TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[REVIEW] Spacebase Startopia—Eksekusi Ide Fantasi yang Membingungkan

Tidak sehebat pendahulunya

Spacebase Startopia (dok. Kalypso Media/Spacebase Startopia)

Pada 2001, sebuah game PC buatan Mucky Foot Productions berjudul Startopia pernah menjadi karya yang begitu dipuji oleh kalangan gamer di seluruh dunia. Game strategi tersebut seolah menjadi hal baru karena ia menampilkan plot dan gameplay unik untuk membangun stasiun luar angkasa yang tentunya berisi banyak alien.

Nah, tahun ini, tepatnya pada 26 Maret 2021, game dalam genetik yang sama dirilis kembali oleh developer yang berbeda. Karya berjudul Spacebase Startopia ini dibuat dengan DNA yang sama dengan pendahulunya, yakni Startopia. Apakah game ini sanggup berbicara banyak dibandingkan dengan kakaknya? Yuk, simak review Spacebase Startopia berikut ini.

1. Kisah fantasi yang cukup membingungkan

Warna-warna cerah dalam stasiun luar angkasa yang begitu besar. (dok. Kalypso Media/Spacebase Startopia)

Plot cerita tentang luar angkasa seolah tak ada habisnya untuk dijadikan latar belakang dalam sebuah permainan video. Begitu juga dengan Spacebase Startopia, ia menjadikan dunia luar angkasa sebagai cerita utama, tapi dengan sudut pandang berbeda. Pada intinya, kamu ditugaskan untuk membangun, mengembangkan, dan mempertahankan stasiun luar angkasa.

Bisa dikatakan bahwa ide cerita dalam game buatan Kalypso Media ini memang tampak megah dan futuristik. Siapa saja yang menyukai elemen-elemen sci-fi diharapkan juga menyukai game ini secara mutlak. Namun, benarkah plot dan cerita bisa menjadi daya tarik utama untuk membuat para pemain jatuh hati? Nyatanya, bagi penulis pribadi, jalan cerita yang ditampilkan dalam game ini terasa biasa saja.

Jika dibandingkan dengan pendahulunya yang berjudul Startopia, plot dalam game ini justru terkesan membingungkan. Oke, penulis memang bukan pencinta sci-fi. Namun, jika kita melihat plot dari pendahulunya yang bisa dieksekusi dengan baik, kenapa hal yang sama tidak bisa dilakukan oleh Kalypso Media? Kalau sangat penasaran dengan game fantasi ini, kamu bisa membelinya di Steam dengan harga Rp169.999.

Baca Juga: [REVIEW] Loop Hero—Sebuah RPG Unik dalam Balutan Grafis Retro

2. Bukan RTS biasa

Gameplay akan membutuhkan banyak penyesuaian. (dok. Kalypso Media/Spacebase Startopia)

Pada dasarnya, Spacebase Startopia dijalankan pada genre strategi, simulasi, pembangunan kota, dan juga real-time strategy (RTS). Namun, alih-alih menjadi RTS pada umumnya, game ini justru bisa berdiri secara kompleks dan tidak berfokus pada satu genre saja. Kita akan mengatur dan mengakomodasi semua kegiatan turis alien yang datang ke stasiun luar angkasa.

Oh, ya, membangun markas di stasiun luar angkasa tentu tidak sama dengan membangun benteng di Bumi. Ada banyak ras dan bangsa alien di sini dan ini juga berkorelasi dengan masifnya model struktur bangunan yang bisa kita olah. Ada berbagai misi yang bisa kita mainkan jika memilih single-player campaign. Seperti biasa, uang dan sumber daya adalah hal utama yang harus kamu cari dan pertahankan.

Nah, bagian tersulitnya adalah pada saat pertempuran. Bagi penulis, peperangan dan pertempuran RTS dalam game ini tergolong payah. Bahkan, serangan-serangan dari perompak luar angkasa dan monster alien juga tidak tampak menghibur sama sekali. Tambah melelahkan jika kita harus mengatur ulang semua properti yang sudah kita bangun di saat mereka dibutuhkan untuk berperang.

3. Tampilan visual biasa yang meminta spesifikasi lebih

Tampilan visual yang biasa-biasa saja. (dok. Kalypso Media/Spacebase Startopia)

Jika sudah memainkannya, kamu akan menyadari bahwa tampilan visual pada Spacebase Startopia tergolong standar dan biasa-biasa saja. Grafis yang akan kita nikmati akan terlihat layaknya permainan kekinian di Android dan iOS. Namun, uniknya, tampilan macam ini malah meminta spesifikasi yang cukup berat, yakni RAM 16 GB, GPU setara GeForce GTX 980, dan ruang penyimpanan 10—12 GB.

Sebetulnya, grafis tampak cukup indah dan pekat warna. Kita akan disuguhkan dengan berbagai macam detail warna yang cerah dan beragam. Akan tetapi, hal seperti ini sudah bukan menjadi tolok ukur di zaman modern. Ada banyak judul game bertema sama yang mampu menampilkan kualitas visual lebih baik ketimbang Spacebase Startopia.

Oh, ya, satu yang cukup menarik dari tampilan game ini adalah karakter-karakter yang lucu dan beragam. Gamer akan disuguhkan berbagai macam sosok alien dengan bentuk yang berbeda-beda. Sifat dan kemampuan mereka pun juga akan berbeda tergantung dari planet mana mereka berasal.

4. Audio berada di kelas yang ringan dan kental dengan unsur sci-fi

Sebanding dengan plot dan grafisnya yang agak absurd, audio pun terbilang renyah. (dok. Kalypso Media/Spacebase Startopia)

Sama dengan grafisnya yang ramai dan berwarna, kualitas audionya pun juga dibuat sebanding dan tentunya mengandung banyak unsur sci-fi di dalamnya. Dalam kondisi pertempuran, suara-suara yang dihasilkan masih terdengar renyah dan seperti tidak serius. Mungkin ini hanya soal selera. Tetap saja, penulis merasakan bahwa audio dalam game ini hanya terdengar easy, renyah, dan terkesan repetitif.

Harus diakui bahwa membuat sistem audio pada game bertema sci-fi memang dirasa rumit dan kompleks. Developer tidak bisa memasang begitu saja sistem musikal epik yang ujung-ujungnya malah terdengar seperti audio game bertema kerajaan kuno. Itu sebabnya, mendengar audio pada Spacebase Startopia akan membawa kesimpulan sederhana bahwa ia memang pantas dimaklumi.

Baca Juga: [REVIEW] Stronghold: Warlords—Kisah Sejarah dalam Balutan yang Megah 

Verified Writer

Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya