Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[REVIEW] Dead Island 2—Wabah Zombi yang Tetap Brutal dan Memukau

Dead Island 2 (dok. Dambuster Studios/Dead Island 2)

Riuh kabar mengenai perilisan Dead Island 2 sebetulnya sudah terdengar sejak beberapa tahun lalu. Saat itu, kita hanya bisa mendengar rumor beredar yang kebanyakan justru muncul dari kalangan penggemar itu sendiri. Nah, Dead Island (2011) merupakan judul game bertema apokaliptik zombi yang dulu sukses dirilis oleh Deep Silver. Game ini sudah dianggap sebagai salah satu kisah zombi yang cukup laris di pasaran.

Sayangnya, kemunculan dan perilisan judul selanjutnya diterpa banyak isu dan masalah. Hal ini bahkan membuat gamer dan penggemar makin pesimis karena developer dan penerbit seakan bisu menjawab semua pertanyaan di dunia maya. Well, beruntung judul keduanya ini bisa berakhir manis dan menjadi salah satu judul terlaris bulan ini. Dirilis pada 21 April 2023 untuk PC dan konsol, game ini menyajikan visual yang lebih gore.

So, sebelum membeli, kamu bisa simak ulasan atau review Dead Island 2 terlebih dahulu. Simak di bawah ini, ya.

1. Seperti biasa, narasi dan plot ceritanya ringan

Dead Island 2 tetap berpegang pada narasi yang ringan dan mudah untuk diikuti. (dok. Dambuster Studios/Dead Island 2)

Cerita dalam Dead Island 2 memang terkesan ringan dan gak muluk-muluk untuk diikuti. Hal ini bisa dikatakan mirip dengan judul pertamanya yang kala itu dianggap terlalu simpel karena kita hanya ditugaskan untuk menyelesaikan misi-misi kecil. Nah, harus dipahami bahwa game ini memang bukanlah RPG murni atau petualangan impresif yang bakal memberikan kepuasan dari segi narasi.

Kendati demikian, ia juga tidak bisa dinilai membosankan. Di mata penulis, Dambuster Studios dan Deep Silver mampu membuat sebuah game apokaliptik yang lebih baik dari sebelumnya meskipun memiliki bobot cerita yang sama ringannya. Tentu saja hal ini sangat berbeda ketika dibandingkan dengan game AAA bertema zombi lainnya, semacam Resident Evil atau The Last of Us.

Dead Island 2 berkisah jauh pada masa depan sejak Dead Island pertama. Diceritakan bahwa wabah zombi masih tetap masif dan merusak peradaban dunia. Dalam game ini, pihak militer AS sudah melakukan karantina penuh di sebuah wilayah terkenal di Amerika, yakni California. Nah, petualanganmu tentu gak akan jauh dari wilayah ini, misalnya di Kota Los Angeles yang terkenal dengan pesona pantainya yang memukau.

Di kota tersebut masih ada beberapa manusia normal yang berusaha untuk ikut evakuasi terakhir dan di sinilah gamer akan mulai untuk berjuang. Enam orang tersebut adalah Bruno, Carla, Ryan, Dani, Yakub, dan Amy. Sayangnya, evakuasi melalui udara tersebut tidak berjalan lancar karena pesawat ditembak dan jatuh kembali di zona karantina. Well, cerita macam ini tentu terdengar klise dan cukup linier.

Pada intinya, gamer ditugaskan untuk menjadi penyintas di tengah kota yang sudah dipenuhi dengan zombi. Beruntung bahwa Los Angeles, Santa Monica, dan San Francisco bisa memuat begitu banyak elemen yang boleh dibilang jauh dari kesan repetitif. Ada perbedaan besar dari judul pertamanya meski benang merah yang hadir cukup identik. Misi-misi yang ada juga bervariasi, tapi masih terkesan simpel dan "apa adanya".

Uniknya, meski berdiri di atas konsep role-playing, penulis malah tidak merasa bahwa Dead Island 2 sanggup menampilkan apa yang seharusnya ada di sebuah game berbasis RPG. Tidak masalah juga, sih, mengingat jalan ceritanya yang begitu ringan dan mudah diikuti. Kalau dipaksakan mirip dengan RPG murni, justru game ini dikhawatirkan berantakan.

2. Mekanisme gameplay ala Slayer yang brutal dan menyenangkan

Mekanisme gameplay dalam Dead Island 2 dibuat makin intens dan brutal. (dok. Dambuster Studios/Dead Island 2)

Bicara mengenai gameplay dan permainannya, Dead Island 2 tentu masih menawarkan konsep brutal dan tanpa ampun. Maksudnya, kamu akan bertugas sebagai Slayer (pembantai) zombi yang dibekali dengan berbagai skill, pengetahuan, senjata, dan cara komunikasi yang berbeda satu sama lain.

Kamera diambil dari sudut pandang orang pertama (FPS) yang masih akan membuatmu puas menikmati segala pemandangan indah di California. Nah, apa yang penulis sukai adalah cara developer dalam meramu gameplay yang terhubung dengan karakter atau kepribadian dari semua sosok yang ada, baik itu utama atau NPC. Cara ini akan membuat gamer makin betah memainkannya sebab jauh dari kesan kaku.

Lalu, apa yang membuat kita bisa begitu menyenangi dalam membantai zombi di sini adalah keberadaan senjata yang begitu masif di setiap sudut kota. Mulai dari senjata api—seperti pistol, laras panjang, pelontar granat, dan listrik—sampai senjata sederhana, rupanya bisa memberikan damage yang mematikan bagi zombi. Jika kepepet tanpa memegang senjata, pukulan dan bogem mentahmu bisa menghancurkan wajah zombi.

Sama seperti Dead Island pertama, dalam game ini pun kamu wajib memastikan semua zombi tidak mengejarmu dari belakang. Cakaran dan gigitan mereka sudah cukup untuk melukai, bahkan menginfeksimu. Oh, ya, developer pun juga menambahkan detail yang cukup realistis, misalnya dampak berbeda dari serangan yang kamu lakukan pada zombi.

Kalau dalam Dead Island pertama, zombi akan jatuh dengan darah berceceran dan hal ini akan terus berulang setiap kali gamer membantai mereka. Sementara, dalam Dead Island 2, kita akan dihadapkan pada tantangan yang unik karena zombi di lantai yang masih hidup tetap akan menyerang kita tanpa ampun. Selain itu, organ tubuh zombi yang terkena serangan kita akan menghasilkan dampak berbeda tergantung pada senjata dan jenis hantamannya.

Memukul atau menembak wajah zombi, misalnya, akan menghasilkan dampak berlainan, seperti mata zombi yang lepas, tulang hancur, kulit melepuh, atau wajah hancur separuh. Semuanya tergantung pada bagaimana kita menyerang mereka. Detail gameplay macam ini yang menjadi salah satu elemen apik yang membuat permainan makin menyenangkan.

3. Visualisasi cukup memuaskan

Dead Island 2 mampu menampilkan grafik yang cukup memuaskan. (dok. Dambuster Studios/Dead Island 2)

Kualitas grafik yang dibuat oleh Dambuster Studios sudah cukup memesona dan memuaskan. Untuk versi PC dan PS5, kamu bahkan bisa menikmati grafik game ini dengan tampilan maksimal pada resolusi tinggi, misalnya 4K. Hal ini tentu makin membuktikan kalau serial Dead Island memang mengedepankan tampilan visual, alih-alih metode cerita yang makin kompleks.

Detail cipratan dan ceceran darah bisa terlihat lengkap dengan pantulan bayangannya. Kerusakan organ tubuh pada zombi juga digambarkan secara realistis dan mungkin bakal terkesan menjijikkan bagi kamu yang pertama kali memainkannya. Tak puas sampai di sana, gamer juga disuguhkan dengan pemandangan kota yang bagus meski sudah hancur lebur akibat wabah zombi.

Cahaya matahari sore di pantai makin membuat game ini terasa memuaskan untuk dimainkan dalam jangka waktu lama. Kabarnya, kualitas visual dalam game ini bahkan telah memaksa konsol PS4 untuk bekerja di ambang batas maksimalnya. Adapun, kalau ingin memainkannya di PC, kamu membutuhkan RAM 16 GB, VGA setara GTX 1660 Super atau RTX 2060, prosesor Intel Core i7 Generasi 10 atau 11, dan kapasitas HDD atau SSD 80 GB.

4. Kualitas audio bagus dan jauh lebih baik dari judul pertama

Kualitas audio pada game Dead Island 2 ternyata jauh lebih solid ketimbang judul pertamanya. (dok. Dambuster Studios/Dead Island 2)

Penulis masih ingat dengan model suara dan audio yang dilontarkan Dead Island pertama. Yup, kala itu, audionya terkesan kaku dan hanya berpusat pada beberapa jenis suara. Nah, kali ini, gamer gak perlu khawatir karena Dead Island 2 sudah menghadirkan segala macam suara dan audio kelas atas.

Bahkan, dari sekian banyaknya jenis zombi dan monster yang kita hadapi, mereka juga mengeluarkan efek suara yang berbeda satu sama lain. Suara, raungan, dan teriakan zombi mampu membuat kita—yang meski dilengkapi dengan pedang dan senapan—berpikir dua kali untuk melawan mereka secara frontal.

Untuk pengisi suara yang dimasukkan developer juga sudah bagus meski ada beberapa suara canggung di sana. Setidaknya, detail audio yang disuntikkan oleh pengembang masih sangat enak didengar meskipun mereka tidak memiliki musik dengan selera bagus. Mau mendengarkannya melalui headset pun juga oke karena bakal terdengar makin nendang.

5. Namun, tetap saja Dead Island 2 masih jauh dari sempurna

Bertualang di game Dead Island 2 tidak akan mudah karena sistem map yang membingungkan. (dok. Dambuster Studios/Dead Island 2)

Dead Island 2 memang sudah tersaji secara mantap dan layak untuk diacungi jempol. Namun, terlepas dari segala macam kelebihannya, game ini masih belum berada di tingkat atas ketika dikaitkan dengan kepraktisannya. Konsep open world atau dunia terbuka yang dirilis oleh Dambuster Studios tentu saja sudah cukup luas dan impresif. Sayangnya, bertualang di sana itu gak mudah!

Alih-alih direpotkan dengan berbagai macam serangan zombi yang brutal, kita malah selalu disibukkan dengan pemandangan map atau peta yang membingungkan. Butuh waktu bagi penulis untuk memahami bagaimana implementasi map yang ada jika disandingkan dengan gameplay-nya secara langsung.

Kebiasaan memainkan game berat, seperti The Witcher 3, ELDEN RING, Far Cry, dan serial Dragon Age, membuat penulis butuh waktu untuk menikmati peta dalam Dead Island 2. Oh, ya, kamu juga tidak bisa menikmati dunia dalam game ini secara 100 persen open world. Pasalnya, hampir semua wilayah Dead Island 2, kita tidak bisa menjelajahi tempat secara detail. Sebagai gantinya, developer akan memindahkan karakter kita secara otomatis.

Terus, penulis juga heran kenapa game ini memiliki banyak tempat yang selalu terkunci? Bayangkan saja, untuk membuka sebuah tempat yang terkunci, kita harus memburu zombi yang kebetulan sedang memegang kunci itu. Dari mana kita tahu bahwa zombi tersebut memegang kunci yang kita butuhkan? Acak saja. Ya, kamu gak akan mendapat informasi mengenai kunci-kunci yang tersembunyi dalam game ini.

Nah, kalau kamu sudah dibingungkan dengan puzzle atau kunci dalam Resident Evil 2 remake yang sebetulnya masih cukup mudah, memainkan Dead Island 2 hanya akan membuat otakmu makin kepanasan. Kalau saja game ini tidak menyajikan kualitas visual, audio, dan mekanisme gameplay memesona, mungkin penulis sudah menyerah memainkannya gara-gara sistem map yang amburadul.

6. Makin berdarah-darah, tapi punya konsep yang sama

Dead Island 2 menyajikan kisah zombi yang brutal, tapi masih memiliki esensi yang sama dengan judul sebelumnya. (dok. Dambuster Studios/Dead Island 2)

Dead Island 2 hadir dengan konsep yang makin terlihat brutal dibandingkan judul sebelumnya. Kendati demikian, ia memiliki esensi yang cukup identik dengan judul terdahulu yang tentu membuatnya bisa makin lekat di benak penggemar. Nah, game ini bisa kamu beli dan mainkan karena:

  • memiliki mekanisme gameplay intens yang mengedepankan unsur gore alias berdarah-darah;
  • mempunyai tampilan visual memesona terutama jika dimainkan pada resolusi tinggi di PC dan konsol terbaru;
  • plot cerita dan narasi ringan yang mudah diikuti meskipun jelas ini tidak akan disukai oleh pencinta game berat;
  • audio solid dan tidak kaku seperti judul pertama;
  • persediaan senjata yang melimpah dan bisa dimodifikasi untuk menghasilkan damage yang lebih besar.

Akan tetapi, game seharga Rp700 ribuan ini juga memiliki kelemahan:

  • sistem peta atau map yang membingungkan, bahkan jika dimainkan oleh pemain veteran;
  • wilayah luas yang tidak diimbangi dengan kapasitas open world yang lebih baik;
  • berbagai tempat yang selalu terkunci dan puzzle dalam game ini cukup menjengkelkan;
  • detail dan jenis kunci yang tidak dijelaskan secara gamblang membuat gamer lupa dan tidak peduli lagi dengan misi yang ada.

Lalu, jangan lupakan sistem imunitas yang bisa didapatkan oleh karakter in-game. Sistem ini akan mengizinkan kita untuk menjadi zombi yang kuat, tapi tidak mengorbankan akal pikiran manusia. Seru, sih, tapi konsepnya menjadi aneh dan tidak sejalan dengan konteks apokaliptik secara mainstream.

Kesimpulannya, penulis memberikan skor 4/5 untuk Dead Island 2 secara keseluruhan. Selama gak mudah frustrasi dengan kondisi map atau peta yang memusingkan, seharusnya kamu bisa menikmati game ini. Selain itu, puzzle dalam game ini sebetulnya terbilang mudah, tapi sayangnya terasa sangat menjengkelkan. Jadi, apa kamu sudah siap menjadi Slayer yang brutal di California?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us