ilustrasi uang (unsplash.com.Mufid Majnun)
Model insentif berupa aset kripto setelah pemindaian iris mata membuka celah eksploitasi terhadap masyarakat awam. Iming-iming “uang mudah” membuat sebagian orang terbuai, tanpa benar-benar memahami risiko jangka panjang dari data pribadi yang mereka serahkan. Aplikasi World App menawarkan imbalan uang tunai mulai dari Rp200 ribu hingga Rp800 ribu.
Godaan uang tunai yang menggiurkan membuat ratusan orang rela mengantre panjang untuk memindai iris mata menggunakan alat khusus bernama Orb. Antrean pun berlangsung mulai pagi hingga malam. Kantor World App di Jalan Juanda dan Jalan Siliwangi, Rawalumbu, Bekasi, hampir tidak pernah sepi setiap hari selama dua bulan terakhir. Fenomena ini menarik perhatian beragam kalangan, mulai dari ibu rumah tangga, ojek online, buruh harian, hingga pelajar yang rela antre hanya untuk menukarkan dan menyerahkan data biometriknya demi kesempatan mendapatkan uang.
Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyatakan bahwa aplikasi World App belum mengantongi izin operasional di Indonesia dan dinilai berisiko. Karena itu, aktivitasnya akan dihentikan sementara, sebagaimana diberitakan IDN Times, 5 Mei 2025.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) juga mengimbau masyarakat agar tidak serta-merta menyerahkan data pribadi, terutama data biometrik, kepada layanan digital yang belum jelas legalitas dan pengelolaannya. Jika menemukan aktivitas mencurigakan, masyarakat diminta segera melapor melalui kanal pengaduan resmi pemerintah.
“Kami mengajak masyarakat untuk turut menjaga ruang digital yang aman dan terpercaya bagi seluruh warga negara," ujar Dirjen Pengawasan Ruang Digital Kemkomdigi, Alexander Sabar, dikutip dari IDN Times, 5 Mei 2025.
Kini, kamu sudah mengetahui berbagai risiko yang mengintai di balik pemindaian iris mata yang belakangan ramai diperbincangkan. Jangan sampai hanya karena tergiur iming-iming uang, kamu rela menukar iris matamu demi kepentingan ekonomi sesaat yang belum tentu menjamin keamanan masa depanmu.
Sungguh, ruang tak kasat mata namun sangat nyata itu benar-benar ada dan tidak mengada-ada. Bukan sekadar isapan jempol belaka. Ia adalah tempat di mana data telah menjadi komoditas dan kamu bisa saja menjadi produk tanpa sadar kapan transaksi itu dimulai.
Di era digital yang penuh risiko, data bukan lagi sekadar informasi. Ia adalah mata uang, kekuasaan, dan identitasmu sendiri. Ketika iris mata yang hanya kamu miliki satu-satunya dipindai dan disimpan oleh sistem yang tak dikenal sepenuhnya, maka ada bahaya di balik pemindaian iris mata. Seperti sedang membuka gerbang privasi terdalam kamu, tanpa kunci untuk menutupnya kembali.
Teknologi memang menjanjikan kemudahan, tetapi bukan berarti kita harus menyerahkan hal pribadi demi keuntungan instan. Menjaga data diri, termasuk data biometrik, adalah bagian dari menjaga martabat dan kedaulatan kita sebagai manusia. Semoga ini bisa menjadi pukulan telak sekaligus ajakan untuk tetap mawas dan awas dalam menjaga privasi data pribadi.