[REVIEW] ICARUS—Cukup Berat meski Dijalankan pada RAM 16 GB

Bertahan hidup di dunia yang indah

Harga game berjudul ICARUS yang dijual oleh Steam cukup murah karena ada diskon akhir tahun, yakni Rp125.999 untuk versi standarnya. Game ini dibuat dan dirilis langsung oleh RocketWerkz, sebuah pengembang yang di dalamnya terdapat sosok penting di balik kesuksesan DayZ.

Ya, ICARUS sendiri juga menjadi game dengan genre survival atau bertahan hidup di sebuah zona tertentu. Konsep ini tentu saja sangat tidak asing mengingat PC sudah dijejali dengan begitu banyak game serupa. Nah, apakah ia mampu tampil beda? Atau malah akan berujung petaka? Yuk, simak review ICARUS di bawah ini.

1. Bertahan hidup di lingkungan asing yang indah

[REVIEW] ICARUS—Cukup Berat meski Dijalankan pada RAM 16 GBICARUS punya konsep bertahan hidup di zona indah yang mematikan. (dok. RocketWerkz/ICARUS)

Pada dasarnya, gamer wajib bertahan hidup dengan berbagai cara di sebuah zona indah yang mematikan. Lingkungan asri tersebut bukanlah dataran Eropa atau Asia dengan visual indahnya, melainkan zona alien yang didatangi oleh manusia. Secara umum, kita akan terus ditugaskan dalam berburu, menjelajah, membangun tempat tinggal, dan mengais keberuntungan.

Well, penulis merasa bahwa game ini sangat familier dengan game-game sejenis. Bahkan, ia masih kalah jika dibandingkan dengan game survival yang sudah hadir secara megah sebelumnya. Namun, tantangan di sini jelas akan berbeda. Kita sebagai penambang dan pekerja luar angkasa akan menghadapi banyak hal aneh di sini.

Tantangan paling berbobot adalah menemukan dan mengumpulkan sumber daya alam yang menjadi cikal bakal teknologi kita di masa depan. Dengan teknologi ini, kita dapat kembali ke pangkalan dan pergi dari dunia indah tersebut. Nah, jika gagal, karakter kita pun akan tertinggal selamanya di sana.

Apa cukup menantang untuk dimainkan? Sayangnya, di mata penulis, tantangan yang ada masih terasa kurang dikembangkan oleh developer. Plot yang dihadirkan pun masih terasa dangkal. Memang, jika dilihat dari ide yang digagas, ia masih terkesan brilian. Bayangkan saja, Icarus didapuk sebagai hunian kedua setelah Bumi. Ironisnya, ia harus hancur karena keruntuhan dan kegagalan akibat materi tertentu.

Tentu ide dan narasi yang ada pada ICARUS sudah cukup bagus. Namun, cerita inti yang apik tersebut justru harus bubar manakala kita memainkannya dan dibuat bosan dengan perjalanan bolak-balik ke pesawat luar angkasa. Bahkan, bisa dikatakan bahwa semua premis yang ada tidak membawa kesan apa pun bagi kita selaku gamer.

2. Mekanisme permainan yang amburadul

[REVIEW] ICARUS—Cukup Berat meski Dijalankan pada RAM 16 GBKarakter dalam ICARUS bisa mati karena kamu tidak masuk ke game dalam waktu yang lama. (dok. RocketWerkz/ICARUS)

Oke, singkat saja, memainkan ICARUS selama nyaris 6 jam hanya membawa penulis ke dalam sebuah kesimpulan yang buruk mengenai mekanisme permainannya. Benar bahwa game ini merupakan kisah survival di planet asing milik alien. Namun, sayangnya, tak ada hal unik apa pun yang bisa kita dapat di sini. Malah, ada beberapa catatan yang akan penulis jabarkan sebagai kekurangannya.

Pertama, ada banyak misi dan tugas yang terkesan repetitif. Yup, kita akan menjalankan misi yang itu-itu saja. Pada intinya, kita hanya akan berkutat pada area dunia indah dan pesawat luar angkasa. Perjalanan bolak-balik di tiap-tiap misi tentu sangat melelahkan dan membuat gamer bosan. Seolah kita menyelesaikan misi baru yang besar, tetapi ujung-ujungnya tetap akan disuruh kembali.

Kedua, lokasi misi yang tidak jelas. Artinya, kita bisa saja diberikan misi di tempat lokasi terakhir kita menyelesaikannya. Well, ini adalah mekanisme survival terburuk yang pernah penulis mainkan. Bayangkan saja, lokasi antara misi 1 dan 2 hanya berjarak setengah kilometer. Namun, alih-alih menempatkan di lokasi dengan tepat, pesawat akan menjatuhkan kita ke 10 kilometer lebih jauh.

Ketiga, ada banyak barang penting yang tidak dapat kita bawa untuk digunakan di tempat yang lain. Lalu, apa gunanya kita membuat dan merakit berbagai macam peralatan? Penulis memaklumi bahwa dasar dari game ini adalah hal-hal yang bersifat futuristis. Akan tetapi, kisah futuristis tersebut justru menghilangkan kesederhanaan dalam bermain.

Lalu, keempat, sehebat apa pun kita di planet indah tersebut, kalau tidak kembali ke pesawat tepat waktu, semuanya akan lenyap dan percuma. Bagaimana maksudnya? Begini, jika kamu memiliki misi selama 5 jam dan sebelum waktu tersebut kamu mematikan PC, karaktermu tetap akan menghabiskan 5 jam secara percuma.

Artinya, kita dituntut untuk memainkan ICARUS sepanjang waktu. Gila apa? Ini adalah mekanisme permainan solo dan online co-op terburuk yang pernah penulis jalankan. Lalu, apa gunanya kita bersusah payah dalam mengumpulkan banyak hal jika semuanya malah mengganggu kehidupan nyata kita?

Baca Juga: [REVIEW] Bright Memory: Infinite—Petualangan Shelia yang Makin Intens

3. Grafis tampil luar biasa bagus

[REVIEW] ICARUS—Cukup Berat meski Dijalankan pada RAM 16 GBICARUS menampilkan kualitas visual ciamik. (dok. RocketWerkz/ICARUS)

Untuk sekelas game berjenis survival, karya dari RocketWerkz ini sudah tampil sangat maksimal. Bahkan, bisa dikatakan bahwa ICARUS menjadi salah satu game survival dengan grafik terbaik di kelasnya. Namun, terlepas dari itu semua, ada yang aneh dengan tampilan ICARUS secara keseluruhan.

Yup, menjalankannya di PC berkekuatan RAM 16 GB dan VGA sekelas GTX 1660 masih terasa berat dan ada yang kurang. Anehnya, seharusnya tampilan model seperti ini bisa dijalankan dengan sangat mulus di PC berspesifikasi cukup. Apakah ini hanya sekadar bug atau glitch yang bisa di-update di masa mendatang? Semoga saja benar.

Sebab, jika tidak, ICARUS akan menjadi game survival dengan permintaan spesifikasi paling tidak masuk akal pada 2021. Bahkan, kabarnya RAM 32 GB dan VGA sekelas RTX 3060ti menjadi komposisi yang dianggap cukup ideal untuk menjalankan game ini. Wah, apakah ini sebuah keputusan blunder dari developer? Semoga saja tidak.

4. Audio biasa saja

[REVIEW] ICARUS—Cukup Berat meski Dijalankan pada RAM 16 GBBerburu menggunakan baju astronaut hanya ada dalam ICARUS. (dok. RocketWerkz/ICARUS)

Audio yang ditampilkan dalam game ICARUS masih terdengar standar di telinga penulis. Memang banyak suara yang merdu dan lugas. Namun, secara umum, ia masih berada dalam kelas yang biasa saja. Bukan berarti buruk sebab kamu masih akan mendengarkan audionya secara jernih di saat menggunakan headset berkualitas.

Suara-suara remeh, macam pecahan batu atau langkah kaki, juga sebetulnya sudah diterjemahkan dengan cukup baik oleh developer. Hanya saja, ia masih terasa kurang megah dan kaya jika dibandingkan dengan banyak game survival lainnya. Oh, ya, suara saat sedang memanah hewan buruan akan terasa mirip dengan suara yang ada di Far Cry 3, lho.

5. Banyak yang harus diperbaiki berkenaan dengan mekanisme permainannya

[REVIEW] ICARUS—Cukup Berat meski Dijalankan pada RAM 16 GBMemanah hewan liar di ICARUS terkesan mirip dengan Far Cry. (dok. RocketWerkz/ICARUS)

Game survival ini sebetulnya sudah berusaha untuk tampil apik, terutama pada bagian visualnya yang memang luar biasa bagus. Namun, sayangnya, ia tidak diimbangi dengan plot kompleks dan mekanisme permainan yang adaptif. Sangat disayangkan bahwa bertualang di dunia indah macam itu malah akan membawa kebosanan bagi gamer yang memainkannya.

Kalau saja beberapa poin minus yang penulis utarakan di atas dihilangkan, ICARUS bakal menjadi salah satu game bertema survival paling berpengaruh pada 2021. Satu lagi, kualitas grafis yang jempolan tadi rupanya juga mewajibkan tumbal bagi spesifikasi PC. Ya, RAM 16 GB dan VGA sekelas GTX 1660 pun hanya menjadi spesifikasi standar di mata game ini.

Bagaimana kesimpulannya? Bagi penulis, skor 2,5/5 sudah merepresentasikan ICARUS dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Semoga saja ada update atau perbaikan serius dari pengembang dalam waktu dekat. Jika tidak, game ini berpotensi menjadi judul yang gagal di penghujung 2021.

https://www.youtube.com/embed/uOeuqct2HAM

Baca Juga: [REVIEW] Halo Infinite—Memuaskan Dahaga Penggemar Master Chief

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya