[REVIEW] Grounded—Perjuangan saat Tubuh Mengecil Seukuran Semut

Unik, seru, dan indah dipandang

Ide dan imajinasi yang brilian tidak harus berisi tentang petualangan megah ala RPG dengan naga, kerajaan, dan berbagai makhluk unik di dalamnya. Sebuah perjalanan epik di halaman rumah pun bisa menjadi karya besar yang genius, terlepas apakah ia masuk akal atau tidak.

Terbukti bahwa game keluaran 2020 berjudul Grounded mampu membius banyak pemain di seluruh dunia dengan gaya ceritanya yang absurd, tapi tetap berkelas. Kala itu, Grounded masih berada dalam early access. Nah, baru pada 28 September 2022, Obsidian Entertainment melalui Xbox Game Studios sukses merilis versi finalnya.

Jadi, seliar dan sekeren apa, sih, Grounded di mata penulis? Apa yang menjadi kelebihan game ini sehingga ia begitu digandrungi? Gak pakai lama, berikut ulasan atau review Grounded dari penulis.

1. Jalan cerita sederhana, tapi menawan

[REVIEW] Grounded—Perjuangan saat Tubuh Mengecil Seukuran SemutGrounded menawarkan plot cerita yang sederhana, tapi bisa diimplementasikan dengan megah. (dok. Obsidian Entertainment/Grounded)

Ketika kamu menghadapi kumbang raksasa, semut besar, belalang layaknya monster, dan tanaman yang menjuntai puluhan meter di atas kepala, itu bukanlah dunia fantasi layaknya RPG. Kamu tidak berada di Ferelden ala semesta Dragon Age, bukan pula Hyrule yang ada dalam serial The Legend of Zelda.

Sebaliknya, premis sederhana telah dihadirkan dalam game ini karena kamu hanya akan berkutat di sekitar pekarangan rumah. Yup, di sini, kamu akan memerankan satu di antara empat anak yang tubuhnya mengecil hingga seukuran serangga. Jelas bahwa dunia yang dihadirkan oleh Obsidian Entertainment tak akan kalah luas dengan game petualangan lainnya.

Di tengah penyusutan tubuhmu yang di luar nalar itu, pemain akan ditugaskan untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi. Nyatanya, petualangan kita di sini bisa dilakukan dengan cara yang unik dan asyik kendati sama sekali tidak mudah. Bayangkan saja, jika kamu menyusut menjadi sekecil semut, luas ruangan yang tak seberapa harus dijelajahi dengan waktu dan energi ekstra.

Developer memang tidak mengembangkan plot cerita menjadi narasi besar. Game ini berjalan simpel dan cukup singkat di mata penulis. Hanya saja, semua cara dan tindakan kita dalam dunia liar dan absurd itu tidak dapat dijalankan begitu saja. Kita tetap wajib berjuang untuk bertahan hidup dan hal teknis itulah yang memakan banyak waktu.

Premis sederhana itu berhasil diimplementasikan menjadi sebuah narasi yang bisa mengejutkan kita kapan saja. Kamu tak akan menyangka jika di balik rumput, misalnya, ada seekor kumbang atau laba-laba yang siap mengejarmu sebagai mangsa. Betapa sulitnya menjadi manusia seukuran semut karena posisimu akan terbalik, dari yang tadinya predator di rantai makanan, menjadi mangsa bagi serangga.

Dalam versi final yang baru saja dirilis, pengembang juga memasukkan berbagai macam AI yang lebih sulit ketimbang saat mereka masih berada dalam early access dulu. Untungnya, bagi penulis, ini bukanlah hal buruk karena kesulitan yang ada mampu mengimbangi jalan cerita yang terkesan simpel dan pendek.

Perburuan yang dilakukan serangga terhadap kita menjadi salah satu pelengkap narasi agar mereka tetap berjalan pada porsinya. Tidak mungkin juga, kan, kita yang seukuran semut ini bisa dengan mudah mengalahkan belalang atau kumbang? Sembunyi dan lari dari kejaran mereka adalah tindakan rasional yang dapat dilakukan. Itu pun jika kita bisa selamat dari pantauan serangga tersebut.

2. Mekanisme permainan apik dan brilian

[REVIEW] Grounded—Perjuangan saat Tubuh Mengecil Seukuran SemutGrounded punya mekanisme gameplay yang brilian dan membuat adiktif. (dok. Obsidian Entertainment/Grounded)

Penulis belum pernah memainkan Grounded pada konsol Xbox Series X. Namun, memainkannya di PC ternyata sangat mengasyikkan. Harus penulis akui bahwa developer sudah cukup brilian dalam memasukkan segala elemennya. Ada begitu banyak kegiatan atraktif dan intens yang dapat gamer lakukan di sini.

