TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengulik Teknologi AC Tenaga Surya di Stadion Qatar, Canggih!

Bikin suhu di stadion sejuk terus

ilustrasi AC tenaga surya di stadion Qatar (fifa.com)

Apa yang kamu bayangkan ketika menonton bola di stadion? Biasanya, panas dan terik, kan? Namun, beberapa penonton pesta bola dunia di Qatar 2022 justru mengeluh kedinginan. Kok bisa?

Ya, ini karena teknologi AC tenaga surya yang terpasang hampir di seluruh stadion. Bukan kaleng-kaleng, pendingin ruangan ini juga difungsikan sebagai pembersih udara. Keren! 

Baca Juga: Apa Itu Yandex? Kenalan Dulu dengan Mesin Pencari Asal Rusia 

Mengenal teknologi AC tenaga surya dari Qatar

ilustrasi stadion Lusail (fifa.com)

Organisasi bola dunia Fédération Internationale de Football Association alias FIFA, sempat mengkhawatirkan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Pasalnya, negara tersebut beriklim gurun dengan musim panas bersuhu sangat panas. 

Kekhawatiran tersebut berhasil ditepis oleh Qatar dengan epic. Negara asal tim The Maroons tersebut menunjukkan bahwa tak hanya stadion berdesain megah yang ditampilkan, tetapi juga dilengkapi teknologi canggih. 

Sosok Dr. Saud Abdulaziz Abdul Ghani menjadi kunci terwujudnya teknologi AC tenaga surya ini. Ia merupakan seorang profesor di sekolah tinggi teknik.

Dr. Saud bergabung dengan proyek Qatar 2022 pada 2009, setelah The Supreme Committee for Delivery and Legacy menghubungi Universitas Qatar, tempat ia bekerja. Dr. Saud yang juga dijuluki sebagai 'Dr. Cool' terinspirasi oleh studi PhD-nya tentang AC pada mobil. Ia pun mengusung konsep serupa untuk diterapkan di stadion dengan skala lebih besar, melansir situs FIFA.

Bukan hanya mendinginkan, AC pada tujuh dari delapan stadion yang digunakan untuk bertanding di Piala Dunia ini, pun mampu membersihkan udara. Dr. Saud mengklaim bahwa yang mempunyai alergi tidak akan memiliki masalah selama menonton pertandingan bola. 

Bagaimana alat tersebut bekerja?

Stadion Al Bayt, Qatar (Dok. FIFA)

Konsep pendingin raksasa ini menggunakan kombinasi isolasi dan alat yang disebut Dr. Saud sebagai 'targeted or spot cooling'. Inovasi tersebut memungkinkan pendingin hanya berada di tempat orang berada. 

Jika digambarkan, di area penonton dan pemain seperti ada gelembung dingin. Adapun stadion bertindak sebagai penghalang agar dingin yang dihasilkan tidak menguar keluar. 

Sistem ini memungkinkan udara dingin masuk melalui panggangan di tribun dan nosel besar yang ada di lapangan. Selanjutnya, udara yang didinginkan ditarik kembali untuk disaring, baru kemudian didorong ke area lapangan. 

"Hal terpenting untuk mendinginkan secara efektif adalah Anda tidak ingin angin luar masuk ke stadion. Itu sebabnya ukuran dan desain stadion harus dipelajari dan diubah sesuai sehingga menghalangi udara hangat masuk. Stadion." jelas Dr. Saud pada situs FIFA.

Pada penerapannya, Dr. Saud menguji bagaimana bangunan stadion bereaksi terhadap angin dengan kecepatan berbeda. Kamera digunakan untuk memantau arah udara masuk dan keluar stadion. Selanjutnya, pendingin diletakkan sesuai dengan hasil pengamatan.

Uniknya, Dr. Saud mengimplementasikan teknologi berbeda pada masing-masing stadion. Stadion Al Bayt yang jadi lokasi penampilan Fahad al Kubaisi dan Jungkook saat opening, misalnya. Stadion ini awalnya memiliki rancangan fasad lebih gelap. Pada penerapannya diubah menjadi lebih terang. Dengan demikian, dapat menurunkan suhu di dalam stadion sekitar 5 derajat Celsius. 

Di stadion Al Janoub, diffuser dipasang di bawah kursi untuk mendorong udara keluar secara miring. Pemasangan tersebut memungkinkan suhu stadion terasa nyaman 18-24 derajat Celsius.  

Hal yang membuatnya makin canggih, seluruh tenaga pendingin ruangan ini memanfaatkan energi surya. Rangkaiannya menggunakan insulasi dan pendinginan titik sehingga membuatnya lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: Fungsi COUNTIF Excel: Pengertian dan Cara Menggunakannya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya