7 Game Rilisan Tahun 2025 Paling Mengecewakan Sejauh Ini

- Assassin’s Creed Shadows: gameplay generik, cerita buruk, memperburuk situasi Ubisoft.
- Croc: Legend of the Gobbos: kontrol mudah, desain level ketinggalan jaman, musuh respawn terus menerus.
- Mandragora: Whispers of the Witch Tree: combat dasar, bos kurang berkesan, eksplorasi kurang dipoles.
Tahun 2025 sejauh ini menjadi tahun yang luar biasa bagi para pemain, dengan banyaknya game indie keren dan game AA yang tampil luar biasa. Dengan berbagai pengumuman game anyar dan menarik baru-baru ini, ekspektasi untuk paruh kedua tahun ini pun sangat tinggi. Namun sayang, di balik deretan game luar biasa yang meninggalkan kesan bagus di memori para pemain, masih ada beberapa game yang malah berakhir mengecewakan karena kualitasnya yang terlampau buruk. Game apa saja itu? Berikut 7 di antaranya.
1. Assassin’s Creed Shadows
Meski bukan yang terburuk dalam seri Assassin’s Creed dengan elemen stealth yang terasa solid dan visual memukau, Assassin’s Creed Shadows tetaplah game yang mengecewakan. Gameplay-nya terasa generik dengan aktivitas di dunia terbuka yang membosankan, misi sampingan yang tidak menarik dan eksplorasi yang kurang memuaskan. Ceritanya pun makin lama makin buruk, ditambah dengan protagonis utama kedua yang terasa tidak penting. Alih-alih menjadi penyelamat Ubisoft, game ini malah memperburuk situasi Ubisoft.
2. Croc: Legend of the Gobbos
Croc: Legend of the Gobbos merupakan game remake memang tampil lebih baik secara visual, namun sayangnya, gameplay-nya masih terasa ketinggalan zaman seperti game dari era PS1. Kontrol kaku yang dulu membuat game original-nya begitu menantang, diperbaiki di game ini yang malah membuat level-levelnya terasa terlalu mudah. Selain itu, desain level-nya juga ketinggalan jaman dengan mini-game yang tidak masuk akal, sistem nyawa ala Sonic yang tidak relevan dan musuh yang terus menerus respawn.
3. Mandragora: Whispers of the Witch Tree
Mandragora: Whispers of the Witch Tree memang menarik dengan dunia yang kelam, visual yang menarik dan skill tree yang sangat detail, mirip seperti yang ada di Path of Exile. Namun begitu menjelajahi dunianya dan menghadapi para bos, game ini mulai terasa mengecewakan. Combat-nya terasa sangat dasar, padahal elemen tersebut harusnya menjadi fokus utama game ini. Selain itu, bos-bosnya pun kurang berkesan, eksplorasi dan platforming terasa kurang dipoles, sementara cerita dan misinya hanya terasa sebagai pengisi.
4. FBC Firebreak
FBC Firebreak menjadi game terbaru di daftar ini yang sayangnya, cukup mengecewakan. Game ini banyak dikritik karena minimnya fitur cerita membuat game Remedy sebelumnya seperti Alan Wake 2 dan Control begitu luar biasa. Selain itu, gameplay-nya dianggap terlalu sederhana dan dipenuhi elemen grinding. Namun, keluhan paling banyak untuk game ini adalah kurangnya konten di mana misi-misi uniknya ini bisa diselesaikan hanya dalam 1–2 jam. Untuk ukuran game multiplayer berbayar, FBC Firebreak terasa kurang siap untuk dirilis.
5. The Precint
The Precinct sebenarnya memiliki potensi untuk menyajikan cerita yang tajam dan bermakna tentang kehidupan polisi dan tantangan dari profesi tersebut. Sayangnya, potensi itu tidak digarap dengan baik. Game garapan Fallen Tree Games ini didominasi oleh misi yang repetitif, baku tembak dan adegan mengemudi dengan kontrol yang terasa kaku. Ceritanya pun dangkal dan kurang menggugah untuk diikuti. Meski ada momen-momen menarik, secara keseluruhan, The Precint lebih terasa sebagai contoh game dengan potensi besar yang disia-siakan.
6. Captain Blood
Captain Blood merupakan game dari era PS2 yang hampir selesai dikembangkan namun tak pernah dirilis, sebelum akhirnya dihidupkan kembali lebih dari satu dekade kemudian. Sayangnya, alih-alih menjadi game yang bisa memicu nostalgia, game ini malah menunjukkan alasan kenapa dulu tidak pernah dirilis. Game ini terasa seperti versi murah dari God of War namun dengan tema bajak laut. Selain itu, game ini juga repetitif, dangkal, punya visual ketinggalan jaman, dipenuhi bug dan masih banyak lagi.
7. MindsEye
Jika dilihat dari pemasarannya yang buruk, banyak pemain yang memprediksi jika MindsEye akan berakhir menjadi game yang menuai kegagalan besar. Prediksi itu akhirnya terjawab sekaligus terbukti ketika game ini rilis pada 10 Juni kemarin. MindsEye sangat minim akan konten sehingga terasa membosankan, dipenuh bug, punya performa buruk diluar cutscene, membawa cerita yang biasa saja dan gameplay-nya tidak terasa seperti game modern. Meski ada upaya untuk memperbaiki game ini, sepertinya akan sangat sulit untuk mengembalikan kepercayaan pemain.
Itulah tadi ulasan mengenai beberapa game rilisan tahun 2025 yang paling mengecewakan sejauh ini. Pernah memainkan game-game di atas? Bagaimana pendapatmu?