Nah, salah satu yang penulis suka adalah metode crafting layaknya game survival lainnya. Selama ini, penulis menganggap bahwa crafting yang hebat itu hanya ada dalam game besar, layaknya Horizon Forbidden West atau Far Cry. Ternyata, anggapan penulis keliru dan Obsidian sudah membuktikan bahwa game imut macam ini juga layak memiliki metode crafting jempolan.

Gak perlu bahan yang aneh dan langka untuk membuat senjata atau perlengkapan tempur. Cukup sediakan rumput, jamur, daun, dan hasil alam lain, kita sudah dapat melakukan crafting dengan kompleks. Jangan lupakan juga mekanisme pertarungan di sini. Musuh-musuh menjengkelkan, seperti serangga yang mengeluarkan bau busuk, bisa menjadi lawan tangguh.

Butuh cara efektif untuk menumbangkan mereka. Biasanya, penulis lebih suka memanjat tanaman atau batang rumput yang agak tinggi, lalu arahkan panah ke arah mereka dan dengan cepat serangga-serangga tersebut kabur. Cara-cara berbeda bisa diimplementasikan manakala kamu berhadapan dengan spesies lainnya, misalnya laba-laba, belalang, kumbang, semut merah, dan sebagainya.

Meskipun dunia yang dihadirkan hanya ada di pekarangan rumah, ia sudah tampil cukup luas dan masif. Bahkan, pada setiap langkah kita di tanah, akan muncul kejutan dari berbagai macam serangga atau spesies yang tidak kita ketahui sebelumnya. Nah, untuk menambah keseruan dalam bermain, kamu bisa mencoba multiplayer atau co-op.

Well, kengerian dan lingkungan serangga yang mencekam akan makin menjadi ketika malam tiba. Layaknya zombi, mereka bisa menyerang dan menyergap kita kapan saja meski kita berada di tempat yang aman. Wajar saja, sih, soalnya sebagian spesies serangga memang bersifat nokturnal alias mencari makan pada malam hari. Jadi, siap-siaplah berhadapan dengan serangga bertampang menyeramkan yang makin beringas saat hari mulai gelap.

Baca Juga: Bukan Absurd, 5 Game Naratif Terbaik Ini Bisa Mengaduk Perasaan

3. Naikkan level dan pengetahuan tentang alam

[REVIEW] Grounded—Perjuangan saat Tubuh Mengecil Seukuran SemutMembangun markas dan benteng dalam game Grounded butuh pengetahuan lebih tentang alam. (dok. Obsidian Entertainment/Grounded)

Mungkin kamu akan bertanya kenapa pula dalam game macam ini ada sistem kenaikan level? Jangan salah, menaikkan level di sini memang tidak membuatmu makin kuat atau kebal terhadap serangga. Namun, dengan kenaikan level, pengetahuan alam kita juga bertambah dan bisa karakter gunakan untuk banyak hal.

Game ini menyediakan laboratorium komputer khusus yang bisa kita gunakan untuk manajemen level dan rencana di markas. Dengan level dan pengetahuan alam, kita bisa membuat resep crafting makin lengkap. Kita juga dapat mengetahui jenis serangga mana saja yang paling berbahaya dan bisa dihindari, alih-alih dihadapi secara frontal.

Hal sederhana, seperti kualitas obor pun bisa dikembangkan di sini. Untuk berada di bawah tanah yang gelap, dibutuhkan obor yang mampu menyala dalam kurun waktu lama. Nah, kenaikan level dan pengetahuan alam akan membawamu pada kesempatan untuk bisa membuat perlengkapan atau item menjadi jauh lebih berkualitas dan tahan lama.

Bahkan, membangun benteng di markas pun juga bisa dilakukan. Setidaknya, benteng yang kokoh tidak mudah ambruk ketika diserang oleh serangga-serangga kecil. Bagaimana cara mengumpulkan item yang akan digunakan untuk crafting? Sebagiannya sudah ada di alam dan sebagiannya lagi harus kamu buru atau cari sampai dapat.

Ketika bertemu dengan nyamuk, contohnya, kamu bisa memburunya untuk diambil jarumnya. Yup, jarum nyamuk yang biasanya digunakan untuk mengisap darah manusia ternyata bisa berguna pada saat tubuh kita mengecil seperti semut. Jarum nyamuk itu bisa kamu gunakan secara efektif sebagai salah satu item untuk crafting pedang.

