[REVIEW] Pathfinder: Wrath of the Righteous—Ciptakan Jalanmu Sendiri

Lebih baik ketimbang seri sebelumnya

Serial Pathfinder mungkin masih terdengar agak asing di telinga kita. Yup, serial tersebut memang dibuat sangat kompleks dan terdiri dari beberapa jenis, di antaranya permainan papan, kartu, buku cerita, dan game versi digital yang biasanya diproduksi untuk platform Windows (PC). Nah, ada dua seri terkenal dalam waralaba ini, yakni Pathfinder: Kingmaker dan Pathfinder: Wrath of the Righteous.

Sayangnya, seri Pathfinder: Kingmaker yang dirilis pada 2018 tersebut mendapatkan segudang kritik meskipun tidak sampai membuatnya tersungkur. Well, pada 2 September 2021 lalu, Owlcat Games—melalui META Publishing—telah merilis seri terbaru yang berjudul Pathfinder: Wrath of the Righteous untuk multiplatform, yakni Windows (PC), macOS, PS4, dan Xbox One.

Bagaimana kesan penulis dalam memainkan seri terbaru dari Pathfinder ini? Apa masih tampil biasa saja seperti pendahulunya? Yuk, simak beberapa ulasan dan review Pathfinder: Wrath of the Righteous di bawah ini.

1. Plot masih berkutat dengan kebaikan melawan kejahatan

[REVIEW] Pathfinder: Wrath of the Righteous—Ciptakan Jalanmu SendiriPathfinder: Wrath of the Righteous akan membawa gamer pada pilihan perjalanan hidup. (dok. Owlcat Games/Pathfinder: Wrath of the Righteous)

Plot dan jalan cerita utama dalam RPG kali ini masih terbilang sama dengan game sejenis. Pada intinya, kebaikan akan melawan kejahatan yang sudah tak terbendung lagi di dunia. Namun, di sini, kita lebih bebas dalam memilih jalan hidup dari karakter yang dimainkan. Alih-alih selalu membela kebenaran, kita justru bisa menjadi bagian dari kejahatan itu sendiri.

Penulis sempat memainkan game ini selama 10 jam—memang jauh dari cukup. Namun, penulis sudah cukup intens dan paham bahwa Pathfinder: Wrath of the Righteous hadir dengan latar cerita yang berbobot dan sangat berbeda dengan pendahulunya. Kita akan berada di sebuah realm atau dunia yang dipenuhi dengan kekuatan jahat, seperti iblis, penyihir, monster, dan entitas lainnya.

Apakah karakter akan menjadi hero atau bad guy, itu tergantung bagaimana kita memilihnya. Kita dituntut untuk mempelajari dan menjalani game ini dengan kompleks dan linear agar paham akan segala hal yang bakal diperbuat. Kita menjelajahi Worldwound, sebuah dunia yang memiliki celah atau gerbang antardimensi yang mengakibatkan berbagai teror di seluruh negeri.

Beberapa negara dan kerajaan sudah mulai kewalahan dalam menghadapi dunia iblis. Kisah klisenya, kamu akan bergabung ke dalam kelompok pahlawan yang bertugas melawan kekuatan jahat tersebut. Menjalankan karakter di dalam dunia yang gelap dan penuh dengan ancaman mistis menjadi salah satu bagian paling seru untuk dilakukan dalam game ini.

2. RPG isometrik yang kental dengan gerakan taktis

[REVIEW] Pathfinder: Wrath of the Righteous—Ciptakan Jalanmu SendiriPathfinder: Wrath of the Righteous menawarkan sistem gameplay yang taktis. (dok. Owlcat Games/Pathfinder: Wrath of the Righteous)

Pathfinder: Wrath of the Righteous jelas menawarkan sesuatu yang berbeda dibanding game sejenis. Game ini secara tegas memiliki mekanisme sebagai RPG isometrik layaknya Dragon Age: Origins dan Divinity: Original Sin. Namun, di sini, kamu tidak bisa langsung hantam kromo dan mengeroyok musuh-musuhmu hingga tewas. Pasalnya, developer juga memasukkan unsur turn-based sebagai pelengkap mekanismenya.

Apakah tidak terkesan rumit dan bertele-tele? Menurut penulis, gameplay yang ada memang terkesan sangat taktis, tapi tidak serumit yang dibayangkan. Itu sebabnya, sebagian besar waktu akan kita habiskan untuk menikmati sisi gameplay-nya yang begitu taktis dan berbobot. Namun, jika kalian terbiasa memainkan RPG, macam The Witcher atau Skyrim, permainan taktis ala Pathfinder: Wrath of the Righteous butuh adaptasi yang dalam.

Di awal permainan, kita akan memilih karakter yang bakal dimainkan. Ada 25 kelas dan 12 ras yang bisa dipilih sebagai karakter dasar. Tak hanya sampai di situ, beberapa sifat dominan juga bisa dipilih untuk menentukan pola permainan kita. Nah, uniknya, developer juga menyuntikkan begitu banyak modifikasi mantra, jurus, dan skill yang juga akan memengaruhi gaya bermain gamer.

Secara umum, mekanisme permainan yang dihadirkan dalam game ini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan Pathfinder: Kingmaker. Tentu bisa dibutuhkan waktu yang sangat lama untuk menamatkan game ini mengingat ada begitu banyak sistem battle yang harus dijalankan dengan taktik mendalam, belum lagi jika harus mengikuti plot ceritanya yang memang terkesan lambat.

Baca Juga: [REVIEW] Medieval Dynasty—Mencari Kedamaian di Abad Pertengahan

3. Kualitas visual bisa dijadikan nilai jual

[REVIEW] Pathfinder: Wrath of the Righteous—Ciptakan Jalanmu SendiriTampilan dalam Pathfinder: Wrath of the Righteous sudah cukup baik. (dok. Owlcat Games/Pathfinder: Wrath of the Righteous)

Mungkin tampilan visual dalam Pathfinder: Wrath of the Righteous belum bisa dikatakan sangat memesona. Faktanya, sangat jarang game berjenis RPG isometrik yang memiliki grafis yang benar-benar wah. Lagi pula, bukankah sebuah RPG isometrik lebih wajib menonjolkan kedalaman cerita dan mekanisme gameplay? Nah, di mata penulis, game ini sudah hadir dengan grafis yang oke dan bisa dijadikan nilai jual yang baik.

Membantai monster akan tampak brutal karena begitu banyak cipratan darah yang dihasilkan. Belum lagi ,serangan-serangan sihir yang dilontarkan entitas iblis dari berbagai sisi tampil apik. Ada beberapa bug kecil yang penulis temukan pada saat kondisi battle. Namun, sisi error tersebut tidak sampai mengganggu jalannya permainan dan masih dianggap sangat minor.

Untuk versi PC, spesifikasi yang diminta juga tidak begitu tinggi. Dengan RAM 8 GB, prosesor Core i5, dan GPU setara GeForce 940M, kamu sudah bisa menjalankan game ini dengan lancar. Kapasitas file-nya juga terhitung di kelas menengah, yakni 55 GB. Bagaimana? Cukup ringan untuk dijalankan, bukan? Segera saja beli dan install game ini di PC milikmu.

4. Audio terdengar sepi

[REVIEW] Pathfinder: Wrath of the Righteous—Ciptakan Jalanmu SendiriAudio dalam Pathfinder: Wrath of the Righteous tidak terdengar berbobot. (dok. Owlcat Games/Pathfinder: Wrath of the Righteous)

Hal ini mungkin bersifat sangat relatif. Namun, di telinga penulis, kualitas audio yang ditampilkan dalam Pathfinder: Wrath of the Righteous masih kurang berbobot dan kesulitan mengimbangi plot ceritanya yang dalam. Ada banyak dungeon yang tidak diterjemahkan secara apik melalui audionya. Bahkan, kualitas pengisi suaranya juga terdengar biasa-biasa saja.

Audio dan segala macam suara yang dibuat oleh developer tidak berarti buruk. Ia masih terdengar jernih dan cukup layak untuk didengar. Namun, ada banyak bagian dalam game yang terkesan sepi dan tidak merepresentasikan dunia yang dark dan mencekam. Untungnya, justru di sini developer bisa bermain aman karena sangat jarang ditemukan suara yang overloud.

5. Jelas lebih baik ketimbang pendahulunya

[REVIEW] Pathfinder: Wrath of the Righteous—Ciptakan Jalanmu SendiriPathfinder: Wrath of the Righteous hadir lebih baik ketimbang pendahulunya. (dok. Owlcat Games/Pathfinder: Wrath of the Righteous)

Pathfinder: Wrath of the Righteous jelas hadir dengan plot dan gaya permainan yang lebih unggul ketimbang pendahulunya. Ia mampu tampil sebagai RPG isometrik dengan mekanisme taktis yang intens dan bikin penasaran dari waktu ke waktu. Belum lagi jika melihat tampilan visualnya, ia sudah termasuk dalam kategori baik.

Namun, game ini sepertinya akan sulit disukai oleh kalian yang fanatik dengan RPG, semacam Elder Scrolls, The Witcher, atau Dragon Age: Inquisition. Di satu sisi, mekanisme turn-based yang ada sanggup menjadi hal segar yang mengasah otak. Di sisi lain, sistem macam ini bisa menjadi sebuah bumerang karena memang terkesan bertele-tele.

Well, tak ada gading yang tak retak, bukan? Penulis memberi skor akhir 4/5 untuk Pathfinder: Wrath of the Righteous. Tanpa terasa, game ini akan menghabiskan waktu tidur dan membuatmu sering begadang. Bagaimana? Apakah kamu sudah siap untuk menciptakan jalan hidupmu sendiri?

https://www.youtube.com/embed/rVmMe0GVvm0

Baca Juga: [REVIEW] Far Cry 6—Memikat, tapi Minim Inovasi

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya