5 Desa Tradisional Jepang yang Cocok Dikunjungi di Musim Semi

Musim semi di Jepang bukan cuma tentang sakura yang bermekaran di kota-kota besar, tapi juga tentang pesona pedesaan yang memukau. Desa-desa tradisional Jepang menawarkan harmoni antara alam, budaya, dan ketenangan yang sulit ditemukan di tempat lain.
Saat bunga-bunga mulai bermekaran, pemandangan jalanan berbatu, rumah kayu kuno, dan sawah berundak menjadi latar yang sempurna untuk eksplorasi. Bagi yang pengin lari dari keramaian turis, desa-desa ini adalah pilihan ideal untuk merasakan keindahan musim semi ala Jepang yang autentik.
Dari pegunungan Alpen Jepang hingga pedesaan Kyoto, setiap desa punya cerita unik dan keindahan alam yang memesona di musim semi. Beberapa bahkan masih mempertahankan tradisi berabad-abad, seperti festival lokal atau kerajinan tangan khas.
Buat yang suka fotografi, kuliner tradisional, atau sekadar ingin merasakan kehidupan slow life ala Jepang, lima desa berikut wajib masuk bucket list.
1. Shirakawa-go, Prefektur Gifu

Shirakawa-go, salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO terkenal dengan rumah-rumah gassho-zukuri yang atapnya berbentuk seperti tangan yang sedang berdoa. Di musim semi, pemandangan desa ini semakin memukau saat bunga sakura dan plum mulai bermekaran di antara rumah-rumah tradisional. Sawah-sawah di sekitarnya juga mulai menghijau, menciptakan kontras warna yang sempurna untuk foto-foto estetik.
Selain menikmati arsitektur uniknya, pengunjung bisa mencoba makanan lokal seperti soba dan sake yang dibuat dengan metode tradisional. Desa ini juga punya spot observasi di atas bukit yang memberikan pemandangan panorama seluruh desa dari ketinggian.
Buat yang pengin pengalaman liburan lebih dalam, menginap di salah satu rumah gassho yang diubah menjadi penginapan (minshuku) adalah pilihan yang gak bakal terlupakan.
2. Biei, Hokkaido

Meski Hokkaido lebih terkenal dengan musim dinginnya, Biei justru punya pesona musim semi yang gak kalah memikat. Desa kecil ini dikelilingi oleh perbukitan hijau dan ladang bunga yang luas, seperti tulip dan lupin, yang mulai bermekaran di akhir April hingga Mei. Jalan-jalan di Biei seolah membawa pengunjung masuk ke lukisan alam dengan pemandangan yang begitu harmonis.
Selain menikmati bunga, pengunjung bisa menjelajahi spot ikonik seperti Patchwork Road dan Blue Pond yang airnya berwarna biru kehijauan. Desa ini juga terkenal dengan produk susu segarnya, jadi jangan lewatkan mencoba es krim atau keju lokal.
Buat yang suka bersepeda, menyewa sepeda dan menjelajahi desa dengan santai adalah cara terbaik menikmati keindahan Biei di musim semi.
3. Tsumago, Prefektur Nagano

Tsumago adalah salah satu desa pos (post town) yang masih terjaga keasliannya di sepanjang jalur perdagangan Nakasendo zaman Edo. Di musim semi, jalanan batu dan rumah-rumah kayu tua di sini dikelilingi oleh sakura dan azalea yang bermekaran. Suasana pedesaan yang sunyi dan bebas dari modernisasi membuat Tsumago terasa seperti mesin waktu yang membawa pengunjung ke Jepang abad ke-17.
Selain berjalan-jalan di sepanjang jalan utama, pengunjung bisa mencoba trekking ke Magome, desa tetangga yang juga tak kalah menawan. Penginapan tradisional (ryokan) di sini masih mempertahankan suasana zaman dulu, lengkap dengan hidangan kaiseki yang lezat. Buat yang pengin merasakan kehidupan Jepang tempo dulu sambil menikmati keindahan musim semi, Tsumago adalah destinasi yang sempurna.
4. Miyama, Prefektur Kyoto

Terletak di pedalaman Kyoto, Miyama adalah desa yang sering disebut "Little Shirakawa-go" karena rumah-rumah kayu beratap jeraminya. Bedanya, Miyama lebih sepi dan alami, cocok buat yang pengin menikmati ketenangan musim semi di pedesaan. Sawah berundak di sini mulai menghijau di musim semi, menciptakan pemandangan yang menenangkan.
Selain menjelajahi desa, pengunjung bisa belajar tentang kehidupan petani lokal atau mencoba membuat kerajinan tangan tradisional. Desa ini juga punya beberapa onsen kecil yang cocok buat melepas lelah setelah berjalan-jalan. Buat yang suka fotografi, cahaya pagi di Miyama memberikan pencahayaan sempurna untuk mengabadikan keindahan desa ini.
5. Ouchi-juku, Prefektur Fukushima

Ouchi-juku adalah desa bersejarah yang terkenal dengan jalanan berbatu dan deretan rumah beratap jerami. Di musim semi, suasana desa ini makin hidup dengan bunga-bunga liar yang bermekaran di sepanjang jalan. Pengunjung bisa merasakan atmosfer Jepang zaman Edo sambil menikmati kuliner khas seperti negi soba (soba yang dimakan dengan daun bawang sebagai sumpit).
Desa ini juga punya festival musim semi kecil-kecilan yang menampilkan tarian tradisional dan musik lokal. Buat yang pengin pengalaman lebih autentik, mencoba menginap di salah satu penginapan tradisional adalah pilihan yang tepat. Ouchi-juku mungkin gak sebesar destinasi wisata lain, tapi justru karena itulah pesonanya begitu istimewa.
Jepang di musim semi gak cuma tentang Tokyo atau Kyoto, desa-desa tradisionalnya justru menawarkan pengalaman yang lebih intim dan berkesan. Dari rumah beratap jerami di Shirakawa-go hingga jalanan berbatu di Ouchi-juku, setiap desa punya cerita dan keunikan sendiri.
Buat yang pengin lari dari keramaian dan merasakan ketenangan musim semi ala pedesaan Jepang, kelima desa ini wajib dikunjungi. Siapkan kamera, nikmati kuliner lokal, dan biarkan diri terbuai oleh pesona musim semi yang gak bakal ditemukan di kota besar. Happy traveling!