[REVIEW] Baldur's Gate: Dark Alliance—RPG Klasik yang Ditunggu-tunggu

Cerita epik dengan grafik yang biasa-biasa saja

Apakah kamu pernah memainkan game PS2 yang berjudul Baldur's Gate: Dark Alliance? Ya, game rilisan 2001 tersebut pernah menjadi salah satu karya terbaik garapan Square One Games dan Black Isle Studios untuk platform PlayStation 2 yang kala itu juga sedang naik daun. Nah, pada 17 Desember 2021 lalu, developer melalui Interplay Entertainment telah merilis ulang game ini untuk Windows (PC).

Steam menjualnya seharga Rp139.999 dan bagi banyak gamer, nilai ini masih cukup masuk akal mengingat game ini memang telah ditunggu cukup lama. Bagaimana kesan dan ulasan penulis setelah memainkan versi PC-nya? Yuk, simak review Baldur's Gate: Dark Alliance di bawah ini.

1. Kisah fantasi di dunia yang terlupakan

[REVIEW] Baldur's Gate: Dark Alliance—RPG Klasik yang Ditunggu-tungguBaldur's Gate: Dark Alliance akan membawa kita pada dunia yang terlupakan. (dok. Square One Games/Baldur's Gate: Dark Alliance)

Tentu ada kesan nostalgia yang penulis alami manakala memainkan game fantasi ini. Bagaimana tidak? Plot dan latar belakangnya masih saja terasa epik dan gak ketinggalan zaman. Padahal, game ini dibuat untuk pertama kali pada 20 tahun lalu, yang sebagian dari kita mungkin tidak begitu paham akan narasi yang disuguhkan.

Sejatinya, cerita dan premis yang dihadirkan dalam game ini tidaklah sukar untuk dipahami meski ia tampil dengan bobot yang cenderung masif. Baldur's Gate: Dark Alliance sendiri punya jalan cerita di tengah dunia yang terlupakan. Alam tersebut berada di Benua Faern. Pemain akan menjalankan rutinitasnya di wilayah bernama Sword Coast dan Western Heartlands.

Karakter utama seperti Vahn, Adrianna, dan Kromlech telah tiba di Baldur dan saat itu langsung diserang oleh segerombolan pencuri. Namun, alih-alih mendapatkan jawaban yang sederhana, mereka justru larut dalam kisah fantasi yang saling berkaitan satu sama lain. Meskipun cenderung linear, bisa dikatakan bahwa pembawaan jalan cerita dalam game ini mampu tampil unik dan berbeda.

Ada beberapa babak atau bagian yang dihadirkan oleh developer. Babak I lebih banyak berlangsung di Baldur. Sementara itu, Babak II akan menceritakan kisah sebagian besar karakter di Sunset Mountains. Lalu, pada Babak III, kisah akan terjadi di Marsh of Chelimber. Semuanya saling terkait dan tugasmu adalah menjalankan keseluruhan premis yang ada hingga tuntas.

Apakah plot macam ini tidak terlihat repetitif? Well, di mata penulis, game ini masih bisa menghadirkan cerita yang kompleks tanpa membuat bosan, terlepas dari tampilan visualnya yang sangat standar. Akan tetapi, jika kamu pernah menamatkan game ini di konsol PS2, mungkin memainkannya kembali hanya sebatas mengembangkan nostalgia saja, alih-alih menikmati alur ceritanya.

2. Gameplay atraktif yang masih butuh pengembangan

[REVIEW] Baldur's Gate: Dark Alliance—RPG Klasik yang Ditunggu-tungguBaldur's Gate: Dark Alliance punya mekanisme atraktif. (dok. Square One Games/Baldur's Gate: Dark Alliance)

Tak bisa dimungkiri bahwa memainkan Baldur's Gate: Dark Alliance di konsol PS2 masih terasa lebih mengasyikkan ketimbang versi PC-nya. Lho, bagaimana maksudnya? Bagi penulis, memainkan game ini menggunakan kontrol atau stik PS2 masih terasa lebih intens dan membumi. Sebetulnya hal ini juga berkorelasi erat dengan mekanisme permainannya yang cukup sederhana.

Termasuk dalam golongan real-time hack and slash, game ini memang terkesan lincah dan ringan untuk dijalankan. Pada awalnya, gamer dapat memilih kombinasi dari beberapa kelas dan ras. Mereka adalah pemanah manusia, pejuang kurcaci, dan penyihir dari ras elf. Seperti pada RPG kebanyakan, level akan meningkat dan itu sangat berpengaruh pada poin yang akan membuka skill dan kemampuan lainnya.

Nah, supaya lebih seru, kamu juga wajib mengunduh dan memasang update dari developer berkenaan dengan sistem kontrolnya. Ini merupakan salah satu upaya dari pengembang untuk membuat Baldur's Gate: Dark Alliance bisa dimainkan secara intens dan membumi lewat berbagai kontrol yang ada, mulai dari stik hingga keyboard serta mouse.

Sayangnya, ada banyak bug atau kesalahan yang penulis rasakan saat memainkan game ini. Meskipun masih atraktif, menggerakkan karakter di PC kadang terasa agak merepotkan. Malah, pada kasus yang jarang, karakter kita akan terdiam di pojokan dungeon dan akan sangat sulit memindahkannya ke tempat semula. Semoga saja ada pengembangan lanjutan untuk memperbaiki hal ini.

Baca Juga: [REVIEW] The Elder Scrolls V: Skyrim Anniversary—Nyaris Tak Berubah

3. Ada peningkatan kualitas grafik, tapi jangan berharap banyak

[REVIEW] Baldur's Gate: Dark Alliance—RPG Klasik yang Ditunggu-tungguVisual dalam Baldur's Gate: Dark Alliance tampak biasa saja. (dok. Square One Games/Baldur's Gate: Dark Alliance)

Jelas ada peningkatan dalam hal grafik. Namun, tentu tidak ada yang istimewa dari visual game ini. Penulis jelas sangat memakluminya. Visual game yang sudah dirilis pada 2001 ini tak seberapa meningkat meski dipoles dengan berbagai cara. Terlepas dari itu semua, Baldur's Gate: Dark Alliance masih sanggup berjalan mulus pada resolusi 1920x1080.

Itu artinya, game sudah bisa berjalan jika kita memainkannya dalam resolusi FHD. Kalau kamu lebih mementingkan nostalgia dan jalan ceritanya, mungkin faktor visual bisa dikesampingkan. Sebaliknya, jika kamu berharap lebih dari sisi grafiknya, sebaiknya urungkan saja niat membeli game yang satu ini.

4. Kualitas audio yang cukup memanjakan telinga

[REVIEW] Baldur's Gate: Dark Alliance—RPG Klasik yang Ditunggu-tungguBaldur's Gate: Dark Alliance sudah mengeluarkan audio yang apik di kelasnya. (dok. Square One Games/Baldur's Gate: Dark Alliance)

Game ini sudah tampil dengan audio yang apik di kelasnya. Kualitasnya juga ditingkatkan jika dibandingkan dengan versi PS2-nya dulu. Bahkan, untuk versi PS4 dan Xbox One, semua suara yang keluar dari game ini sudah dalam taraf yang memanjakan telinga. Ada beberapa audio percakapan yang terdengar kaku. Ada pula beberapa suara yang terkesan mengalami pengulangan yang renyah.

Secara umum, ia sudah hadir dengan kelas audio yang mumpuni. Bertualang di tengah gelapnya dunia Faern tak akan membuat jenuh karena ada begitu banyak suara bernas yang akan menemani telinga kita, terutama pada saat menggunakan headset

5. Hadiah bagi pencinta Baldur's Gate

[REVIEW] Baldur's Gate: Dark Alliance—RPG Klasik yang Ditunggu-tungguBaldur's Gate: Dark Alliance adalah hadiah bagi penggemarnya. (dok. Square One Games/Baldur's Gate: Dark Alliance)

Bagi kamu yang fanatik dengan kisah-kisah RPG Baldur's Gate, game ini tentu akan menjadi sebuah hadiah istimewa. Memainkannya kembali memang akan membuat kita berada di alam nostalgia. Plot yang dihadirkan juga tak lekang oleh zaman. Mekanisme gameplay-nya pun sanggup membuat kita berinteraksi dengan intens meskipun ada beberapa bug yang masih mengganjal.

Akan tetapi, jika tidak pernah memainkan game ini sebelumnya, ditambah bukan pencinta serial waralaba Baldur's Gate, penulis ragu bahwa kamu akan menyukainya. Pasalnya, mungkin gamer pemula akan kebingungan dengan kerangka premis yang dihadirkan. Belum lagi jika harus bersinggungan dengan cerita dari seri-seri lainnya, pastinya itu akan menambah beban pikiran.

Jadi, bagaimana kesimpulan akhirnya? Karena penulis menyukai kisah-kisah RPG dan kebetulan dulu pernah memainkannya, skor 4/5 sudah cukup adil untuk Baldur's Gate: Dark Alliance. Kendati grafiknya tidak tampak memesona, game ini masih mampu hadir dengan plot, audio, dan mekanisme kelas berat.

https://www.youtube.com/embed/3VywXZw0mt8

Baca Juga: [REVIEW] Wartales—RPG Ambisius yang Penuh dengan Persimpangan Moral

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya