[REVIEW] Humankind—Bangun Peradaban Manusia dengan Caramu Sendiri

Menawarkan kerumitan yang intens

Jika berbicara tentang peradaban manusia, tentu kita tak akan lepas dari apa yang namanya budaya, adat, kepercayaan, teknologi, perekonomian, evolusi, dan lain sebagainya. Apakah hal besar macam ini bisa diangkat ke dalam sebuah permainan video secara detail?

Well, selama ini kita punya judul besar, macam Civilization, Age of Wonders, Endless Legend, dan Sid Meier's Alpha Centauri yang dianggap merepresentasikan peradaban manusia secara kompleks. Nah, sebuah game berjudul Humankind yang dibuat oleh Amplitude Studios telah dirilis oleh SEGA pada 17 Agustus 2021 lalu khusus untuk platform Windows (PC).

Game simulasi ini memiliki banyak kerumitan dan siap menantang Civilization sebagai permainan revolusioner dalam membangun peradaban manusia. Bagaimana serunya memainkan Humankind? Yuk, simak beberapa poin review Humankind berikut ini. Dibaca, ya!

1. Bangun peradaban sekuat yang kamu bisa

[REVIEW] Humankind—Bangun Peradaban Manusia dengan Caramu SendiriHumankind menugaskan kita untuk membangun peradaban manusia. (dok. Amplitude Studios/Humankind)

Jika pernah memainkan Civilization, kamu pasti tidak akan asing dengan plot atau cerita utama yang dihadirkan dalam Humankind. Ya, game ini memiliki premis yang besar dan berkaitan dengan peradaban manusia secara umum. Kamu akan mengembangkan sebuah kehidupan di awal-awal keberadaan manusia pada saat masih nomaden (berpindah-pindah).

Uniknya, plot yang dihadirkan oleh Amplitude Studios memiliki sudut pandang yang sangat detail dan kita bisa menciptakan sejarah sesuai dengan perkembangan permainan kita. Tentu Humankind masuk dalam game dengan kriteria 4X alias explore, expand, exploit, dan exterminate dan pemain memang akan berfokus pada empat hal tersebut.

Sesederhana itukah? Jawabannya tidak. Memainkan game ini justru jauh lebih rumit dari yang dibayangkan sebelumnya. Alih-alih mengikuti sejarah nyata yang pakem dan linear, kita malah akan dihadapkan pada sederet tantangan untuk membangun peradaban sesuai dengan karakter dari masing-masing pemain.

Tampak bahwa developer berusaha untuk menampilkan Humankind sebagai game yang memiliki basis plot kuat dan megah. Ia memang hadir demikian meskipun sebetulnya apa yang akan disampaikan dalam game ini terkesan simpel. Pada intinya, kita hanya ditugaskan untuk membangun dan mempertahankan eksistensi kita sejak zaman purba hingga modern.

2. Rumit dan detail

[REVIEW] Humankind—Bangun Peradaban Manusia dengan Caramu SendiriGameplay rumit dalam Humankind justru terasa mengasyikkan. (dok. Amplitude Studios/Humankind)

Oke, harus penulis akui bahwa mekanisme gameplay yang ditawarkan dalam Humankind sangatlah berbobot—dalam arti rumit dan detail. Namun, jika kita terbiasa memainkan game rumit, macam serial Crusader Kings, Total War: Three Kingdoms, dan Civilization VI, menjalankan sebuah sistem permainan dalam Humankind bukanlah hal yang patut dibuat pusing.

Pada awalnya, kamu akan berada dalam peradaban purba di zaman Neolitikum atau periode Batu Muda. Nah, sekelompok manusia yang kamu kendalikan tersebut harus dapat bertahan sekaligus membangun sebuah tatanan sosial dari generasi ke generasi. Tentu saja tidak semua tempat bisa kamu tinggali. Kehidupan nomaden akan dijalankan terlebih dahulu sebelum akhirnya kita mendapatkan sebuah outpost atau basis markas kita.

Ada banyak elemen yang bisa kamu atur dalam game ini. Pemain wajib mengatur tatanan sosial, budaya, teknologi, politik, peraturan, filosofi, agama, interaksi, perdagangan, sumber daya alam, pangan, militer, hingga semua kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh manusia mulai dari zaman purba hingga masuk ke peradaban modern. Ini bukanlah sebuah tugas yang ringan mengingat ada banyak halangan yang merintang di depan kita.

Halangan-halangan tersebut cukup mematikan dan menyakitkan hati. Bagaimana tidak? Serangan dan pemberontakan bisa terjadi kapan saja, baik dari luar maupun dalam masyarakat kita sendiri. Satu hal yang menjadi tantangan utama adalah ketersediaan bahan baku, macam pangan dan mineral. Yup, semuanya sangat terbatas dan menuntut kita betul-betul berhemat dalam menggunakannya.

Oh, ya, ada banyak budaya dan filosofi dalam game ini. Kamu bisa memilih salah satunya, bahkan menggabungkannya. Uniknya, ada momen-momen tertentu yang mewajibkan kita untuk mengambil sebuah keputusan atau pilihan sulit terkait peradaban yang tengah kita bangun. Jujur saja, penulis sangat suka dengan game rumit macam ini. Gameplay yang "dewasa" seperti ini justru membuat gamer veteran betah berlama-lama di depan layar komputer.

Baca Juga: [REVIEW] Little Nightmares II—Lebih Mengerikan ketimbang Pendahulunya

3. Kualitas grafis tampak biasa saja

[REVIEW] Humankind—Bangun Peradaban Manusia dengan Caramu SendiriVisual dalam Humankind tampak biasa saja. (dok. Amplitude Studios/Humankind)

Tidak ada hal spesial yang ditawarkan oleh grafis Humankind. Bagi penulis, ia tampil tidak cukup detail layaknya game kekinian lainnya. Namun, terlepas dari itu, hal tersebut menjadi kabar baik bagi mayoritas gamer, lho. Ya, Humankind bisa dijalankan secara mulus pada spesifikasi PC menengah ke bawah, seperti RAM 8 GB, prosesor Intel i5, dan GPU setara GTX 770. Bahkan, kapasitas file-nya juga masih di bawah 30 GB.

Game macam ini memang sepertinya sengaja dibuat secara ringan dan tidak menyiksa kinerja PC kita mengingat durasi yang akan dijalankan pastilah sangat lama. Meskipun tampak biasa, bukan berarti kualitas visualnya buruk. Penulis masih sangat menikmati tiap-tiap detail yang ada saat memainkannya dengan layar 4K. Suasana lingkungan juga sudah digarap dengan apik meskipun ada beberapa poin yang masih tampak kaku.

4. Musik yang memanjakan telinga

[REVIEW] Humankind—Bangun Peradaban Manusia dengan Caramu SendiriHumankind hadir dengan kualitas musik yang memanjakan telinga. (dok. Amplitude Studios/Humankind)

Jika tampilan visualnya terasa biasa saja, sebaliknya, kualitas audionya sudah pada taraf memanjakan telinga. Memainkan Humankind selama berjam-jam akan terasa nyaman dan betah karena musiknya yang mengalun merdu sesuai dengan peradaban yang kita bangun. Jelas bahwa sang developer tidak asal-asalan dalam meramu dan menyuntikkan begitu banyak musik dalam game ini.

Bukan hanya sistem musikalnya yang berkelas, suara-suara lainnya pun dapat dibangun dengan baik dan mudah diterima oleh telinga kita. Tiap detail rupanya diperhatikan oleh pengembang dan itu adalah jawaban untuk menggenapi sisi grafis yang tampak biasa saja, setidaknya bagi penulis pribadi. Secara umum, kualitas audio yang ditawarkan dalam game ini mampu tampil wah dan akan membuatmu betah berlama-lama memainkannya.

5. Simulasi rumit yang bikin kecanduan

[REVIEW] Humankind—Bangun Peradaban Manusia dengan Caramu SendiriMembangun peradaban Asia dalam Humankind. (dok. Amplitude Studios/Humankind)

Plot megah dan sistem gameplay rumit akan membawa kita pada sebuah sensasi tersendiri dalam memainkan Humankind. Ia menawarkan sesuatu yang berbeda jika dibandingkan dengan banyak game sejenis, yakni detail dan konsistensi permainan. Ya, game ini mampu tampil dengan kerumitan yang konsisten dalam tiap-tiap peradaban yang ada, bahkan dari zaman ke zaman.

Meskipun tampilan grafisnya masih tampak biasa, jangan remehkan sistem audionya yang bonafide. Amplitude Studios jelas tidak main-main dalam menyuntikkan berbagai jenis musik yang ada, mulai dari musik bertema Asia, Eropa (Barat), Afrika, Timur Tengah, hingga peradaban Amerika Latin dengan corak yang sangat beragam. Namun, sayangnya, Humankind mungkin akan membuat gamer pemula merasa kesulitan dan menyerah di tengah jalan.

Dibutuhkan adaptasi intens untuk menguasai game ini dengan baik, kecuali jika kamu memang menggandrungi permainan simulasi sulit sebelumnya. Kendati demikian, di mata penulis, Humankind hadir dengan segudang kelebihan jika dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. Yup, ia mampu menyuguhkan sistem permainan yang sangat detail, masif, dan revolusioner.

Bagaimana penilaian akhirnya? Skor 4,5/5 penulis berikan untuk Humankind, sebuah simulasi berbobot yang wajib dimainkan pencinta game PC. Jangan mengaku sebagai gamer veteran jika kamu tidak dapat menaklukkan game ini. So, semoga review game kali ini dapat berguna dalam memberikan referensi buatmu, ya.

https://www.youtube.com/embed/nGi00HqpmS0

Baca Juga: [REVIEW] Back 4 Blood—Kisah Apokaliptik Zombi yang Berdarah-darah

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya