Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tariff Reprieve: Apple Full Senyum, Perang Dagang Masih Tegang

Apple Store - Mall of America (apple.com)
Intinya sih...
  • Presiden AS memberikan pengecualian tarif impor untuk produk teknologi, termasuk smartphone, laptop, dan perangkat elektronik dari China.
  • Keputusan ini disambut lega oleh raksasa teknologi seperti Apple dan Nvidia serta langsung merespons positif di pasar saham.
  • Pemerintah AS menegaskan bahwa pengecualian ini bukan berarti bebas dari hukuman dan ancaman tarif baru masih menggantung di atas kepala perusahaan teknologi.

Belum lama ini, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memberikan pengecualian tarif impor yang signifikan bagi beberapa produk teknologi, termasuk smartphone, laptop, dan perangkat elektronik lainnya yang sebagian besar diproduksi di China. Keputusan ini memberikan angin segar bagi perusahaan teknologi besar seperti Apple yang selama ini sangat bergantung pada produk impor dari China. Meskipun ada kelonggaran ini, perang dagang antara AS dan China masih tegang.

Langkah ini mencakup pengecualian tarif untuk 20 kategori produk, termasuk laptop, komputer, chip memori, perangkat semikonduktor, dan layar panel datar. Mendengar kabar ini, Apple bisa sedikit bernapas lega. Apalagi iPhone dan perangkat produksinya selama ini banyak bergantung pada komponen dari China dan Taiwan.

Frasa "Made in China, Billed in America" tampaknya sangat menggambarkan ketergantungan global yang kompleks antara kedua negara ini, di mana produk teknologi yang dirakit di China tetap membawa dampak besar bagi perekonomian Amerika Serikat, baik dari sisi konsumen maupun produksi. Berikut adalah dampak positif dan tantangan yang dihadapi Apple dan perusahaan teknologi besar lainnya setelah adanya pengecualian tarif ini. Simak penjelasannya berikut!

1. Tarif dikecualikan, perusahaan teknologi bisa tidur lebih nyenyak

Kantor pusat Nvidia di Santa Clara, California (commons.wikimedia.org/Coolcaesar)

Keputusan pemerintah Amerika Serikat yang mengecualikan tarif impor untuk produk elektronik seperti smartphone dan laptop buatan China disambut lega oleh raksasa teknologi. Hanya dalam waktu singkat, pasar saham pun merespons secara positif. Saham perusahaan seperti Apple dan Nvidia langsung menunjukkan tren kenaikan. Ini sinyal bahwa keputusan tersebut adalah angin segar di tengah ketegangan perdagangan yang berkepanjangan. Para analis menyebut keputusan ini sebagai "dream scenario" bagi investor teknologi karena memberikan ruang bernafas dan stabilitas sementara di tengah ketidakpastian kebijakan tarif yang berubah-ubah.

"Ini adalah skenario yang diimpikan oleh investor teknologi," kata Dan Ives, Kepala Riset Teknologi Global di Wedbush Securities, melalui unggahan di X. "Smartphone, chipset, tidak dilibatkan adalah pengubah permainan dalam skenario tarif China."

Namun, euforia ini tidak datang tanpa bayang-bayang. Presiden Trump menegaskan bahwa pengecualian ini bukan berarti produk-produk tersebut "bebas dari hukuman". Ia menyatakan bahwa barang-barang tersebut hanya dipindahkan ke kategori tarif lain, berkaitan pada isu keamanan nasional dan krisis fentanyl yang dikenai tarif 20 persen. Artinya, meski ada kelonggaran sementara, ancaman tarif baru masih menggantung di atas kepala perusahaan teknologi. Meski begitu, untuk sementara, Apple, Microsoft, dan pemain besar lainnya bisa tidur lebih nyenyak sambil menanti langkah Trump berikutnya.

2. Trump belum longgarkan sikap dalam sengketa dagang

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick (commons.wikimedia.org/Daniel Torok)

Meski pemerintahannya memberikan jeda selama 90 hari terhadap tarif sejumlah produk elektronik, Presiden Donald Trump tetap menunjukkan sikap keras terhadap China. Ia menolak menyebut langkah ini sebagai pengecualian, melainkan menyebutnya sebagai pemindahan ke dalam skema tarif yang berbeda. Di platform Truth Social miliknya, Trump menegaskan bahwa tidak ada satu pun produk yang "bebas dari jerat tarif." Bahkan, ia mengancam akan melakukan investigasi terkait keamanan nasional terhadap rantai pasok semikonduktor dan teknologi secara menyeluruh. Dalam pandangannya, Amerika Serikat tidak boleh lagi bergantung pada negara-negara yang dianggap "bermusuhan", seperti China, dalam hal produksi teknologi vital.

Melansir Reuters, 13 April 2025, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan dalam wawancara dengan ABC's This Week bahwa smartphone, komputer, dan beberapa produk elektronik lainnya akan dikenai tarif terpisah (termasuk semikonduktor) yang kemungkinan mulai berlaku dalam 1 hingga 2 bulan mendatang. Pemerintahan Trump sebelumnya, pada Jumat malam (11/04/2025) memberikan pengecualian dari tarif tinggi untuk produk-produk tersebut yang sebagian besar diimpor dari China. Kebijakan ini memberikan napas lega bagi perusahaan teknologi seperti Apple yang sangat bergantung pada rantai pasok global.

Fokusnya akan mencakup smartphone, laptop, dan produk elektronik lain, di luar skema tarif timbal balik yang sudah berlaku. Trump tampaknya tengah membangun narasi bahwa ketahanan ekonomi dan keamanan nasional Amerika bergantung pada kemampuan untuk memproduksi teknologi di dalam negeri. Dalam suasana kampanye yang terus memanas, Trump menggunakan isu tarif ini sebagai alat untuk menunjukkan ketegasan dan proteksionismenya, sebuah pendekatan yang memicu kontroversi, namun, tetap menjadi senjata politik yang efektif.

Trump juga menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak akan menjadi "sandera" negara lain, khususnya negara-negara yang dianggapnya bermusuhan seperti China. Ini menandakan bahwa sikap keras terhadap Beijing tidak akan dilonggarkan dalam waktu dekat. Menteri Perdagangan Trump menambahkan bahwa tarif baru yang lebih spesifik akan mulai berlaku dalam satu hingga dua bulan ke depan. Dengan demikian, meski ada sinyal relaksasi sesaat, intensi Trump untuk terus menekan China dalam persaingan teknologi dan ekonomi tetap kuat.

3. Perang dagang antara AS—China makin tegang

Presiden AS, Donald Trump (kiri) dan Presiden China, Xi Jinping (kanan) (x.com/@Scavino45)

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China tampaknya memasuki babak baru yang lebih kompleks dan melelahkan. Setelah sekian banyak aksi saling balas, tarif terhadap produk dari masing-masing negara melonjak ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. China menerapkan tarif balasan hingga 125 persen, sementara AS memberlakukan tarif hingga 145 persen terhadap barang-barang asal China. Pemerintah China menyebut kebijakan tarif AS sebagai bentuk kesalahan unilateral sekaligus menyerukan penghapusan total terhadap skema tarif tersebut.

Namun, baik AS maupun China tampaknya enggan mengalah. Melansir The Economic Times, Senin (14/04/2025), dalam pernyataannya, Presiden Xi Jinping menyebut bahwa proteksionisme hanya akan membawa jalan buntu dan tidak menghasilkan pemenang. Di sisi lain, Presiden Donald Trump terus menegaskan bahwa strategi tarifnya ditujukan untuk membawa manufaktur kembali ke dalam negeri sekaligus mengamankan kepentingan nasional AS, terutama di sektor-sektor strategis, seperti semikonduktor, farmasi, dan otomotif.

Sementara itu, China mulai beradaptasi dengan memperkuat pasar domestik serta memperluas kerja sama dengan negara-negara tetangga, termasuk melalui rencana kunjungan Xi Jinping ke Vietnam. Perang dagang ini telah menciptakan guncangan pada ekonomi global, memperlemah sentimen konsumen AS, dan membuat investor di seluruh dunia bertaruh pada ketidakpastian. Gedung Putih sendiri mengindikasikan bahwa pengecualian tarif sementara dilakukan guna memberi waktu bagi perusahaan untuk memindahkan produksi mereka ke wilayah AS.

“Presiden Trump telah memperjelas bahwa Amerika tidak dapat bergantung pada China untuk memproduksi teknologi penting seperti semikonduktor, chip, telepon pintar, dan laptop,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam pernyataan dikutip BBC.com (14 April 2025).

“Atas arahan presiden, perusahaan-perusahaan ini berusaha keras untuk memindahkan produksi mereka ke Amerika Serikat sesegera mungkin.”

Trump, yang menghabiskan akhir pekan di rumahnya di Florida, mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat bahwa ia merasa nyaman dengan tarif tinggi terhadap China.

“Dan saya pikir sesuatu yang positif akan muncul dari hal itu,” ujarnya seraya memuji hubungan pribadinya dengan Presiden Xi Jinping.

Meski begitu, langkah-langkah konkret seperti peningkatan ekspor ke negara-negara tetangga dan penguatan pasar domestik terus diambil oleh China sebagai bentuk upaya bertahan. Di sisi lain, sikap Trump yang kerap berubah serta kebijakan ekonomi yang penuh kejutan membuat pelaku usaha dan investor kesulitan menavigasi masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya dua negara adidaya yang terjebak dalam ketegangan, tetapi juga dunia internasional yang ikut merasakan dampaknya.

4. Apple full senyum di tengah ketegangan dagang

Apple Store - Mall of America (apple.com)

Di tengah hiruk-pikuk perang tarif, Apple menjadi salah satu perusahaan yang paling diuntungkan dari pengecualian sementara ini. Sekitar 90 persen lini produksi iPhone basisnya berada di China. Tentu, beban tarif yang tinggi bisa saja membuat harga iPhone di pasar AS melonjak drastis. Bahkan beberapa analis memperkirakan bisa mencapai tiga kali lipat. Untungnya, pengecualian ini memberikan ruang aman sementara bagi Apple untuk mengelola stok dan logistiknya serta mempertahankan harga tetap kompetitif.

Analis dari Wedbush Securities menyebut langkah ini sebagai kabar terbaik yang mungkin diterima oleh investor teknologi selama pekan tersebut. Apple, bersama raksasa teknologi lainnya seperti Nvidia dan Microsoft, mendapatkan napas baru untuk melanjutkan upaya diversifikasi rantai pasok mereka. Meski begitu, tekanan tetap ada. Trump terus mendesak agar produksi dipindahkan ke AS, bahkan menyebutkan telah mengamankan investasi triliunan dolar dari perusahaan teknologi untuk membuka pabrik dalam negeri. Maka, senyum Apple mungkin sementara karena tantangan baru sudah menanti di tikungan.

5. Akan ada gebrakan apalagi untuk selanjutnya?

ilustrasi kartu AS (unsplash.com/aceofnet)

Langkah terbaru dari Trump semakin menegaskan bahwa drama dagang antara AS dan China masih jauh dari kata akhir. Setelah pengecualian parsial diberlakukan, muncul pertanyaan besar. Gebrakan apa lagi yang kira-kira akan dilakukan Trump selanjutnya? Trump telah mengindikasikan bahwa penyelidikan nasional terhadap rantai pasok elektronik dan semikonduktor akan segera dimulai. Ini bisa menjadi pintu masuk bagi kebijakan tarif baru yang lebih tajam dengan fokus pada isu keamanan nasional dan di luar skema tarif resiprokal sebelumnya.

Bagi perusahaan teknologi dan investor, ini berarti memasuki fase yang sangat fluktuatif dan penuh kalkulasi. Apakah pengecualian akan diperpanjang setelah 90 hari? Akankah tarif untuk semikonduktor dan elektronik benar-benar diterapkan dalam waktu dekat? Semua itu masih bersifat spekulatif. Seperti biasanya, Trump menahan kartu-kartunya hingga saat yang dianggapnya strategis. Namun, satu hal yang pasti. dalam permainan strategi dagang ini tiap langkah kecil bisa berdampak besar bagi ekonomi global.

Apple boleh saja tersenyum penuh hari ini, tetapi senyum itu mungkin tak bertahan lama. Pelonggaran tarif ini memang memberi sedikit angin segar bagi Apple dan raksasa teknologi lainnya. Namun, bayang-bayang ketegangan masih menghantui. Perang dagang antara AS dan China jauh dari selesai. Kebijakan tarif yang mengarah pada “perang dingin ekonomi” bisa muncul kapan saja.

Di balik euforia pelonggaran tarif, masih tersimpan medan konflik ekonomi yang bisa menyala kembali sewaktu-waktu. Kini, tinggal menunggu waktu, siapa yang akan melepaskan lonceng dari leher sang harimau? Akankah pertempuran ini terus membara sambil memengaruhi pasar global dan menekan konsumen Amerika?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us