[REVIEW] Distant Kingdoms—Karya Potensial yang Gagal Bersinar

Makin memperburuk citra early access milik Steam

Pada 5 Mei 2021 lalu, sebuah karya menjanjikan berjudul Distant Kingdoms telah dirilis oleh Orthrus Studios dengan harga yang cukup terjangkau. Sebagai game indie, permainan simulasi ini awalnya mendapatkan cukup banyak ulasan berimbang alias tidak semuanya buruk. Bahkan, penulis ingat sewaktu dulu memainkannya, ada banyak hal baru yang ditawarkan oleh Distant Kingdoms.

Sayangnya, sejak beberapa waktu lalu, game ini seolah tidak diperhatikan oleh developer dan terkesan ditinggalkan begitu saja. Yup, sejak awal perilisannya, game ini memang berstatus early access alias belum dirilis secara final. Status ini memang diadakan oleh Steam sebagai win-win solution baik bagi pemain maupun developer.

Dengan kondisi seperti ini, penulis jadi ingin sedikit mengulas dan memberikan review singkat tentang simulasi pembangunan kota ini. Bagaimana ulasannya? Yuk, simak review Distant Kingdoms berikut ini!

1. Simulasi membangun dan mengatur kota di dunia fantasi

[REVIEW] Distant Kingdoms—Karya Potensial yang Gagal BersinarDistant Kingdoms merupakan simulasi di dunia fantasi. (dok. Orthrus Studios/Distant Kingdoms)

Sebenarnya game ini berjalan pada sebuah perjudian besar, alih-alih bermain aman dengan konsep yang baku. Pasalnya, Distant Kingdoms mengambil plot dan premis kelas berat yang biasanya dituntaskan oleh game sekelas AAA, macam serial Anno, Stronghold, Tropico, dan The Settlers. Jelas bahwa beberapa game yang dibuat oleh developer besar tersebut sudah memiliki basis penggemar yang cukup kuat.

Latar belakang yang megah rupanya tak sanggup mencapai klimaks, setidaknya bagi penulis. Tetap saja game ini berkutat pada sebuah alur yang cukup repetitif dan gamer tidak bisa berinteraksi cukup dalam dengan peradaban yang baru saja dibangunnya. Padahal, jika saja developer benar-benar serius membuatnya, bukan tak mungkin Distant Kingdoms akan menjadi salah satu game indie terbaik.

Di sini, kita akan ditugaskan untuk membangun, mengembangkan, dan menghidupkan dunia fantasi. Ada kota, desa, kerajaan, dan berbagai macam elemen sebagai zona yang disediakan untuk peradaban kita. Selain itu, pemain juga akan mengolah dan berinteraksi dengan tatanan sosial yang ada.

Uniknya, bukan hanya manusia saja yang ada dalam game ini. Ras dan bangsa lain, macam peri, kurcaci, dan orc, akan hidup berdampingan (atau bermusuhan) dengan manusia. Nah, mereka menjalani kehidupan layaknya negeri dongeng di sebuah wilayah bernama Ineron. Cukup megah, bukan? Sayang sekali, kemegahan tersebut tidak bisa dituntaskan dengan baik oleh developer.

2. Mekanisme permainan yang tidak meninggalkan kesan

[REVIEW] Distant Kingdoms—Karya Potensial yang Gagal BersinarMembangun desa yang damai dalam Distant Kingdoms. (dok. Orthrus Studios/Distant Kingdoms)

Pada dasarnya, mekanisme gameplay yang ditawarkan memang identik dengan simulasi pembangunan lainnya. Namun, jika dalam game-game lain, kita selalu mendapatkan sensasi yang lekat dan membekas. Hal serupa tidak penulis temukan dalam Distant Kingdoms. Namun, sistem permainan yang ditawarkan bukan berarti buruk.

Gamer masih akan mendapatkan mekanisme yang kompleks, seperti mengembangkan jaringan yang luas di desa atau kota yang baru saja dibangun. Selain itu, ada beberapa elemen yang wajib diperhatikan supaya peradaban manusia dapat bergerak maju. Contohnya, ada beberapa teknologi yang harus kita riset terlebih dahulu guna diaplikasikan ke dalam pemukiman warga.

Oh, ya, bagi penulis, mekanisme yang ada juga dirasa cukup mudah untuk dijalankan. Tak perlu khawatir bagi pemain baru yang mencoba game ini karena ia masih ramah dan tidak begitu rumit layaknya game strategi sejenis. Nah, hal unik yang ditampilkan dalam game ini ada pada gabungan simulasi dan petualangannya.

Ya, selain membangun sebuah peradaban manusia, kita juga akan bertualang dalam menghadapi berbagai makhluk fantasi yang sebetulnya cukup menjengkelkan. Mulai dari naga, troll, wraith, dan orc akan menjadi tantangan tersendiri bagi manusia dalam game ini. Mereka ada dan melakukan gerakan bawah tanah secara konsisten di seluruh peta.

