[REVIEW] Aliens: Fireteam Elite—Nostalgia Tanpa Kualitas Tinggi

Layak untuk dimainkan di PC #IDNTimesTech

Pada 24 Agustus 2021 lalu, Steam telah menjual game berjudul Aliens: Fireteam Elite dengan harga Rp319 ribu dan Rp559 ribu untuk versi deluxe edition. Bagi penggemar game atau film Alien, tentu banyak dari mereka yang langsung membayangkan masifnya serangan Xenomorphs si makhluk asing yang brutal dan tanpa ampun.

Nah, cerita tipikal juga disajikan dalam game terbarunya kali ini. Sebagai sebuah tim, kamu wajib melakukan tugas atau misi berbahaya di tengah ganasnya makhluk asing. Game besutan Cold Iron Studios tersebut sudah berjalan dengan Unreal Engine 4 yang—seharusnya—di atas kertas mampu mendongkrak kualitas visual.

Apakah Aliens: Fireteam Elite layak untuk dijadikan koleksi? Sebelum membeli game ini, kamu bisa membaca review lengkap berikut ini. Oh, ya, review kali ini mengandung spoiler, ya!

1. Bobot cerita yang bisa dimaklumi

[REVIEW] Aliens: Fireteam Elite—Nostalgia Tanpa Kualitas TinggiAliens: Fireteam Elite (dok. Cold Iron Studios/Aliens: Fireteam Elite)

Harus diakui, sebelum perilisannya, Aliens: Fireteam Elite mendapatkan banyak anggapan miring dari para penggemar di seluruh dunia, termasuk penulis. Bukan tanpa sebab, penulis sendiri cukup trauma dengan game sebelumnya, yakni Aliens: Colonial Marines yang dirilis pada 2013 lalu. Meskipun berbeda developer, tetap saja rasa skeptis itu masih membekas.

Nah, rupanya, plot atau jalan cerita game Alien kali ini cukup menarik untuk diikuti, lho. Mungkin belum mencapai tingkat yang sangat bagus layaknya DOOM Eternal. Namun, setidaknya Aliens: Fireteam Elite sanggup meramu jalan cerita yang lebih berbobot ketimbang saudara-saudaranya di masa lalu. Pada intinya, kita masih akan menghadapi sekumpulan Xenomorphs yang menjengkelkan.

Latar belakang dari cerita utama ada pada tahun 2202 saat ada sebuah kasus misterius yang terjadi di Stasiun Katanga. Anehnya, sebelumnya stasiun tersebut sudah dianggap hancur dan diprediksi tidak ada lagi kehidupan di sana. Namun, USS Endeavour sebagai penerima sinyal darurat tetap mengirimkan pasukan khusus untuk melakukan misi penyelidikan.

Sayangnya, aura menyeramkan yang dihadirkan masih begitu dangkal. Pada menit-menit awal saja, pemain sudah harus berjibaku dengan puluhan Xenomorphs yang cukup mudah untuk dilumpuhkan. Jarang ada alien yang mengendap-endap dan menyerang kita secara mendadak. Justru yang ada malah gerombolan alien di hadapan kita yang seolah menyerahkan dirinya untuk dibantai.

Namun, secara umum, jalan cerita sudah dibuat lebih baik ketimbang pendahulunya. Teknisnya, harap dimaklumi bahwa sebuah plot untuk game kooperatif macam ini memang tidak bisa dibuat begitu dalam. Kita hanya ditugaskan membasmi musuh dan melanjutkan misi dari satu titik ke titik selanjutnya. 

2. Mainkan bersama teman-temanmu

[REVIEW] Aliens: Fireteam Elite—Nostalgia Tanpa Kualitas TinggiAliens: Fireteam Elite (dok. Cold Iron Studios/Aliens: Fireteam Elite)

Pertama kali memainkan Aliens: Fireteam Elite beberapa hari lalu, penulis sempat menyamakan game ini dengan Left 4 Dead, sebuah game multiplayer yang sama-sama berjuang untuk menjadi penyintas. Bedanya, dalam game Alien ini, kita akan diberikan kesempatan dalam melakukan kustomisasi karakter di awal game.

Selanjutnya, tiga orang, termasuk karakter utama, pasukan elite akan ditugaskan melakukan misi untuk menyelidiki, memusnahkan, dan bertempur melawan Xenomorphs yang jumlahnya tak kira-kira itu. Gameplay macam ini terasa sangat kental dan linear dengan game-game serupa.

Pergerakan karakter juga bisa kita atur dengan cukup baik. Satu yang disayangkan, AI kawan-kawanmu terasa sangat bodoh manakala kamu memainkan mode single-player. Saat enak-enak sedang membidik kepala musuh, secara mendadak, tim kita berada di depan dan diam di sana. Kejadian ini tidak hanya sekali, tapi berkali-kali sehingga membuat penulis cukup frustrasi.

Solusinya hanya dua. Pertama, bermainlah secara multiplayer. Dengan begini, game akan bertambah seru karena kamu bisa melibatkan teman-temanmu di dalam sebuah tim. Kedua, jika bermain sendirian, atur posisi karakter utama untuk berada di baris paling depan. Dengan kata lain, kamu menjadi pemimpin tim sekaligus tameng bagi pasukanmu.

Baca Juga: [REVIEW] Marvel's Avengers: War for Wakanda, Keren Tanpa Elemen Baru

3. Jangan mainkan di PS5 dan Xbox Series X

[REVIEW] Aliens: Fireteam Elite—Nostalgia Tanpa Kualitas TinggiAliens: Fireteam Elite (dok. Cold Iron Studios/Aliens: Fireteam Elite)

Bukan maksud hati untuk memprovokasi para gamer. Kenapa penulis menyarankan memainkan game ini di PC dan PS4? Itu karena kualitas grafis dari Aliens: Fireteam Elite terbilang standar, bahkan ketinggalan jika dibandingkan dengan game-game kekinian lainnya. Game garapan Cold Iron Studios ini bisa dijalankan di PC dengan RAM 8 GB dan hanya membutuhkan sekitar 30 GB penyimpanan.

Jika dimainkan di konsol PS5 atau Xbox Series X, grafis yang ditampilkan akan cenderung mirip. Andaipun ada peningkatan, mungkin itu tidak seberapa. Gambaran Xenomorphs bisa ditampilkan dengan cukup apik dengan segala detailnya. Namun, dalam beberapa kasus, tumpukan-tumpukan gerombolan alien kadang terlihat seperti grafis era 2015-an.

Bagaimana jika dibandingkan dengan Aliens: Colonial Marines? Jelas cukup jauh berbeda. Bagaimanapun, grafis Aliens: Fireteam Elite yang berjalan di Unreal Engine 4 masih cukup membanggakan meskipun tidak seheboh game-game luar angkasa lainnya, seperti DOOM Eternal, Star Wars: Squadrons, dan mungkin Halo Infinite yang rencana rilis Desember 2021 mendatang.

4. Kualitas audio yang biasa saja

[REVIEW] Aliens: Fireteam Elite—Nostalgia Tanpa Kualitas TinggiAliens: Fireteam Elite (dok. Cold Iron Studios/Aliens: Fireteam Elite)

Mungkin hal ini relatif, tetapi penulis tidak mendapatkan pengalaman audio yang mengesankan selama memainkan game ini. Entah itu menggunakan headset atau tidak, audio yang dihasilkan dirasa garing dan biasa saja. Aura seram dan mendebarkan juga tidak didapatkan karena musiknya dinilai kurang mendukung.

Belum lagi jika harus mendengarkan audio dari pengisi suaranya, masing-masing karakter akan terdengar datar dan kurang menjiwai sesuai dengan kondisi yang ada. Misalnya, pada saat segerombolan Xenomorphs ganas menyerang secara brutal, suara dari karakter tim dan komandan di pusat kontrol akan terdengar biasa saja seolah gak terjadi apa-apa.

Jadi, jangan harap audio dalam Aliens: Fireteam Elite akan sedahsyat Gears 5 yang sudah dirilis pada 2019 lalu untuk PC dan Xbox. Meskipun tidak diklasifikasikan buruk-buruk amat, tetap sangat disayangkan jika lingkungan yang dark dan mencekam hanya diiringi oleh audio dan suara karakter yang datar.

5. Bisa bangkitkan memori penggemar

[REVIEW] Aliens: Fireteam Elite—Nostalgia Tanpa Kualitas TinggiAliens: Fireteam Elite (dok. Cold Iron Studios/Aliens: Fireteam Elite)

Satu hal yang pasti dialami oleh penulis, selama memainkan game ini, penulis telah merasakan nostalgia yang cukup intens tentang kisah-kisah legendaris alien Xenomorphs di masa lalu. Sekitar 3 atau 4 jam permainan, penulis telah dibuat melupakan kekurangan teknis di sana sini.

Kamu akan terus berjalan menyusuri lorong-lorong stasiun luar angkasa yang gelap tanpa peduli dengan buruknya audio dan AI dari pasukanmu. Namun, jika harus jujur, masalah grafis, audio, dan AI adalah minus terbesar dalam game ini. Membangkitkan memori masa lalu kadang dirasa tidak cukup kuat bagi game kekinian untuk merebut hati penggemar.

Well, waralaba besar Alien mungkin sudah kadung dikenal melalui karya-karya filmnya yang fenomenal dan legendaris. Dalam hal ini, serial game yang dibuat sejatinya hanya dianggap sebagai pelengkap minimalis bagi banyak penggemar di dunia. Tentu tidak mudah bagi sutradara untuk membuat cerita game yang didasarkan pada waralaba dengan nama mentereng.

Secara keseluruhan, skor akhir yang bisa diberikan oleh penulis adalah 3/5. Bagi penulis, nostalgia akan lebih sempurna manakala diimbangi dengan grafis, jalan cerita, dan audio yang sama bagusnya.

Baca Juga: [REVIEW] Ghost of Tsushima Director's Cut: Lebih Memanjakan Mata!

https://www.youtube.com/embed/3e1ldw2pZEI
Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya