[REVIEW] Yakuza 6: The Song of Life—Akhir Kisah dari sang Naga

Lebih humanis!

Yakuza 6: The Song of Life sudah dirilis oleh SEGA untuk konsol PS4 pada 2016 lalu. Namun, gamer PC baru bisa menikmati kisah pamungkas dari Kazuma Kiryu ini pada 25 Maret 2021. Perbedaan waktu rilis yang cukup signifikan membuat versi PC-nya memang terlihat lebih baik dalam hal grafis. Game ini masih dikembangkan oleh Ryu Ga Gotoku dan SEGA dengan sokongan engine grafis yang lebih mumpuni.

Nah, jika mengikuti serial Yakuza dari awal hingga seri keenamnya ini, mungkin kamu akan merasakan kehadiran Kazuma Kiryu—juga dijuluki Sang Naga—sebagai sosok yang garang, penantang maut, tetapi masih kental dengan sisi manusiawi. Pada seri kali ini, kisah mengenai Kazuma dibuat lebih humanis dan developer ingin menonjolkan arti penting dari nilai-nilai keluarga.

Jadi kisah penutup dari perjalanan sang Naga oleh SEGA, mampukah Yakuza 6: The Song of Life melakukan tugasnya dengan baik? Yuk, kita simak review singkat berikut ini.

1. Jalan cerita yang jauh lebih humanis

[REVIEW] Yakuza 6: The Song of Life—Akhir Kisah dari sang NagaKarakter Haruka Sawamura sudah dewasa. (dok. SEGA/Yakuza 6: The Song of Life)

Cerita yang dibawa oleh developer dalam serial Yakuza kali ini akan tampak lebih humanis dan menampilkan nilai-nilai keluarga secara intens. Jika mengikuti seri Yakuza pertama, kamu tentu akan tahu bahwa tokoh utama, Kazuma Kiryu, telah mengadopsi seorang anak perempuan yang kehilangan ibunya, yakni Haruka Sawamura. Nah, kali ini, peran Haruka bisa dikatakan cukup sentral bagi narasi Yakuza 6 secara keseluruhan.

Secara umum, Yakuza 6: The Song of Life memang memiliki plot utama yang mengisahkan eratnya hubungan antara Kazuma Kiryu dengan anak angkatnya tersebut. Setelah Haruka dewasa, ia tengah mengejar impiannya untuk menjadi artis Jepang. Sayangnya, Alih-alih diterima oleh publik, ia justru ditolak karena memiliki ayah seorang Yakuza. Di sinilah Kazuma mengalah dan bisa menjadi sosok ayah yang baik bagi Haruka.

Oh, ya, untuk menjadi ayah yang baik, tentunya Kazuma benar-benar harus menjadi orang yang baik juga. Ia menyerahkan diri ke polisi dan akhirnya dipenjara selama beberapa tahun. Keluar dari penjara, Kazuma justru harus mendengar kabar bahwa Haruka menghilang. Tak cukup sampai di situ, sang Naga mendapat kabar bahwa anaknya mengalami kecelakaan yang membuatnya tak sadarkan diri.

Di tengah kegalauannya, Kazuma justru menemukan fakta bahwa ia sudah menjadi kakek. Yup, selama ini, pada saat Kazuma berada di penjara, Haruka ternyata sudah memiliki anak laki-laki bernama Haruto. Siapa ayah dari Haruto? Well, sebaiknya kamu memainkan game ini secara langsung. Ada banyak rahasia dan rangkaian plot cerita yang disuguhkan oleh SEGA secara dalam dan luar biasa.

Bagi penulis, plot dan jalan cerita pada Yakuza 6: The Song of Life memang sangat terkesan manusiawi. Di saat usianya yang tidak lagi muda, sang Naga tetaplah garang. Tapi, di lain sisi, ia juga ditampilkan sebagai manusia biasa yang menginginkan kedamaian berkeluarga seperti orang-orang lainnya. Kehebatannya sebagai seorang ayah ditampilkan pada saat ia mencari dan menyelidiki siapa ayah kandung dari Haruto.

2. Gameplay yang cukup identik dengan seri sebelumnya

[REVIEW] Yakuza 6: The Song of Life—Akhir Kisah dari sang NagaPertarungan antara Kazuma dengan anggota mafia Jepang. (dok. SEGA/Yakuza 6: The Song of Life)

Sistem permainan pada seri Yakuza kali ini terasa cukup identik dengan seri sebelumnya, yakni Yakuza 5. Namun, bukan berarti gameplay-nya sama persis. Ada beberapa bagian yang mendapatkan peningkatan dan modifikasi dari pihak pengembang dan ini cukup positif di mata penulis. Dalam hal ini, pergerakan dan sistem pertarungan yang dijalankan oleh Kazuma jadi terlihat lebih realistis dan beragam.

Kamu tetap akan memainkan game ini dalam metode setengah open world. Kenapa dianggap setengah open world? Itu karena Yakuza 6: The Song of Life berjalan pada latar yang tidak begitu luas. Jadi, jangan bayangkan bahwa game ini memiliki map atau tata kota seluas Grand Theft Auto (GTA). Kendati demikian, jangan takut cepat merasa bosan karena SEGA telah menawarkan bentuk kepuasan lainnya.

Hal yang paling mencolok dalam sistem pertarungan Yakuza 6 adalah keberadaan Extreme Heat Mode, sebuah mode atau gaya bertarung dengan damage atau kerusakan yang masif. Jika Kazuma sudah masuk dalam mode ini, ia akan menjadi lebih kuat, tangkas, dan mampu menghabisi lawan-lawannya dengan berbagai macam kombinasi serangan mematikan.

Satu lagi, jangan lupakan misi sampingan yang sangat beragam dan bakal menguras waktu. Ya, salah satu cara developer untuk membuat gamer tidak cepat merasa bosan adalah memasukkan banyak minigame. Dalam beberapa minigame yang ditawarkan, ada beberapa mode dewasa yang tentunya makin menguatkan posisi serial Yakuza sebagai game dengan rating dewasa.

Baca Juga: [REVIEW] Call of Duty: Mobile - Garena—Masih Seru seperti Dulu

3. Gaya visual modern yang disokong oleh Dragon Engine

[REVIEW] Yakuza 6: The Song of Life—Akhir Kisah dari sang NagaTampilan visual kota yang lebih realistis dibanding seri sebelumnya. (dok. SEGA/Yakuza 6: The Song of Life)

Dragon Engine merupakan salah satu sistem grafis terintegrasi yang sering dipercaya oleh developer game besar untuk mendongkrak tampilan visual. Nah, beberapa serial Yakuza yang menggunakan engine ini adalah Yakuza Kiwami 2, Yakuza: Like a Dragon, dan tentu saja Yakuza 6: The Song of Life. Selain deretan serial Yakuza, Dragon Engine juga pernah dipercaya untuk mendongkrak visual pada Virtua Fighter 5.

Apakah peningkatan performa pada Yakuza 6 begitu terasa? Bagi penulis pribadi, peningkatan yang dirasakan justru pada saat Kazuma bertarung melawan musuh-musuhnya. Gerakan-gerakan yang diperagakan akan terasa lebih mulus dan realistis. Guratan wajah dari semua karakter juga ditampilkan lebih hidup dari pada seri sebelumnya meskipun Yakuza 5 juga sebetulnya memiliki grafis yang cukup bagus.

Kendati tidak luas, tampilan open world dalam Yakuza 6 bisa terasa lebih ramai, hidup, dan berwarna. Kita akan menemukan banyak NPC yang saling berinteraksi secara kompleks satu sama lain. Bagian terhebatnya apalagi kalau bukan desain dan gaya visual kota yang lebih tampak nyata. Memainkannya selama berjam-jam, penulis seolah-olah sedang berada di pusat keramaian kota di Jepang.

4. Audio tak kalah memuaskan

[REVIEW] Yakuza 6: The Song of Life—Akhir Kisah dari sang NagaBanyaknya mini game dalam serial Yakuza 6 membuat gamer makin betah. (dok. SEGA/Yakuza 6: The Song of Life)

Untuk menggarap beberapa seri dari game Yakuza, SEGA telah menggandeng Hidenori Shoji selaku komposer dan pengarah audio. Hasilnya? Cukup memuaskan. Mulai dari sistem musikal yang berkelas, pengisi suara apik, hingga keramaian kota yang terdengar padat dan jelas, semua ditampilkan dengan maksimal oleh SEGA.

Percakapan tetap akan menggunakan bahasa Jepang supaya lebih menguatkan aura Asia. Namun, subtitle bahasa Inggris masih disertakan dan bisa dengan mudah untuk dipahami siapa saja. Suara dari Kazuma Kiryu juga terdengar lebih cool, kalem, dan dewasa. Suasana dan sensasi budaya Jepang modern bisa ditampilkan dengan sangat baik sebab ditunjang dengan kualitas audio yang sama-sama memesona.

Namun, tak ada gading yang tak retak. Pada beberapa kesempatan, penulis sempat mendengar audio Yakuza 6 mendadak hilang dalam rentang waktu sekejap. Meskipun hanya terpotong satu atau dua detik, kondisi ini cukup mengganggu manakala kita mendengarkan sebuah percakapan yang intens. Kemungkinan ini hanyalah bug kecil dalam game yang sebetulnya cukup minor.

5. Akhir kisah yang mencapai klimaks

[REVIEW] Yakuza 6: The Song of Life—Akhir Kisah dari sang NagaKazuma sedang menggendong cucunya. (dok. SEGA/Yakuza 6: The Song of Life)

Jelas bahwa SEGA telah dinilai berhasil dalam menampilkan Yakuza 6: The Song of Life sebagai penutup kisah sang Naga dengan cara yang klimaks. Ini bukan spoiler karena faktanya, pihak SEGA sudah mengumumkan jauh-jauh hari bahwa serial Yakuza 6 akan menjadi kisah penutup dari perjuangan Kazuma Kiryu untuk keluarga kecilnya itu.

Intinya sederhana, jangan pernah mengganggu anak dan cucu dari seorang mantan Yakuza. Tak bisa dimungkiri bahwa dengan kesuksesan besar ini, banyak gamer di dunia yang menganggap bahwa Kazuma Kiryu atau sang Naga merupakan idola baru dalam wujud sosok kakek yang badass, garang, cool, tetapi sayang terhadap anak dan cucu.

Tak ada kesimpulan kritis yang bisa penulis ungkapkan di sini kecuali sebuah skor 4,5/5 untuk menunjukkan betapa layaknya Yakuza 6: The Song of Life menjadi mahakarya terbaik dari Ryu Ga Gotoku dan SEGA. Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga sudah memainkan game keren yang satu ini?

Baca Juga: [REVIEW] Yakuza Remastered Collection—Nostalgia di Dunia Mafia Jepang

https://www.youtube.com/embed/xQm_Z8QxnYE
Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya