Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Bukti Kebangkitan Esports China, Siap Dominasi EWC 2025?

All Gamers China Champions KWC 2025 (instagram.com/ewc_en)
All Gamers China Champions KWC 2025 (instagram.com/ewc_en)

Esports World Cup (EWC) 2025 kembali menyatukan para pemain terbaik dari seluruh dunia dalam pertarungan yang sengit dan penuh gengsi. Di antara negara-negara peserta yang tampil kompetitif, China muncul sebagai salah satu kekuatan utama dengan jumlah wakil terbanyak, yakni lebih dari 150 pemain yang tersebar di 16 game berbeda. Negara dengan populasi gamer terbanyak di dunia ini tak main-main datang ke Riyadh. Mereka membawa ambisi besar untuk menegaskan kembali dominasinya di panggung esports global.

Sejak esports diakui secara resmi sebagai profesi dan cabang olahraga nasional pada tahun 2003, China telah mengalami perkembangan pesat dalam ekosistem industri game kompetitif. Tak hanya mendominasi dalam jumlah pemain, China juga menunjukkan konsistensi dan prestasi di berbagai genre game, baik itu MOBA, shooter, hingga fighting game. Ditambah lagi dengan dukungan dari pemerintah, kerja sama dengan raksasa teknologi seperti Tencent, serta munculnya rivalitas baru dengan Arab Saudi, EWC 2025 bisa menjadi panggung kebangkitan esports China.

1. Basis gamer terbesar di dunia dan infrastruktur esports yang matang

China semakin berkembang di industri Esports (esportsworldcup.com)
China semakin berkembang di industri Esports (esportsworldcup.com)

China bukan hanya negara dengan populasi terbesar di dunia, tetapi juga memiliki jumlah gamer aktif terbanyak, yakni sekitar 660 hingga 668 juta orang. Ini menjadikan China sebagai pasar dan basis talenta esports paling masif secara global. Tak heran jika mereka mengirimkan lebih dari 150 pemain di ajang EWC 2025, sebuah angka yang mencerminkan betapa seriusnya mereka memanfaatkan kekuatan sumber daya manusia untuk bersaing di tingkat dunia. Dengan ekosistem yang mapan, mulai dari pelatihan, manajemen tim, hingga eksposur media, para atlet esports di China mendapat dukungan penuh dalam pengembangan kariernya.

Lebih dari itu, esports di China telah mendapatkan pengakuan sebagai profesi resmi sejak dua dekade lalu. Dukungan pemerintah terlihat melalui regulasi yang melegalkan pemain dan penyelenggara sebagai bagian dari industri olahraga nasional. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, China aktif membentuk kerja sama global seperti kemitraan antara Tencent Esports dan Esports World Cup Foundation untuk membentuk “EWC China Development Team,” yang dirancang khusus untuk memperkuat posisi China dalam industri esports internasional. Hal ini menunjukkan bahwa strategi China tidak hanya berfokus pada prestasi jangka pendek, tetapi juga membangun pengaruh jangka panjang di kancah global.

2. Organisasi profesional China mewakili banyak game dan berpeluang besar juara

China semakin berkembang di industri Esports (esportsworldcup.com)
China semakin berkembang di industri Esports (esportsworldcup.com)

Salah satu bukti nyata dari keseriusan China adalah banyaknya organisasi esports profesional yang tak hanya fokus pada satu divisi game, tetapi tampil kompetitif di berbagai genre. Sebut saja AG.AL International, hasil kolaborasi antara All Gamers dan Anyone’s Legend, yang tampil sebagai finalis di dua game besar yakni Free Fire dan League of Legends. Mereka juga aktif di PUBG, Call of Duty, dan Overwatch Champions Series, menjadikan mereka salah satu kandidat terkuat untuk merebut gelar Club Championship EWC 2025 jika mampu meraih minimal satu trofi.

Selain itu, tim-tim seperti KuaiShou Gaming, Wolves Esports, dan Weibo Gaming juga menunjukkan performa menjanjikan. KuaiShou Gaming tampil sebagai runner-up di FATAL FURY dan tampil di Street Fighter 6, sementara Wolves Esports bersinar di Apex Legends Global Series dan ikut serta dalam TEKKEN 8 serta Teamfight Tactics. Weibo Gaming bahkan mengirimkan wakil untuk tujuh divisi game berbeda. Keberagaman ini menunjukkan bagaimana organisasi esports di China tidak hanya besar dari segi jumlah, tetapi juga sangat strategis dalam membangun portofolio yang kompetitif dan seimbang.

3. Rivalitas regional jadi pemantik ambisi dan dominasi global

China semakin berkembang di industri Esports (esportsworldcup.com)
China semakin berkembang di industri Esports (esportsworldcup.com)

Kebangkitan esports China juga tidak lepas dari rivalitas yang mereka jalin dengan negara-negara kuat lainnya, terutama Korea Selatan dan Arab Saudi. Korea Selatan selama bertahun-tahun dikenal sebagai kiblat esports dunia, dengan sistem pelatihan disiplin dan dominasi di game seperti League of Legends lewat sosok legendaris seperti Faker. Namun sejak tahun 2018, Liga Pro League (LPL) China berhasil mencuri perhatian dunia dengan meraih tiga gelar juara dunia dan tampil konsisten di setiap turnamen internasional.

Menariknya, kini muncul rival baru dari kawasan Timur Tengah, Arab Saudi. Negara yang menjadi tuan rumah EWC 2025 ini tampil impresif dengan organisasi seperti Team Falcons yang sukses merebut gelar juara di edisi 2024. China jelas tidak tinggal diam. Dengan rencana ekspansi global dan performa tim yang semakin matang, mereka bertekad membuktikan bahwa dominasi Arab Saudi tak akan berlangsung lama. Rivalitas ini menciptakan ekosistem kompetitif yang sangat menarik untuk disaksikan dan menjadi motivasi kuat bagi para pemain China untuk meraih hasil maksimal di EWC 2025.

Dengan jumlah pemain terbanyak, dukungan infrastruktur profesional, dan strategi kompetitif yang matang di berbagai genre game, China tampaknya datang ke Esports World Cup 2025 bukan sekadar untuk tampil, melainkan untuk menang besar. Dipicu oleh persaingan klasik melawan Korea Selatan dan tantangan baru dari Arab Saudi, China siap mengukuhkan kembali statusnya sebagai raksasa esports dunia yang tak bisa diabaikan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us