Ternyata Bilang Tolong ke ChatGPT Ada Biayanya, Ini Hitungannya!

Beberapa pengguna ChatGPT mungkin sudah terbiasa mengucapkan kata “tolong” dan “terima kasih” kepada chatbot AI. Walaupun terkesan basa-basi, kedua ucapan tersebut memberikan kesan sopan terhadap chatbot AI yang dianggap sudah membantu ketika pengguna merasa bingung atau kesulitan mencari ide dan inspirasi. Namun, tahukah kamu bahwa sering mengucapkan kata “tolong” dan “terima kasih” kepada chatbot AI ternyata memerlukan banyak usaha dari model AI itu sendiri?
Kegaduhan ini bermula dari sebuah cuitan di platform X pada 17 April 2025. Saat itu, seseorang bertanya kepada CEO OpenAI, Sam Altman: “Berapa banyak biaya listrik yang dihabiskan OpenAI hanya untuk memproses kata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ dari para pengguna?” Altman pun menjawab dengan santai bahwa kebiasaan sopan seperti itu bisa saja membuat perusahaan merugi hingga puluhan juta dolar. Masa sih cuma karena bilang “tolong” dan “terima kasih”?
Lalu, apakah benar berkata sopan kepada AI bisa membuat OpenAI tekor? Jika memang bilang tolong ke ChatGPT ada biayanya, berapa sebenarnya biaya dari basa-basi ini? Mari kita bahas lebih dalam melalui penjelasan berikut!
1. Hitung-hitungan kasar interaksi tolong dan terima kasih setiap hari per akun

Setiap hari, jutaan pengguna dari seluruh dunia berinteraksi dengan ChatGPT. Mulai menjawab pertanyaan, mencari inspirasi, menyusun kode, atau sekadar melempar obrolan ringan. Nah, ChatGPT membaca kata-kata ini dalam bentuk yang disebut token.
Token adalah satuan teks kecil yang digunakan oleh model AI untuk memahami dan memproses kalimat. Satu token bisa berupa satu kata utuh, bagian dari kata, atau bahkan tanda baca. Misalnya:
- Kata “tolong” dihitung sebagai 1 token
- Kata “terima kasih” dihitung sebagai 2 token
- Kalimat “tolong bantu saya” bisa berjumlah sekitar 4 token
Biar lebih kebayang, yuk, coba hitung-hitungan kasarnya!
Bayangkan ada 100 juta interaksi per hari. Dalam setiap interaksi, pengguna menambahkan kata “tolong” atau “terima kasih”. Kira-kira kata tersebut menambah sekitar 3 token per obrolan.
Menurut data dari TechSpot, rata-rata biaya per 1.000 token sangat kecil yaitu $0.0000015–$0.000002. Jika dikonversikan ke rupiah (asumsi kurs 1 USD = Rp16.850 per 22 April 2025 pukul 10.36 WIB), biayanya sekitar Rp0,025–Rp0,034 per token. Jadi, kalau 1 pengguna menambahkan 3 token ekstra (penjumlahan token tolong dan terima kasih) karena bersikap sopan maka perhitungannya sebagai berikut:
- Biaya per pengguna per interaksi = 3 token × Rp0,034 = sekitar Rp0,10
- Kalau 1 orang berinteraksi sekali sehari, maka per tahun = Rp0,10 × 365 = Rp36,5
Artinya, per orang per tahun, biaya mengetikkan kata sopan tersebut hanya sekitar Rp36. Benar-benar kecil banget. Tapi jika dikalikan jutaan pengguna, totalnya bisa menyentuh angka miliaran rupiah dalam setahun.
Jadi, meskipun buat satu orang biayanya nyaris gak terasa. Lain halnya perusahaan sekelas OpenAI, akumulasi kecil-kecil itu tetap punya dampak yang berarti. Tapi tetap saja, sopan itu bisa jadi investasi jangka panjang, kan?
Setiap token membutuhkan tenaga komputer untuk diproses yang berarti ada biaya listrik dan server yang harus dikeluarkan. Memang, biaya per token sangat kecil. Tapi kalau dihitung dari sekitar 100 juta interaksi setiap hari, tambahan kata-kata sopan seperti "tolong" dan "terima kasih" bisa memicu biaya sekitar Rp6,7 juta per hari atau Rp2,46 miliar dalam setahun. Sekilas memang tampak sepele, tapi ternyata kesopanan digital juga ada harganya.
2. OpenAI benar-benar mengeluarkan uang besar untuk energi dan konsumsi listrik

Di balik kemampuan canggih ChatGPT yang dapat merespons berbagai permintaan begitu cepat, siapa sangka ada infrastruktur besar yang bekerja tanpa henti. Data center yang menjadi pusat operasi AI seperti ChatGPT mengonsumsi energi dalam jumlah sangat besar. Energi ini tidak hanya digunakan untuk menggerakkan komputer-komputer canggih, tetapi juga untuk sistem pendingin yang menjaga suhu server tetap stabil.
Menurut laporan dari Electric Power Research Institute yang dirujuk oleh US Energy Information Administration, OpenAI diperkirakan menghabiskan sekitar $12 juta per bulan untuk listrik atau setara Rp202 miliar. Dalam setahun, total biaya energi bisa mencapai $140 juta atau sekitar Rp2,35 triliun. Salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan konsumsi energi data center adalah penggunaan model AI generatif.
Sejak peluncuran ChatGPT pada 30 November 2022, alat ini telah memicu imajinasi publik dan perusahaan. Sementara bukti mengenai seberapa luas penggunaan dan dampaknya terhadap kebutuhan komputasi mulai terlihat. Aplikasi awal ChatGPT diperkirakan membutuhkan sekitar sepuluh kali lipat lebih banyak energi dibandingkan pencarian Google tradisional. Misalnya, satu pencarian Google mengonsumsi sekitar 0,3 watt/jam, sedangkan satu permintaan ChatGPT bisa menghabiskan 2,9 watt/jam. Penciptaan musik, foto, dan video asli berdasarkan permintaan pengguna, serta aplikasi AI lainnya yang berkembang, mungkin memerlukan daya yang lebih besar lagi. Jumlah 5,3 miliar pengguna internet global membuat penggunaan luas alat-alat ini berpotensi menyebabkan lonjakan besar dalam kebutuhan daya. Namun, sejarah menunjukkan bahwa permintaan pemrosesan yang meningkat biasanya dapat diimbangi melalui efisiensi yang lebih baik di data center.
Angka-angka ini mencakup seluruh kegiatan operasional AI. Mulai dari memproses permintaan pengguna, menjalankan model machine learning besar, hingga pengelolaan server. Namun, perlu dicatat bahwa biaya ini bukan hanya berasal dari orang-orang yang berkata “tolong” atau “terima kasih”. Ini menggambarkan betapa mahalnya menjalankan AI dalam skala global. Di balik setiap jawaban cepat yang dihasilkan langsung oleh ChatGPT, terselip pula tagihan listrik yang membengkak.
3. Apa maksud Sam Altman sebenarnya?
Pernyataan Sam Altman di platform X (dulu Twitter) sebenarnya terdengar santai dan tidak dimaksudkan sebagai pernyataan resmi atau perhitungan teknis. Saat ditanya berapa banyak uang yang terpakai untuk memproses kata-kata sopan seperti “tolong” dan “terima kasih”, Altman berkelakar, “Tens of millions of dollars well spent–you never know.” Siapa sangka, candaan ringan ini justru berkembang jadi topik panas dan perbincangan luas.
Kalau dibaca sekilas, pernyataan itu memang terkesan serius. Tapi bagian akhirnya, “you never know”, memberikan nuansa sindiran dan renungan. Seolah-olah Altman sedang berkata, “Mungkin memang mahal, tapi siapa tahu nanti kesopanan itu justru punya nilai?”
Komentar ini bisa dibaca dari dua sisi. Di satu sisi, Altman menganggap sebagai dukungan halus terhadap pentingnya etika dan sopan santun di era digital. Meski ada biaya tambahan, tetap dianggap sebagai "uang yang dihabiskan dengan baik". Di sisi lain, bisa juga dimaknai sebagai candaan filosofis yang mengajak kita membayangkan masa depan di mana AI mungkin saja bisa “mengingat” siapa yang memperlakukannya dengan hormat.
Altman tampaknya ingin menunjukkan bahwa teknologi bukan hanya soal efisiensi. Di balik setiap sistem canggih, ada nilai-nilai kemanusiaan yang tetap perlu dijaga termasuk soal sopan santun. Siapa tahu, jika suatu hari AI benar-benar menjadi entitas supercerdas yang mampu menilai manusia, mereka yang bersikap sopan mungkin akan lebih dihargai.
Walau bilang tolong ke ChatGPT ada biayanya dan terdengar sepele, ini mengingatkan kita bahwa kesopanan bisa menjadi investasi yang jauh lebih berharga dari yang dibayangkan. Di dunia yang semuanya serba cepat dan praktis, menjaga nilai-nilai kesopanan tetap penting. Meskipun teknologi yang kita ajak bicara tak punya perasaan. Siapa tahu, kebaikan sekecil apa pun bisa meninggalkan jejak yang berarti. Bukan hanya untuk sesama, tapi juga untuk masa depan yang kita bangun bersama.