kamera dalam game ini. Ada misi yang mewajibkan kita berada dalam pandangan orang pertama, ada banyak misi pula yang mengharuskan gamer berada di sudut pandang orang ketiga.

Meskipun tidak terdapat musuh-musuh alien yang menyeramkan, game ini memiliki kerumitannya sendiri. Di sini, waktu dan kondisi adalah musuh utama kita. Kamu gak akan sempat memikirkan bagaimana seramnya kondisi Bulan karena pikiranmu sudah dipenuhi dengan rumitnya memasangkan peralatan dengan kondisi oksigen yang makin menipis.

Nah, gimana, sih, rasanya menjelajahi Bulan itu? Meskipun tidak seheboh film-film Hollywood, beberapa mekanisme yang ada dalam Deliver Us The Moon sudah cukup mewakili perasaan intens tersebut. Berjalan kaki, berlari, dan menggunakan wahana darat di Bulan ternyata sangat mengasyikkan! Mungkin sepintas akan terlihat mirip wahana darat di game Mass Effect yang legendaris itu, tapi ini jelas sangat berbeda.

Yang patut diingat di sini adalah waktu dan kondisi yang sudah penulis singgung di atas. Oksigen sangat terbatas sehingga kamu wajib melakukan segala sesuatunya dengan bijak. Apa yang menjadikannya tampak mengerikan adalah fakta bahwa kamu melakukan semuanya sendirian. Itu artinya, jauh di atas sana, kehidupan dan kematian hanya berjarak tipis layaknya kertas.

3. Punya grafik yang lebih detail

Deliver Us The Moon punya tampilan grafik yang menawan. (dok. KeokeN Interactive/Deliver Us The Moon)

Pada 2019 lalu, Deliver Us The Moon versi PC punya tampilan visual yang sangat detail meski bukan yang terbaik. Bahkan, mode RTX bisa diaktifkan jika PC kita menggunakan kartu grafik NVIDIA dari seri kelas atas, misalnya RTX 2060, RTX 3060, RTX 3080, RTX 3090, dan seterusnya.

Lalu, gimana dengan kualitas visual yang ditampilkan oleh PS5? Bisa dikatakan ia setara dengan tampilan ultra pada PC dengan VGA seri RTX. Bahkan, dalam beberapa kasus, grafik yang ditayangkan di konsol PS5 dan juga Xbox Series X bisa melampaui PC kendati tidak terlihat mencolok.

Nah, dalam versi PS5, developer telah memasukkan dua mode visual untuk game ini, yakni 4K dengan 30 fps dan 1440p dengan 60 fps. Semuanya tampak detail, baik dalam hal pencahayaan maupun kualitas animasinya. Jangan lupakan juga waktu loading game yang ringkas dan cepat.

Meskipun di atas kertas game ini memang tidak berspesifikasi tinggi, fakta bahwa PS5 mampu mengangkat tampilan Deliver Us The Moon ke level yang lebih tinggi tentu patut mendapatkan apresiasi lebih. So, memainkannya dengan TV 4K jelas akan membuatmu makin terbawa suasana dengan kondisi luar angkasa yang menakjubkan.

4. Audio sudah terdengar solid

Audio dalam game Deliver Us The Moon sudah terdengar solid. (dok. KeokeN Interactive/Deliver Us The Moon)

Game ini sudah dipenuhi dengan suara dan audio yang solid. Ya, Deliver Us To Moon sudah menjadi game dengan kualitas audio yang mumpuni dan jempolan. Saat dalam wahana, suara langkah kaki, objek bergerak, dan radio akan terdengar dengan sangat jelas. Sebaliknya, saat kita di Bulan, suara akan direduksi. Sebagai gantinya, alunan musik yang agak creepy bakal terdengar di telinga.

Lantas, kenapa suara kendaraan dan langkah kaki kita masih sedikit terdengar di Bulan? Tentu tujuannya adalah modifikasi supaya game ini tidak terdengar membosankan. Sudah penulis catat di atas bahwa elemen sains dalam game ini tidak betul-betul akurat. Itu sebabnya, developer sengaja menyisakan sedikit suara di Bulan karena mereka tidak ingin menjebak kita dalam rutinitas yang repetitif.

Oh, ya, suara komunikasi antara kita dengan manusia di Bumi pun juga terdengar epik. Meskipun tidak seheboh audio layaknya di film-film luar angkasa, mendengar lantunan musik, radio komunikasi, dan suara langkah kaki di dalam wahana luar angkasa masih dapat memberikan kesan mendalam.

Kesan mendalam itulah yang akan menyadarkan kita bahwa kita tengah sendirian di atas sana. Fakta bahwa hanya kita saja yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini pun juga terbilang agak aneh dan menyeramkan. Namun, tepislah anggapan-anggapan negatif itu. Setidaknya, kamu masih bisa menyelamatkan Bumi tanpa adanya baku tembak.

Baca Juga: [REVIEW] Starship Troopers: Terran Command—RTS Apik yang Mulai Langka

Verified Writer

Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya