Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Klenteng di Surabaya dengan Arsitektur Unik dan Estetik 

Klenteng Sanggar Agung Kenjeran (maps.google.com/Sultan Iskandar Dinata)
Klenteng Sanggar Agung Kenjeran (maps.google.com/Sultan Iskandar Dinata)

Surabaya tidak hanya terkenal dengan wisata kulinernya yang lezat. Ibu kota Jawa Timur ini juga memiliki banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi, salah satunya adalah klenteng.

Tempat ibadah agama Konghuchu dan Buddha di Surabaya ini arsitekturnya indah dan sarat akan makna sejarah. Kalau kamu pengin menjelajah sisi lain Kota Pahlawan, beberapa klenteng di Surabaya ini wajib dikunjungi karena arsitekturnya indah!

1. Klenteng Sanggar Agung Kenjeran

Klenteng Sanggar Agung Kenjeran (maps.google.com)
Klenteng Sanggar Agung Kenjeran (maps.google.com)

Klenteng Sanggar Agung Kenjeran adalah salah satu klenteng terbesar di Surabaya. Klenteng ini terkenal dengan patung Dewi Kwan Im setinggi 20 meter yang berdiri megah di di atas dua patung naga raksasa. Selain itu, terdapat juga berbagai patung dewa lainnya yang menghiasi klenteng ini.

Hal lain yang membuat Klenteng Sanggar Agung Kenjeran unik adalah lokasinya yang berada tepat di atas laut dan dikelilingi pepohonan bakau. Selain itu, klenteng yang diresmikan pada 1999 ini mengadaptasi budaya Jawa dan Bali dalam komposisi arsitekturnya.

Lokasi: Jalan Sukolilo Nomor 100, Kenjeran, Surabaya.

Jam operasional: setiap hari pukul 07.00—20.00 WIB.

Harga: Rp20.000 per mobil, tambahan Rp5.000 per orang jika lebih dari dua pengunjung.

2. Klenteng Suka Loka/Hok An Kiong

Klenteng Suka Loka/Hok An Kiong (maps.google.com/Wan Chung)
Klenteng Suka Loka/Hok An Kiong (maps.google.com/Wan Chung)

Klenteng Suka Loka adalah klenteng tertua di Surabaya. Klenteng dengan nama lain Klenteng Hok An Kiong dan Klenteng Coklat ini dibangun pada 1830 oleh seorang insinyur asal China bernama Hok Kian Kong Tik. Klenteng ini dibangun dengan arsitektur khas Tiongkok yang indah dan menjadi tempat peribadatan umat Konghucu.

Sebagai klenteng Tri Dharma, Klenteng Hok An Kiong memiliki berbagai kegiatan keagamaan yang aktif. Beberapa di antaranya adalah upacara sembayang Chi Swk Dai Sei, kenaikan Kong Tik Cun, kenaikan Nabi Konghuchu, Festival Kue Bulan, serta perayaan malam Tahun Baru Imlek.

Lokasi: Jalan Coklat Nomor 2, Pabean Cantian, Surabaya.

Jam operasional: setiap hari pukul 06.00—17.00 WIB.

Harga: gratis.

3. Klenteng Boen Bio

Klenteng Boen Bio (maps.google.com/Waskitho Wee)
Klenteng Boen Bio (maps.google.com/Waskitho Wee)

Klenteng Boen Bio tercatat sebagai salah satu cagar budaya sejak 2012. Klenteng ini terkenal karena mengadaptasi tiga budaya berbeda pada ornamennya, yaitu China, Jawa, dan Belanda. 

Gaya Belanda terlihat pada ubin klenteng yang memakai ubin kuno dengan ukiran khas Belanda. Gaya arsitektur Jawa pada Klenteng Boen Bio terlihat pada gebyok yang dipasang pada altar klenteng. Budaya Tiongkok terlihat pada kaligrafi yang ada.

Klenteng Boen Bio berdiri pada 1883 dan direlokasi pada 1903 oleh reformis Kang You Wei di kawasan Kapasan hingga sekarang. Saat ini, Klenteng Boen Bio digunakan untuk peribadatan warga beragama Konghuchu dan akan ramai saat perayaan Tahun Baru Imlek.

Lokasi: Jalan Kapasan Nomor 131, Kapasan, Surabaya.

Jam operasional: setiap hari pukul 07.00—17.00 WIB.

Harga: gratis.

4. Klenteng Genteng Sayangan

Klenteng Genteng Sayangan (maps.google.com/Andi Wijaya)
Klenteng Genteng Sayangan (maps.google.com/Andi Wijaya)

Klenteng Genteng Sayangan atau Vihara Rumah Suci atau Tong Siang Teng dibangun pada 1950 oleh Yogi Pawitra. Klenteng ini terkenal karena Yogi Pawitra atau Sim Kong Siong, Ta Laoshe, masuk dalam salah satu media lokal pada 1958 setelah menunjukkan kehebatan dewa melalui badannya, seperti mandi minyak mendidih dan berjalan di atas bara api.

Klenteng Genteng Sayangan digunakan untuk peribadatan warga beragama Buddha dan akan ramai saat perayaan Tahun Baru Imlek, Hari Ulang Tahun Rumah Suci. Klenteng Genteng Sayangan juga menerima murid awam bagi yang ingin memulai perjalanan spiritual di agama Buddha.

Lokasi: Jalan Genteng Sayangan Nomor 29—33, Genteng, Surabaya.

Jam operasional: setiap hari pukul 08.00—16.00 WIB.

Harga: gratis.

5. Klenteng Pak Kik Bio

Klenteng Pak Kik Bio (maps.google.com/Liany Indria)
Klenteng Pak Kik Bio (maps.google.com/Liany Indria)

Klenteng Pak Kik Bio adalah klenteng di Surabaya yang menganut agama Konghuchu. Meski begitu, klenteng ini terbuka bagi semua umat. Klenteng ini memiliki nama lain Klenteng Jagalan, karena berlokasi di Jalan Jagalan Surabaya.

Klenteng Pak Kik Bio menjadi salah satu klenteng yang terkenal di Surabaya karena menjadi pelestarian agama Konghuchu saat akhir orde baru pada 1990 hingga 1998. Pada 2013, Pemerintah Kota Surabaya secara resmi memasukkan Klenteng Pak Kik Bio sebagai bangunan cagar budaya.

Lokasi: Jalan Jagalan Nomor 74—76, Pabean Cantian, Surabaya.

Jam operasional: setiap hari pukul 07.00—20.00 WIB.

Harga: gratis.

6. Klenteng Ba De Miao (Delapan Kebajikan)

Klenteng Ba De Miao (maps.google.com/Aucky Riman Halim)
Klenteng Ba De Miao (maps.google.com/Aucky Riman Halim)

Klenteng Ba De Miao (Delapan Kebajikan), yang terletak di Jalan Tembaan Nomor 12, didirikan oleh masyarakat Tionghoa peranakan Hakka. Klenteng ini terkenal dengan patung Dewa Fu Lu Shou yang melambangkan kebahagiaan, kekayaan, dan umur panjang.

Klenteng Ba De Miao resmi dibuka pada 2020. Klenteng ini dibangun di antara lima rumah ibadah yang resmi di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk toleransi umat beragama di Indonesia yang dipegang teguh oleh warga Surabaya.

Klenteng Ba De Miao yang memiliki arti delapan kebajikan mengusung ajaran-ajaran Suci Mulia dari Nabi Kongzi serta budaya moral kebajikan Tionghoa—Indonesia.

Lokasi: Perum Royal Residence, Wiyung, Surabaya.

Jam operasional: setiap hari pukul 08.00—21.00 WIB.

Harga: gratis.

7. Kelenteng Mbah Ratu Sam Poo Tay Djien

Klenteng Mbah Ratu Sam Poo Tay Djien (maps.google.com/Howdy Traveller)
Klenteng Mbah Ratu Sam Poo Tay Djien (maps.google.com/Howdy Traveller)

Klenteng Mbah Ratu Sam Poo Tay Djien menganut aliran Tri Dharma. Klenteng ini dibangun pada 1935 oleh Laksamana Cheng Hoo atau Zheng He yang kemudian dipanggil oleh warga setempat sebagai Mbah Ratu.

Sebagai klenteng Tri Dharma, Klenteng Mbah Ratu memiliki ritual ibadah yang unik dibandingkan klenteng lain. Klenteng ini menganut budaya Jawa atau sistem kejawen yang kental pada proses ibadahnya. Beberapa ritual yang dilakukan adalah ibadah Jumat Manis (atau Jumat legi dalam budaya Jawa) dan sembayang dengan menyan, dupa, dan bunga.

Lokasi: Jalan Demak Nomor 380, Morokrembangan, Surabaya.

Jam operasional: setiap hari pukul 06.00—19.00 WIB.

Harga: gratis.

Bagi Surabaya, klenteng adalah salah satu tempat ibadah yang berpengaruh dalam perkembangan budaya masyarakat setempat. Terlebih lagi, klenteng di Surabaya terbuka untuk umum, sehingga toleransi agama di Surabaya sangat dijunjung tinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hamdiki Roziqi
EditorHamdiki Roziqi
Follow Us