Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Game Open-World yang Tak Layak Dapat Review Jelek, Bagus Kok

1280x720.jpg
Elex (dok. Piranha Bytes)
Intinya sih...
  • Risen 3: Titan Lords menawarkan gameplay menarik dengan sistem "Glory" dan eksplorasi pulau-pulau tersembunyi.
  • The Technomancer hadir dengan tiga gaya bertarung berbeda dan pohon skill yang bisa dikombinasikan secara bebas.
  • Biomutant menghadirkan kebebasan kustomisasi karakter, crafting senjata, dan pertarungan energik dengan perpaduan bela diri, senjata api, dan kekuatan mutan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pemain yang menyukai game open-world pasti pernah merasakan kekecewaan ketika melewatkan sebuah game “hidden-gem” akibat ulasan buruk dari para kritikus. Namun seiring berjalannya waktu, game semacam itu biasanya mulai membangun komunitas peminat sendiri, terlepas dari kekurangan dari segi teknis maupun visual. Alhasil, game yang awalnya dikritik karena berbagai macam alasan, berakhir disukai oleh banyak pemain yang sadar bahwa gameplay yang diusung tidak seburuk apa yang dikatakan kritikus. Berikut 7 di antaranya.

1. Risen 3: Titan Lords

Banyak kritikus menilai Risen 3: Titan Lords dengan kritik negatif terhadap animasi kaku, visual ketinggalan jaman dan cerita yang kurang menarik. Namun, jika mau menggali lebih dalam, game ini menawarkan ciri khas Piranha Bytes selaku developer yaitu game dengan dunia penuh rahasia dengan pertarungan yang menuntut timing dan kesabaran. Sistem “Glory” memungkinkan pemain meningkatkan atribut kapan saja, sehingga perkembangan terasa bebas dan personal tanpa harus terjebak grinding. Yang paling menarik adalah eksplorasi di mana pulau-pulau dengan gua tersembunyi, harta karun dan desain level yang digarap manual.

2. The Technomancer

The Technomancer hanya meraih skor 58 di OpenCritic karena banyak dikritik soal animasi kaku dan desain gameplay yang sering memaksa pemain untuk bolak-balik area yang sama di planet Mars yang sebenarnya cukup menarik. Game ini menghadirkan tiga gaya bertarung berbeda yaitu Warrior dengan tongkat, Guardian dengan tameng dan Rogue yang lincah, di mana semuanya yang bisa diganti ketika bertarung atau di tengah-tengah combo. Masing-masing juga memiliki pohon skill sendiri, ditambah satu khusus untuk kekuatan Technomancy sehingga ada kebebasan dalam mengombinasikan berbagai skill agar setiap pertarungan terasa fresh.

3. Biomutant

Biomutant membawa pemain ke dunia pasca-manusia penuh hewan bermutasi, di mana kreativitas menjadi hal yang perlu dikuasai. Sistem kustomisasi di game ini sangat detail di mana bentuk karakter pemain bisa memengaruhi statistiknya, sementara sistem crafting memungkinkan pemain membuat senjata aneh dari barang rongsokan. Meski ada kritik soal misi yang repetitif dan narator yang sering kali terasa mengganggu, banyak pemain justru jatuh cinta dengan kebebasan bertarung yang ditawarkan. Perpaduan bela diri, senjata api dan kekuatan mutan membuat tiap pertarungan terasa energik, penuh improvisasi dan seru.

4. ARK: Survival Evolved

Selanjutnya adalah ARK: Survival Evolved yang hanya mendapat skor 61 di OpenCritic karena masalah teknis dan tingkat kesulitan ekstrem terutama bagi pemain pemula. Kendati demikian, sejumlah pemain menemukan daya tarik sebenarnya ada pada proses grinding ketika menjinakkan dinosaurus, membiakkan makhluk super hingga membangun markas besar yang semuanya butuh waktu dan usaha. Fitur paling memikat ada pada sistem taming dan breeding yang rumit, di mana pemain rela menghabiskan berhari-hari untuk menjinakkan makhluk hanya untuk dipakai bertarung, bertahan hidup atau menghadapi serangan lawan.

5. Outward

Outward berbeda dari game open-world RPG kebanyakan karena menyingkirkan ciri khas standar seperti fast travel, penanda di map atau fantasi menjadi pahlawan utama. Di game ini, pemain bukanlah pahlawan keren, melainkan petualang biasa yang harus berjuang bertahan hidup lewat makan, tidur, menjaga suhu tubuh hingga menyiapkan peralatan tepat. Kematian juga tidak membuat pemain respawn di tempat yang sama, melainkan menciptakan skenario tertentu seperti ditawan bandit atau terbangun jauh dari lokasi kematian. Alhasil, setiap kematian di game ini justru jadi awal petualangan baru.

6. Elex

Elex hanya mendapat skor 61 di OpenCritic, dengan kritik utama ditujukan pada animasi yang kaku dan awal permainan yang terasa sangat sulit. Namun bagi pemain yang sabar, game ini menawarkan perjalanan “from zero to hero” yang sangat memuaskan. Dunia yang keras dan nyaris tanpa panduan membuat setiap kemenangan kecil terasa sangat berarti. Jetpack bukan sekadar gimmick, melainkan alat bantu eksplorasi yang memungkinkan pemain menjelajahi dunianya sembari terbang untuk menemukan lokasi tersembunyi dan menghindari bahaya. Selain itu, dunia di game ini juga bereaksi terhadap tiap keputusan pemain.

7. Mad Max

Dirilis pada tahun 2015 silam, Mad Max sebenarnya merupakan game open-world yang jauh dari kata buruk, terlepas dari skor di OpenCritic yang hanya 69. Dunianya memang gersang dan mudah membuat pemain bosan, namun terasa otentik seperti dunia yang ditampilkan di film-film Mad Max. Combat-nya pun mengingatkan pada seri game Batman Arkham di mana pemain bisa melakukan serangan balik jika menekan tombol di waktu yang tepat. Selain combat melee, game ini juga menawarkan combat menggunakan kendaraan yang bisa pemain upgrade, baik dari sisi performa mengemudi maupun kelengkapan senjata untuk kebutuhan bertarung.

Itulah tadi ulasan sekaligus rekomendasi beberapa game open-world yang dapat review jelek padahal gameplay-nya bagus. Ada game yang menarik perhatianmu?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Tech

See More

Meizu 22 Rilis, HP Compact dengan Baterai Jumbo dan 4 Kamera 50M

21 Sep 2025, 13:28 WIBTech