[REVIEW] Bright Memory: Infinite—Petualangan Shelia yang Makin Intens

Tampil lebih baik ketimbang seri sebelumnya

Sebuah perusahaan perorangan asal Tiongkok bernama FYQD-Studio pernah membuat dan merilis game FPS berjudul Bright Memory pada 2020 lalu. Game tersebut sebetulnya tidak buruk mengingat bahwa sang developer hanya mempekerjakan segelintir karyawan. Bahkan, kabar terbaru menyebutkan bahwa FYQD-Studio hanya tinggal satu orang pekerja, yakni pemilik sekaligus penanggung jawab bernama Zeng Xiancheng.

Nah, pada 12 November 2021, Zeng Xiancheng kembali merilis kelanjutan dari seri sebelumnya, yakni Bright Memory: Infinite untuk Microsoft Windows (PC) dan Xbox Series X. Makin terasa gokil karena ia sendirian yang membuat game ini dengan integrasi grafis kelas atas Unreal Engine 4. Penulis sempat menjajal game seharga Rp100 ribuan ini dan merasa bahwa ia pantas disejajarkan dengan banyak game FPS lainnya.

Well, apa yang membuat game ini terasa lebih baik ketimbang seri sebelumnya? Bagaimana ulasan singkat dari penulis? Simak review Bright Memory: Infinite di bawah ini, ya.

1. Mengungkap fenomena misterius dari dua dunia

[REVIEW] Bright Memory: Infinite—Petualangan Shelia yang Makin IntensAgen Shelia sedang menerima tugas dalam Bright Memory: Infinite. (dok. FYQD-Studio/Bright Memory: Infinite)

Shelia masih menjadi karakter sekaligus protagonis utama dalam game ini. Yup, layaknya dalam seri sebelumnya, kamu masih akan ditugaskan sebagai agen dalam naungan Supernatural Science Research Organization (SRO) yang bertugas menyelidiki dan menangani berbagai fenomena ganjil. Penulis jelas akan mengaitkan Bright Memory: Infinite dengan seri sebelumnya karena mereka saling berkaitan.

Di masa lalu, dalam Bright Memory, Shelia dan agen SRO lainnya ditugaskan menyelidiki artefak kuno berupa pedang yang dinamakan Kanzhou dan Bakuya. Elemen Jiu Xuan yang terdapat dalam barang gaib tersebut ternyata dapat menghidupkan orang mati dan hal ini diperebutkan oleh organisasi teroris. Nah, premis yang hampir sama juga dihadirkan dalam seri selanjutnya, yakni Bright Memory: Infinite—tentu dengan narasi yang sangat berbeda.

Dalam game ini, Shelia ditugaskan oleh SRO untuk menyelidiki sebuah fenomena aneh yang terjadi di Bumi, yakni kemunculan hal-hal ganjil di langit yang tak bisa dijelaskan oleh sains. SRO sendiri segera mengirimkan agen-agennya ke seluruh dunia untuk mengungkap kebenaran dan misteri di balik fenomena yang terjadi. Latar belakangnya terjadi pada 2036 sehingga ada banyak sistem modern yang tampil futuristis.

Tak disangka, penyebab dari ini semua adalah interaksi dari dua dunia yang otomatis bisa mengubah berbagai dimensi di dalamnya. Oke, sepintas kehadiran Shelia di sini memang terkesan mirip dengan Lara Croft versi Asia. Namun, yang membuatnya sedikit identik dengan Tomb Raider adalah gaya petualangan solo dari sang protagonis yang sangat intens dan dipenuhi dengan segudang elemen aksi memukau.

Tentu ide cerita mengenai gabungan antara supernatural dengan hal-hal modern bukan menjadi barang baru dalam dunia game. Kendati demikian, di mata penulis, Bright Memory: Infinite sudah hadir dengan plot yang cukup lumayan meski tak bisa dibandingkan dengan banyak game dengan cerita sejenis, macam Nioh, Devil May Cry, Bloodborne, Deathloop, atau Tomb Raider yang sama-sama punya protagonis keren.

2. Gameplay atraktif dan menyenangkan

[REVIEW] Bright Memory: Infinite—Petualangan Shelia yang Makin IntensBright Memory: Infinite punya gameplay yang atraktif. (dok. FYQD-Studio/Bright Memory: Infinite)

Memainkannya selama beberapa jam akan membawa kita ke dalam sebuah mekanisme yang atraktif sekaligus menyenangkan. Setidaknya, game ini punya sistem gameplay yang jauh lebih baik ketimbang seri sebelumnya. Pada seri yang lalu, mekanisme yang dihadirkan oleh pengembang masih terasa kaku, repetitif, dan tidak berkelas. Mungkin itu sebabnya ada banyak ulasan negatif yang disematkan pada Bright Memory.

Nah, dalam Bright Memory: Infinite, sepertinya FYQD-Studio sudah berbenah cukup banyak. Buktinya, ada beberapa peningkatan efektif yang berhasil disuntikkan ke dalam game ini dan hal tersebut cukup berdampak positif. Secara umum, game ini penuh dengan tembak-menembak yang dikombinasikan dengan senjata konvensional, macam katana, panah, bahkan rudal pelacak.

Oh, ya, ada beberapa macam kombo yang bisa dilakukan untuk menjatuhkan lawan kita. Agen Shelia pun akan selalu menghadapi berbagai macam musuh aktif yang kadang jumlahnya tak kira-kira. Makin bergerak maju dari level satu ke level lainnya, makin kompleks pula keterampilan dan skill yang akan kamu kuasai.

Apa kamu pernah memainkan Shadow Warrior? Ya, jika ditilik mekanismenya sekilas, Bright Memory: Infinite memang memiliki aura yang sama dengannya. Gabungan antara senjata api dengan pedang akan membuat jagoan utama kita melakukan banyak hal secara cepat, efisien, dan juga brutal. Well, tak ada yang menyangka bahwa Shelia yang terlihat imut bisa dengan begitu tangkas dan sadis dalam menghabisi musuh-musuhnya.

Baca Juga: [REVIEW] Call of Duty: Vanguard—Nama Besar yang Serbatanggung

3. Tampilan visual layaknya FPS kelas atas

[REVIEW] Bright Memory: Infinite—Petualangan Shelia yang Makin IntensBright Memory: Infinite tampil dengan grafis apik. (dok. FYQD-Studio/Bright Memory: Infinite)

Penulis cukup salut dan kagum dengan FYQD-Studio yang sanggup membuat Bright Memory: Infinite berpenampilan layaknya game AAA lainnya. Bukan hanya itu, kabar bahwa game ini hanya dibuat oleh satu orang benar-benar fakta yang mengejutkan. Pasalnya, kualitas grafis yang ditampilkan sudah sangat baik, terutama dalam hal detail lingkungan dan pergerakan karakter yang cukup smooth.

Hebatnya lagi, tampilan visualnya dibuat melalui sokongan Unreal Engine 4 yang tidak semua developer bisa menggarapnya dengan baik. Nah, jika biasanya game buatan indie macam ini hanya berkutat pada single-platform Windows (PC), kali ini, Zeng Xiancheng mengubah kebiasaan tersebut dan membuktikan bahwa konsol pun dapat menerimanya dengan baik.

Memang masih ada beberapa bug kecil yang dapat ditemukan di berbagai level. Namun, secara keseluruhan, kualitas grafis Bright Memory: Infinite pantas untuk mendapatkan banyak apresiasi. Well, meskipun belum mencicipi versi Xbox Series X-nya, penulis yakin bahwa grafis yang ditampilkan oleh konsol juga sama bagusnya dengan PC.

4. Kualitas audio pun dibuat gak kaleng-kaleng

[REVIEW] Bright Memory: Infinite—Petualangan Shelia yang Makin IntensBright Memory: Infinite juga punya audio jempolan. (dok. FYQD-Studio/Bright Memory: Infinite)

Meskipun bukan dalam takaran yang sangat memesona, audio yang ada dalam Bright Memory: Infinite sudah bisa dikatakan jempolan. Ia terdengar bukan layaknya game buatan developer indie, apalagi dibuat oleh satu orang saja. Berbagai macam suara yang terdengar di sepanjang permainan akan terkesan lugas dan seimbang.

Penulis pernah menemukan beberapa game indie yang juga memiliki audio apik. Namun, khusus untuk game ini, ia sudah dapat tampil pada kelas yang berbeda. Dimulai dari tampilan animasi dan cutscene hingga semua kejadian yang hadir secara in-game, seluruhnya bisa direpresentasikan dengan baik melalui kualitas audionya yang gak terkesan kaleng-kaleng.

5. Peringatan buat developer-developer Barat

[REVIEW] Bright Memory: Infinite—Petualangan Shelia yang Makin IntensShelia Tan yang tampil imut dan mematikan dalam Bright Memory: Infinite. (dok. FYQD-Studio/Bright Memory: Infinite)

Pada era 2000-an, rasanya penulis sangat jarang mendengar ada pengembang asal Tiongkok yang bisa menancapkan eksistensinya di dunia game digital. Kala itu, semua hal yang berbau game pasti dikuasai oleh developer Barat dan Jepang. Nama-nama besar, macam Activision, SEGA, Square Enix, Capcom, Electronic Arts, Konami, dan Ubisoft, selalu menjadi perusahaan terdepan yang memproduksi judul-judul keren.

Lalu, 10 kemudian, para developer asal Tiongkok pun mulai bermunculan. Ditambah lagi, dengan kapasitas industri Tiongkok yang mampu menyaingi Amerika Serikat dalam skala perang dagang membuat Negeri Tirai Bambu ini makin menunjukkan taringnya dalam hal digitalisasi, termasuk permainan video. Kalau lengah, para developer asal Barat bisa saja tersingkir dan kalah dalam bersaing.

FYQD-Studio adalah buktinya. Memang, sih, game garapannya belum mampu menggeser level dari game AAA buatan Barat atau Jepang. Namun, fakta bahwa Bright Memory: Infinite hanya dibuat oleh satu orang sudah bisa membuat siapa pun bakal keheranan. Efisiensi dan persaingan global inilah yang mungkin bakal membuat Tiongkok menjadi salah satu peta kekuatan dunia di masa depan.

Well, sudahi dulu obrolan politik antara Barat dan Tiongkok. Skor 4/5 penulis berikan untuk Bright Memory: Infinite yang bisa kamu beli di Steam dengan harga sangat murah. Game ini wajib kamu beli dan mainkan karena ia sudah tampil lebih baik ketimbang seri sebelumnya. Semoga ulasan kali ini bisa menjadi masukan buat kamu, ya.

https://www.youtube.com/embed/Pj6oBoU69Y0

Baca Juga: [REVIEW] Farming Simulator 22—Pertanian Digital yang Sesungguhnya

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya