Apa Jadinya Jika Media Sosial Menghilang? Ini 12 Kemungkinannya!

Ketika sesuatu yang biasa dibutuhkan menghilang, tentunya kita akan panik. Tak tahu apa yang harus dilakukan tanpanya karena selama ini kita sangat bergantung dengan media sosial. 

Kemungkinan besar masyarakat akan mencoba mencari tahu alasan dari menghilangnya media sosial. Baik dengan telepon atau mengirimkan email kepada perusahaan yang terkait.

Ketika membicarakan media sosial, berarti kita merujuk kepada Social Networking Sites atau situs-situs yang memungkinkan kita berinteraksi dengan orang lain. Sebagai contoh, Facebook, Twitter, Instagram, Snapchat, dan bahkan YouTube.

Ini berarti, selain semua hal itu, kita masih bisa mengaksesnya. Misalnya internet, Google, email, website, blog, dan lain sebagainya. 

Tak bisa dimungkiri bahwa bagi kebanyakan orang, media sosial berperan untuk membunuh rasa bosan. Kita selalu membukanya ketika menunggu, berada di transportasi umum, dan bahkan untuk mengusir rasa kantuk. Tanpanya, kehidupan akan terasa lebih membosankan.

Menurutmu, seberapa besar peran media sosial dalam menghubungkanmu dengan orang lain? Pasti sangat besar, kan? Media sosial bisa membantu kita menemukan teman baru ataupun teman lama yang sudah jarang kita hubungi. Tentu kita akan merasa kesulitan berkomunikasi dengan orang lain tanpa bantuan dari platform tersebut.

Seberapa sering kamu membagikan aktivitasmu di media sosial? Ngaku deh, untuk kamu yang aktif menggunakannya, dalam seminggu setidaknya ada satu konten yang kamu bagikan. Entah berupa status, gambar, video, atau bahkan lagu yang sedang kamu dengarkan.

Namun, tanpa adanya media sosial, kita akan kehilangan platform untuk mengekspresikan diri. Ya, masih ada blog atau website pribadi untuk melakukannya. Akan tetapi, rasanya pasti berbeda, kan?

Dengan bergesernya tren masyarakat ke media sosial, perusahaan, brand, dan bahkan online shop menggunakannya sebagai media promosi. Selain itu, platform tersebut juga bermanfaat untuk membangun kedekatan antara brand dan konsumen. Komunikasi dapat berjalan dua arah melaluinya. 

Maka dari itu, ketika media sosial tak ada lagi, mereka akan kehilangan cara untuk menjangkau konsumen. Pola promosi dan pemasaran pun akan berubah lagi ke cara konvensional. Misalnya dengan memasang iklan di billboard, koran, televisi, dan lain-lain.

Studi pada tahun 2017 dari Society for Human Resource Management menunjukkan bahwa kini 84 persen perusahaan menggunakan media sosial untuk merekrut karyawan. Salah satu caranya adalah melalui LinkedIn.

Sebaliknya, para pencari pekerjaan pun kurang lebih melakukan hal yang sama. Kini bayangkan betapa sulitnya untuk melakukan kegiatan tersebut tanpa bantuan media sosial. Kita harus kembali ke cara konvensional, yaitu dengan memantau iklan lowongan yang ada di koran dan cek website perusahaan satu per satu. 

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang mudah untuk beradaptasi dengan kondisi sekitar. Hilangnya media sosial hanya akan membuat kepanikan sementara. Kemungkinan butuh waktu beberapa bulan hingga setahun agar kita terbiasa hidup tanpanya. Semua aktivitas akan kembali ke cara konvensional, seperti pada era sebelum media sosial muncul.

Pernahkah kamu menghitung seberapa banyak informasi pribadi yang kamu bagikan melalui akun-akun medsosmu? Tak terhitung, kan? Nah, tanpa mereka, kini privasimu pun lebih terlindungi. Informasi pribadimu tidak akan jatuh ke tangan orang yang salah karena mereka sulit untuk menemukannya di internet. 

Sudah banyak penelitian yang mengatakan bahwa media sosial bisa memperburuk kesehatan mental seseorang. Mulai dari meningkatkan rasa gelisah, fear of missing out (FOMO), narsisme, hingga depresi. Bahkan kini ada jenis gangguan mental yang bernama social media anxiety disorders.

Nah, satu hal yang patut disyukuri dari hilangnya platform tersebut adalah kemungkinan membaiknya kesehatan mental masyarakat. Secara umum, rasa cinta terhadap diri sendiri pun meningkat. Sebab kita tak bisa membandingkan diri dengan orang lain.

Media sosial memperparah peredaran hoaks dan berita palsu di internet. Masyarakat jadi lebih mudah percaya terhadap berita yang kontroversial. Bahkan Facebook pun sampai memasang fitur fact-checking untuk mengatasinya. 

Kabar baiknya, ketika semua media sosial hilang, arus berita akan lebih teratur. Media-media yang kredibel akan mendapatkan lebih banyak pembaca. Walaupun hal ini tidak menjamin hoaks bisa diatasi, setidaknya jumlah peredarannya menurun.

Jika kamu berpikir bahwa hilangnya media sosial akan membawa “bencana” bagi umat manusia, bisa dibilang kamu keliru. Media sosial memang memegang peran yang penting saat ini. Namun mereka bukanlah segalanya. Memang butuh waktu untuk menyesuaikan diri lagi, tetapi kita akan baik-baik saja tanpa platform tersebut.

Jika kita bisa memelajarinya, kita juga bisa belajar meninggalkannya juga, iya kan?