Baca Juga: [REVIEW] Aragami 2—Tidak Sebaik yang Dibayangkan

3. Tampilan visual indah dan lekat dengan dunia fantasi

[REVIEW] Distant Kingdoms—Karya Potensial yang Gagal BersinarGrafis Distant Kingdoms sudah tampil apik. (dok. Orthrus Studios/Distant Kingdoms)

Satu-satunya poin lebih yang bisa penulis berikan bagi Distant Kingdoms adalah tampilan grafisnya yang sudah cukup apik. Memainkannya di layar 4K akan membawa kita pada dunia fantasi yang intens dan penuh misteri. Well, secara umum, gaya visualnya memang masih terkesan sederhana dan mungkin agak condong terlihat seperti kartun. Namun, di mata penulis, kualitas grafisnya masih cukup apik jika disandingkan dengan game sejenis.

Ada beberapa bug dan glitch yang cukup mengganggu. Pada saat membangun bangunan, misalnya, ada kalanya objek yang diletakkan di tanah tidak akan terkontrol dengan sempurna. Butuh beberapa kali perbaikan untuk meletakkan mereka ke tempat yang seharusnya. Meskipun tampak sepi, pemandangan desa dan kota yang dihadirkan sudah cukup mewakili dunia fantasi.

Pada saat game ini masih mendapatkan update dari developer, PC dengan spesifikasi menengah masih mampu menjalankan Distant Kingdoms dengan lancar. RAM 16 GB, prosesor Intel i5, dan GPU setara RTX 2070 sudah sanggup menjalankan game ini dengan mulus alias tanpa hambatan. Bahkan, ruang simpan yang dibutuhkan juga sangat kecil, yakni di bawah 10 GB.

4. Audio dihadirkan dengan kualitas yang biasa saja

[REVIEW] Distant Kingdoms—Karya Potensial yang Gagal BersinarDistant Kingdoms punya audio yang biasa-biasa saja. (dok. Orthrus Studios/Distant Kingdoms)

Tampil dengan visual yang cukup apik rupanya tidak menjadikan Distant Kingdoms punya audio mumpuni. Memainkannya dengan headset justru akan membuat telinga mudah panas karena begitu banyaknya suara yang overloud, belum lagi jika menilik sisi musikalnya yang cukup ribut dan kacau.

Seolah tidak menghadirkan nuansa fantasi, ada banyak elemen musik yang terdengar garing dan renyah. Kabar baiknya, kadang mekanisme musikal yang ramai akan menghidupkan nuansa desa yang sepi penduduk. Namun, bukankah itu malah gak nyambung sama sekali, ya? Entahlah. Di telinga penulis, audio yang muncul justru bisa merusak suasana fantasi yang sudah dibangun sebelumnya.

Mendengarkan game ini melalui perangkat audio lain juga memberikan kesan yang sama. Ia hadir dengan suara yang renyah, ringan, dan ada banyak bagian yang terdengar lebai. Kalau tidak suka dengan jenis musik ringan yang ramai di telinga, kamu bisa saja memainkannya dalam kondisi mute atau hening.

5. Gagal mencapai akhir dan terkesan ditinggalkan begitu saja

[REVIEW] Distant Kingdoms—Karya Potensial yang Gagal BersinarDistant Kingdoms menjadi game yang gagal bersinar. (dok. Orthrus Studios/Distant Kingdoms)

Apa mau dikata, meski hadir dengan konsep yang menjanjikan, Distant Kingdoms justru berakhir dengan bencana. Yup, game ini terus menggantung dalam status early access di Steam. Alih-alih mendapatkan update terbaru, banyak pemain justru sangat kecewa karena developer seolah menelantarkan game ini begitu saja.

Penulis juga sudah tidak memainkannya sejak beberapa bulan lalu. Pasalnya, memang tidak ada perkembangan sama sekali yang dirilis oleh pengembang. Hal ini mungkin bisa menjadi kabar yang memperburuk citra early access meskipun mayoritas game dalam status yang sama masih dikembangkan sesuai jadwal.

Nah, bagaimana penilaian penulis secara keseluruhan? Sebenarnya, game ini berpotensi mendulang kesuksesan layaknya banyak game indie lainnya. Ide fantasi yang dibangun secara unik ditambah dengan visual apik adalah nilai lebih yang gak bisa dikesampingkan begitu saja. Well, skor 2,5/5 penulis berikan untuk Distant Kingdoms karena statusnya yang tak kunjung mendapat kejelasan.

Baca Juga: [REVIEW] Age of Empires IV—Menampilkan Elemen Historis yang Epik

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya