7 Perangkat untuk Buat Musik dari Rumah, seperti Billie Eilish

Hal pertama yang kamu butuhkan untuk menggubah musik layaknya seorang profesional adalah audio interface.

"Lho? Kan di komputer atau laptop juga sudah bisa colok. Kenapa perlu audio interface segala?"

Memang betul. Tetapi, dengan audio interface, kamu dapat mencolokkan mikrofon atau studio monitor (speaker) berkualitas tinggi untuk dapat merekam dan mendengarkan hasilnya secara lebih detail dibandingkan dengan soundcard komputermu.

Intinya, untuk mencapai kesempurnaan, pastinya, ada harga yang harus dibayar.

Kalau kamu tertarik untuk segera memiliki audio interface, kamu mungkin ingin mempertimbangkan Focusrite Scarlett 2i2 dengan dua colokan input untuk mikrofon. Harganya? Hanya di kisaran dua jutaan!

Jika kamu ingin lubang input yang lebih banyak, kamu dapat mempertimbangkan Presonus AudioBox 44VSL dengan empat lubang mikrofon. Harganya dibanderol sekitar 4,5 juta.

Oh, kamu punya iMac? Kamu dapat mencoba Apogee yang tersedia dalam dua versi, Duet (10,5 jutaan) dan Quartet (20 jutaan). Tentunya, dengan kualitas perfeksionis khas Apple, kamu harus merogoh kocek sedikit lebih dalam.

Walaupun audio interface biasanya sudah sesuai dengan spesifikasi umum komputer, kamu disarankan memastikan bahwa komputermu sudah memiliki spesifikasi yang cukup.

DJ sekelas Zedd, Martin Garrix, atau Hardwell pun, pastinya membutuhkan mikrofon (walaupun bukan mereka yang mengisi bagian vokalnya). Tetapi, bukan hanya vokal, mikrofon juga dibutuhkan untuk merekam suara dari instrumen.

Beraneka mikrofon juga tersedia, dengan kegunaan yang beragam pula.

Jika kamu ingin merekam suara drumset secara lebih detail, kamu disarankan untuk memboyong mikrofon Shure SM57-LC yang dibanderol seharga 1,5 jutaan saja. Kalau kamu ingin mikrofon yang merekam vokal lebih jernih, AKG 535 EB adalah jawabannya. Mikrofon AKG dibanderol seharga lima jutaan.

Jika menurutmu terlalu mahal padahal masih baru ingin mulai, tidak apa-apa. Masih ada mikrofon kondenser yang dapat kamu gunakan.

Melalui mikrofon kondenser, kamu dapat merekam suara dengan detail. Oleh karena itu, mikrofon ini sering digunakan dalam ruangan atau studio untuk tujuan ASMR atau podcast.

Finneas sendiri merekomendasikan mikrofon kondenser Neumann TLM103. Namun, mikrofon tersebut dibanderol seharga 16 juta!

Jangan berkecil hati, dengan perlengkapan murah pun, kami yakin kamu pasti bisa!

Di bawah satu juta, kamu dapat mendapatkan mikrofon kondenser Behringer C-1 atau Samson C01 hanya sekitar Rp900 ribuan saja.

Namun, ada satu aspek penting selain mikrofon dalam merekam lagu: ketenangan. Selain berinvestasi pada mikrofon, kamu juga disarankan untuk meredam suara di sekelilingmu dengan cara melapisi kamarmu dengan beludru atau busa.

"Oh, ini mah yang biasa buat main gim, kan?"

Salah! Itu monitor komputer. Studio monitor adalah alat yang digunakan untuk mendengar karyamu. Cara kerjanya hampir sama seperti speaker. Pastinya, kamu membutuhkan studio monitor untuk memastikan karyamu tidak sember.

Biasanya, studio monitor hadir dalam pasangan dalam studio; jadi, siap-siap mengeluarkan isi dompetmu.

Untuk memulai, kamu mungkin ingin mempertimbangkan Samson Resolv A6 sebagai studio monitormu. Samson Resolv A6 dibanderol seharga tiga jutaan. Atau, kamu dapat membeli dua Yamaha HS50M seharga tiga jutaan (satu HS50M dibanderol 1,7 jutaan).

Kalau kamu siap untuk upgrade, Finneas menyarankanmu untuk memboyong dua Yamaha HS8 seharga 10 jutaan (satu HS8 dibanderol seharga 4,9 jutaan).

Agar kualitas suara studio monitor tidak terganggu, kamu dapat meletakkan alas peredam di bawahnya. Kamu dapat membeli alas ini atau membuatnya sendiri dengan busa.

Baik, saatnya memikirkan instrumen virtual untuk musikmu. Jika kamu pernah mengutak-atik FL Studio, pastinya kamu diperhadapkan dengan piano roll. Tidak efektif, kan, jika kamu menggunakan tetikus atau keyboard untuk memasukkan nada satu persatu?

Oleh karena itu, kamu membutuhkan keyboard MIDI. Nah, karena keyboard MIDI biasanya tidak mahal, kamu tidak perlu mengeluarkan dana lebih.

Biasanya, keyboard MIDI hadir dalam dua versi: versi mini atau versi keyboard asli dengan tuts yang lebih banyak.

Jika kamu mencari yang simpel dan murah, kamu dapat mempertimbangkan M-Audio Keystation 49 yang ada di bawah dua juta. Sesuai namanya, keyboard MIDI ini memiliki 49 tuts. Di atas M-Audio Keystation 49, terdapat M-Audio Keystation 61 dengan  di bawah tiga jutaan.

Namun, perlu diingat, keyboard ini hanya menyediakan fungsi dasar.

Jika kamu suka membuat musik elektronik atau hiphop, kamu mungkin ingin memboyong M-Audio Oxygen 49. Dengan keyboard ini, kamu dapat memodifikasi suara dan instrumen virtual di piranti DAWmu.

Ya, tentu saja, tanpa kabel, seluruh perangkat yang disebutkan di atas tidak dapat disambungkan satu sama lain. Tetapi, kabel jenis apa? Nah, itulah yang penting.

Walaupun hampir semua perangkat di atas memiliki kabel USB untuk disambungkan dengan komputer, pastinya, kamu butuh kabel untuk memasangkan mikrofon, studio monitor, atau keyboard MIDI dengan audio interface.

Oleh karena itu, kamu butuh kabel TRS-XLR tipe 1/4 agar bisa disambungkan dengan audio interface. Seperti biasanya, cek terlebih dahulu kompatibilitas audio interface yang kamu beli dengan perangkatmu agar tidak salah beli kabel.

Inilah salah satu hal terpenting dalam memproduksi musik: digital audio workstation (DAW). Piranti lunak DAW sangat penting untuk menyunting dan memasukkan instrumen virtual dalam lagumu.

Jika kamu menggunakan Windows untuk menggubah musik, kamu pasti sudah akrab dengan FL Studio, Cubase, Ableton, atau Cakewalk SONAR. Jika kamu menggunakan MacOS, kamu pastinya akrab dengan Logic Pro.

Lalu, kamu bingung, dari piranti-piranti lunak tersebut, mana yang harus dipilih? Kalau Finneas sendiri, ia tetap menggunakan Logic Pro X baik sebelum dan saat sudah terkenal.

Memang, di kalangan musisi dunia, Logic Pro sudah melanglang buana. Finneas membeberkan rahasia di balik vokal khas Billie Eilish pada "Bad Guy" (I am the bad~ guy) berasal dari plug-in Logic Pro X, yaitu Vocal Transformer.

"Kalau versi Seth Everman, suara Billie Eilish terdengar seperti orang yang sedang bernyanyi di depan kipas angin."

Hal terakhir namun opsional yang dapat kamu persiapkan untuk menggubah lagu adalah headphones. Mengapa headphones? Pastinya, kamu ingin mendengar suara karyamu secara lebih intensif dibandingkan menggunakan studio monitor.

Terkadang, dengan studio monitor, kamu terhalang oleh bunyi dari luar atau beberapa detail kecil terlewatkan. Oleh karena itu, kamu mungkin membutuhkan headphones juga sebagai monitor.

Jika kamu ingin mencoba yang murah namun tidak murahan, kami menyarankan Audio Technica ATH-M40X. Terkenal sebagai headphones sejuta umat, ATH-M40X memiliki kualitas suara dan fitur-fitur yang hampir setara dengan kakak pertamanya, M50X.

M40X memiliki kualitas suara yang "jujur" sehingga membantumu mengembangkan karyamu ke level yang lebih optimal. M40X sendiri dibanderol di kisaran 900 ribu hingga 1,2 juta. Kalau kamu ingin naik kelas sedikit, kamu tinggal memboyong M50X ke studiomu seharga 2 jutaan. Baik M40X maupun M50X bersifat over-ear, sehingga nyaman untuk penggunaan jangka panjang.

Kamu ingin yang lebih? Baik, kami menyarankan headphones yang sudah lumrah dipakai oleh para produser lagu terkemuka di dunia: Sennheiser HD25.

Soal kualitas suara, tidak perlu diragukan lagi karena perusahaan audio asal Jerman ini memang mendesain HD25 untuk para produser musik. Terlepas dari taglinenya sebagai "DJ Headphones", kuantitas bass pada HD25 tidak mengalahkan aspek lainnya, hal umum yang biasa ditemukan pada perangkat suara milik Sennheiser.

HD25 sendiri tersedia dalam tiga jenis: HD25 (4 jutaan), HD25 Light (2 jutaan), dan HD25 Plus (5 jutaan).

Namun, perlu diingat, karena HD25 bersifat on-ear, kamu mungkin akan merasa sedikit tidak nyaman setelah penggunaan cukup lama.

Itulah perangkat yang bisa kamu siapkan untuk mendirikan studio kecilmu. Jika kamu sudah memenangkan penghargaan, pastinya jangan lupa untuk meng-upgrade studiomu agar karyamu tetap jaya!