Setelah Beroperasi 14 Tahun, Omegle Resmi Tutup

Omegle merupakan situs video chat populer yang akan memasangkan penggunanya dengan orang asing dari berbagai belahan dunia secara acak. Setelah beroperasi selama 14 tahun, Omegle resmi ditutup.
Pengumuman ini disampaikan melalui situs Omegle pada Kamis (9/11/2023) yang menyertakan gambar logonya di batu nisan.
Pendirinya, Leif K-Brooks, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pengoperasian situs tersebut "tidak lagi berkelanjutan, baik secara finansial maupun psikologis".
Kontroversi terkait kejahatan seksual

Keputusan ini diambil ketika platform tersebut menghadapi peningkatan pengawasan dari regulator di seluruh dunia.
Salah satu contohnya adalah Ofcom, lembaga regulasi di Britania Raya, mengeluarkan panduan pertamanya untuk platform teknologi yang mematuhi Kebijakan Keamanan Online Inggris untuk mencegah online grooming.
Omegle telah menjadi subyek kontroversi karena rentan akan kasus pedofilia dan tindakan kejahatan seksual lainnya. Ini termasuk kasus penting di mana seorang anak muda Amerika menuduh platform tersebut secara acak memasangkannya dengan seorang pedofil.
Pengguna akun tersebut masih di bawah umur saat peristiwa ini terjadi dan gugatan terhadap Omegle diajukan 10 tahun kemudian pada November 2021.
Orang tidak bertanggung jawab jadi faktor pendukung tutupnya Omegle
Dalam pernyataannya, Brooks mengatakan bahwa memang ada orang-orang tidak bertanggung jawab yang menggunakan Omegle untuk melakukan "kejahatan keji".
Tak hanya itu, tanpa memberikan detail spesifik, ia juga mengatakan bahwa ada "rentetan serangan terus-menerus terhadap layanan komunikasi" seperti Omegle yang dilakukan oleh "sekelompok pengguna yang jahat".
"Terus terang, saya tidak ingin terkena serangan jantung di usia 30-an,” imbuhnya." tambahnya.
Pengumuman tersebut menuai komentar dari pengguna media sosial yang membagikan kenangan favorit mereka tentang Omegle. Reaksi mereka berkisar dari rasa terkejut hingga nostalgia.
Situs ini semakin populer selama pandemi COVID-19, ketika orang-orang melakukan lockdown. Namun, kepopulerannya juga menyebabkan peningkatan kasus pedofilia dan pemerasan seks, dan situs tersebut diduga menjadi sarana utamanya.