“Lebih dari setengah Gen Z berencana untuk lebih sering menggunakan Strava pada 2026, sementara sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa penggunaan Instagram dan TikTok akan tetap sama atau justru berkurang,” ujar Michael Martin, CEO Strava yang dikutip dari rilis resmi.
Strava Year In Sport: Trend, Gen Z Mendominasi 'Pergerakan'

- Gen Z mendominasi aktivitas fisik.
- Aktivitas lari dan race meningkat, latihan beban digemari, investasi kebugaran meningkat.
- Konsisten olahraga di manapun, penggunaan alat pendukung olahraga yang berkembang pesat.
Strava merilis Year In Sport: Trend menjelang akhir 2025. Laporan tersebut menyoroti pergeseran di kalangan generasi muda dalam menjalin komunikasi di mana mereka memilih menghabiskan lebih sedikit waktu di depan layar dan lebih banyak bergerak di dunia nyata.
Dengan melakukan analisis miliaran aktivitas dari pengguna STrava secara global dan hasil survei terhadap 30.000 responden, laporan ini menemukan Gen Z mulai beralih dari kebiasaan pasif seperti scrolling di media sosial menuju kegiatan yang aktif.
Gen Z menjadi lebih aktif
Sepanjang tahun ini, Gen Z ditemukan banyak bergerak, berlari dan berlomba di berbagai jarak. Mereka juga menemukan kebersamaan dan koneksi lewat klub lari, sementara angkat beban membantu mereka untuk tampil dan merasa lebih baik.
Kelompok tersebut juga mengungkapkan prioritas yang kini berubah, menempatkan aktivitas fisik sebagai hal utama, bahkan saat berlibur Gen Z tetap mengalokasikan pengeluaran lebih banyak untuk kebutuhan kebugaran dibandingkan kencan.
Waktu layar yang berkurang

Pengguna Strava dari berbagai kelompok usia memanfaatkan aplikasi untuk menjalin koneksi dan merayakan progres mereka dengan total 14 miliar kudos yang dibagikan. User juga ditemukan terus menjelajahi dunia bersama, menghabiskan satu jam aktivitas fisik untuk setiap dua menit penggunaan aplikasi.
Martin melanjutkan, sebagai kelompok dengan pertumbuhan tercepat di Strava, perusahaan melihat Gen Z mencari pengalaman nyata, bukan waktu layar yang lebih panjang. Mereka sedang membentuk ulang tatanan hidup dan Strava berkomitmen membangun platform untuk menjaga para pengguna tetap terhubung dan bergerak bersama di masa yang akan datang.
AKtivitas lari yang melonjak
Tahun 2025 mencatat lonjakan aktivitas lari dan race, terutama di kalangan Gen Z. Namun, generasi ini juga semakin menyeimbangkan rutinitasnya dengan berjalan kaki, latihan beban, dan beragam aktivitas lain. Berikut temuannya:
- Lari tetap menjadi olahraga paling populer di Strava, dengan partisipasi race yang meningkat. Dibanding Gen X, Gen Z 75 persen lebih sering menjadikan race atau event sebagai motivasi utama berolahraga.
- Pemula ikut bergabung dan mencatat rekor pribadi mereka. Data Runna menunjukkan mayoritas pengguna masih berada di level pelari pemula (26 persen) dan menengah (34 persen). Tahun ini, 86 persen dari mereka berhasil mencetak rekor personal terbaik.
- Latihan beban makin digemari Gen Z dan perempuan. Gen Z tercatat dua kali lebih mungkin daripada Gen X untuk menjadikan latihan beban sebagai olahraga utama. Tercatat, jumlah Gen Z yang berlatih angkat beban untuk membentuk tubuh 61 persen lebih banyak dibanding Gen X. Perempuan juga menunjukkan tren serupa. Dibanding laki-laki, kaum hawa 21 persen lebih mungkin untuk merekam aktivitas Latihan Beban di Strava.
- Ragam aktivitas semakin meluas. Lebih dari 54 persen pengguna kini mencatat lebih dari satu jenis olahraga, termasuk berjalan kaki yang menempati posisi kedua sebagai aktivitas yang paling banyak direkam. Namun, memulai olahraga baru tetap menjadi tantangan tersendiri. Gen Z dua kali lebih berpeluang dibandingkan Gen X untuk merasa canggung saat mencoba olahraga baru, seperti, ski dan snowboarding.
Investasi Gen Z untuk olahraga
Meski 65 persen Gen Z mengaku terdampak langsung oleh inflasi, mereka tetap meningkatkan pengeluaran untuk kebugaran sekaligus menemukan komunitas, koneksi, bahkan romansa di dalam prosesnya.
- 30 persen Gen Z berencana meningkatkan pengeluaran untuk menjaga kebugaran pada 2026. Selain itu, Gen Z 63 persen lebih tinggi dibandingkan Gen X yang mengatakan bahwa perangkat wearable adalah investasi kebugaran terbesar di 2025.
- Prioritas Gen Z soal kencan dan pengeluaran sangat jelas. Sebanyak 64 persen lebih memilih mengalokasikan uang untuk membeli perlengkapan olahraga dibanding untuk berkencan, dan 39 persen lebih tinggi Gen Z dibandingkan Gen X yang melakukannya untuk bertemu orang dengan minat serupa. Saat ditanya mengenai aktivitas olahraga untuk kencan pertama, 46 persen responden menjawab “boleh banget”, sementara 31 persen memilih “tidak sama sekali”.
- Jumlah Klub baru di Strava hampir naik empat kali lipat pada 2025, sehingga totalnya mencapai 1 juta klub. Klub hiking tumbuh paling pesat (5,8 kali), disusul klub lari (3,5 kali). Aktivitas yang diorganisir klub juga naik 1,5 kali dari tahun sebelumnya, memperkuat peralihan komunitas daring ke pertemuan langsung.
Konsisten olahraga di manapun berada

Perjalanan internasional menurun, eksplorasi di sekitar rumah justru meningkat dan Gen Z tetap konsisten berolahraga di mana pun mereka berada.
- Bagi Gen Z, olahraga saat liburan bukanlah pilihan, melainkan bagian dari perjalanan. Gen Z 23 persen lebih tinggi dibandingkan Gen X yang menganggap aktivitas fisik saat liburan adalah hal yang wajib. Saat ditanya mengenai filosofi olahraga liburan yang paling populer, 30 persen responden menjawab “lari, berjemur dan ngemil”.
- Mereka yang aktif cenderung memilih destinasi liburan di dekat rumah. Para responden 22 persen lebih mungkin memilih liburan domestik dibanding internasional pada 2025, kecuali wisatawan Inggris dan Jerman yang tetap mengejar petualangan di luar negeri.
- Alasan utama bepergian adalah mengejar salju dan puncak gunung. Para responden paling sering melakukan perjalanan untuk olahraga musim dingin (65 persen), disusul hiking (58 persen) dan olahraga air (48 persen).
Alat pendukung olahraga
Dari sepatu lari hingga perangkat wearable, setiap kategori perlengkapan olahraga memiliki produk yang menonjol di 2025. Tahun ini, lebih banyak pengguna merekam latihan mereka melalui smartphone, sementara sepatu lari yang berbeda merebut posisi nomor satu untuk pertama kalinya.
Teknologi juga membantu atlet berlatih lebih cerdas di seluruh penjuru dunia, dengan Strava dan Runna memanfaatkan AI untuk meningkatkan performa. Fitur Routes berbasis komunitas Strava, yang menganalisis data rute populer untuk memberikan rekomendasi terpersonalisasi, terbukti sangat diminati dengan rute baru muncul setiap 19 detik sepanjang tahun.
- AI membantu bergerak, tapi tetap kita yang paling mengenal tubuh sendiri. Sebanyak 4 persen responden menggunakan AI sebagai pelatih cerdas untuk berolahraga, dengan Gen Z lebih aktif memanfaatkannya dibanding generasi lain. Strava dan Runna memimpin tren ini melalui fitur Workout Insights (Runna) dan Athlete Intelligence (Strava).
- Jumat menjadi hari ideal untuk pemulihan. Tahun ini, pengguna Runna yang berlatih maraton paling sering memilih empat sesi lari per minggu. Jumat tercatat sebagai hari paling sedikit aktivitas di platform, cocok untuk istirahat atau aktivitas ringan seperti stretching dan jalan kaki.
- Dari semua perangkat, smartphone tetap jadi yang paling banyak digunakan untuk merekam kegiatan olahraga. Tahun ini, 72 persen pengguna mencatat aktivitas latihan melalui aplikasi Strava. Garmin berada di peringkat kedua, diikuti Apple Health di peringkat ketiga.
- Apple Watch menjadi yang #1 di kategori jam tangan, dengan COROS menunjukkan peningkatan popularitas yang signifikan. Perangkat wearable selain jam tangan, seperti Oura dan WHOOP, juga berkembang pesat.
- ASICS Novablast menempati posisi pertama sebagai sepatu lari terpopuler, diikuti Nike Pegasus di peringkat kedua dan HOKA Clifton di peringkat ketiga.
Kota-kota yang mendominasi

Dari kota metropolitan yang serba cepat hingga kota di mana komunitas menjadi yang terpenting, data global mengungkapkan kota-kota yang mendominasi papan peringkat di 2025.
Uri, Swiss merebut posisi teratas sebagai lokasi palig instagramable dengan 42 persen aktivitas menyertakan foto. Cuaca tidak menjadi penghalang pengguna dalam melakukan pergerakan. Di Kepualuan Riau, pengguna tetap aktif meski panas terik. Sementara di Greatr Reykjavik, Islandia aktivitas masih terus berlangsung di tengah suhu yang sangat dingin.
- Sulawesi Utara jadi wilayah paling aktif di Indonesia dengan median langkah harian terbanyak secara nasional (5.392 langkah), disusul Banten (5.342) dan Sulawesi Selatan (5.308) yang juga menunjukkan tingkat aktivitas harian yang tinggi.
- Gaya Berjalan di Indonesia: Kecepatan vs Jarak jauh. Sulawesi Tenggara memimpin sebagai wilayah dengan pejalan kaki tercepat di Indonesia dengan pace rata-rata 00.12.37/km, disusul Sulawesi Utara (00.12.44/km) dan Sumatra Selatan (00.12.48/km). Namun, soal jangkauan, Nusa Tenggara Timur jadi juara dengan jarak rata-rata 3,9 km per sesi, disusul Gorontalo (3,7 km) dan Sulawesi Tengah (3,6 km). Walau masyarakat di setiap wilayah punya ritmenya masing-masing, mereka tetap kompak untuk sama-sama aktif bergerak.
- Secara global, Copenhagen merebut gelar area metro tercepat dengan kecepatan lari rata-rata mencapai 8:52 menit per mil, sementara pengguna di Afrika Selatan dan Kolombia paling sering berlari dalam kelompok (18,5 persen). Data kota-kota global juga menunjukkan perbedaan mencolok dalam waktu latihan di antaranya Yogyakarta, Indonesia, memiliki paling banyak pengguna yang bergerak di pagi hari, dengan 55,4 persen aktivitas dilakukan antara pukul 4–7 pagi. Sementara itu, Seoul, Korea Selatan, menjadi kota dengan pengguna yang paling banyak bergerak di malam hari, dengan 11 persen aktivitas setelah pukul 9 malam


