Sayangnya, markas yang sudah kita bangun dengan kuat dan nyaman masih belum cukup untuk membuat kita aman. Satu-satunya jalan aman yang bisa diperoleh di sini adalah terus bertualang dan mencari jawaban atas keanehan yang terjadi. Petualangan tersebut akan makin besar manakala kamu membuka wilayah lain yang tentunya penuh dengan tantangan berbeda.

4. Kualitas visual dan audio yang tidak boleh dipandang remeh

[REVIEW] Grounded—Perjuangan saat Tubuh Mengecil Seukuran SemutKualitas visual dan audio dalam game Grounded patut diacungi jempol. (dok. Obsidian Entertainment/Grounded)

Grounded memang bergaya animasi kartun yang tampak imut dan penuh warna. Namun, di luar itu, masih ada setumpuk elemen lain yang membuatnya layak untuk diapresiasi. Jika memainkannya dalam setelan grafik high atau ultra dan stabil pada 60 fps, kamu akan melihat bahwa paparan cahaya dari berbagai sudut akan tampak realistis.

Kondisi lingkungan dan pekarangan rumah pun bisa dibuat secara apik dan detail. Bahkan, petualangan kita di bawah rumput pun tak kalah epiknya dengan banyak game lain yang memiliki nama besar. Visualisasi tanaman, hewan, tanah, air, dan cahaya sudah menjadi poin penting di sini. Obsidian berhasil melakukannya dengan baik.

Sebetulnya, hal ini wajar saja karena Grounded juga dirilis untuk konsol canggih Xbox Series X yang tentunya wajib memiliki kualitas visual ciamik. Gamer pastinya cukup betah memainkannya selama berjam-jam karena tampilan di dalamnya memang membuat adiktif bagi siapa saja yang menjalankannya.

Nah, untuk menjalankan game ini dengan lancar, spesifikasi PC harus kamu perhatikan. RAM 8 GB, VGA setara GTX 1660 Super, Prosesor Intel Core i5 generasi menengah, dan kapasitas 10 GB adalah sederet spesifikasi PC yang mampu menjalankan game ini dengan mulus.

Lalu, bagaimana dengan kualitas audio atau suaranya? Di sinilah kelebihan Grounded. Ya, audio yang dihadirkan oleh developer terdengar solid dan sangat detail. Bunyi serangga dan hewan-hewan kecil bisa menggelitik telinga kita, tapi lambat laun akan membawa kita ke dunia mereka yang kaya serta pekat akan suara.

Jelas bahwa kualitas visual dan audio dalam game ini tidak boleh dipandang remeh. Meski tidak memiliki kapasitas file besar, Grounded sudah mampu tampil menawan di mata penulis. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua orang menyukai gaya visualisasi kartun macam ini. Jadi, semuanya kembali lagi ke selera masing-masing, ya.

5. Game yang cerdik dan mudah diadaptasi

[REVIEW] Grounded—Perjuangan saat Tubuh Mengecil Seukuran SemutGrounded adalah sebuah karya yang cerdik dan orisinal. (dok. Obsidian Entertainment/Grounded)

Meskipun mungkin mereka terinspirasi dengan film berjudul Honey, I Shrunk the Kids, game ini jelas masih mempertahankan sisi orisinalitasnya sendiri. Bahkan, Obsidian dengan cerdik memasukkan banyak elemen unik yang dikombinasikan dengan mekanisme gameplay atraktif.

Narasi cerita yang ada memang tidak besar. Bahkan, plotnya terkesan sederhana dan tidak memiliki sesuatu yang lebih untuk dieksplorasi. Akan tetapi, petualangan kita di sini tidaklah sesimpel itu. Sebaliknya, memainkannya secara single player atau multiplayer akan membawa gamer pada pengalaman gaming yang unik dan mengasyikkan.

Belum lagi kalau melihat langsung bagaimana gaya visual dan audionya, Grounded bisa mengimplementasikan keduanya secara baik dan ramah di indra kita. Hebatnya lagi, spesifikasi komputer yang dibutuhkan tidaklah begitu berat. Jika suka dengan tampilan animasi bergaya kartun seperti film-film Disney, game ini jelas akan kamu gandrungi.

Skor 4,5/5 penulis berikan untuk Grounded, sebuah game petualangan unik rilisan Xbox Game Studios yang bisa dibeli di Steam seharga Rp400 ribuan. Di mata penulis, game ini layak untuk dibeli dan dijadikan salah satu koleksi game terbaik. So, semoga ulasan ini bisa dijadikan pertimbangan sebelum kamu membelinya, ya!

https://www.youtube.com/embed/_BqgJ9nW468

Baca Juga: 5 Game Karya Shigeru Miyamoto yang Bisa Bangkitkan Nostalgia

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya