5 Wisata Religi Islam di Medan, Bisa Jadi Tempat Ngabuburit!

Wajib masuk itinerary saat safari Ramadan

Tahukah kamu kalau Medan pernah menjadi bagian dari Kesultanan Melayu Deli? Berarti terdapat peninggalan bercorak Islam yang bisa kamu jumpai. Kamu pun bisa menjadikannya sebagai tujuan wisata religi Islam untuk membuat bulan Ramadan makin bermakna.

Kira-kira di mana saja ya tempat wisata religi Islam di Medan? Setidaknya ada 5 tempat yang patut kamu kunjungi. Gak cuma masjid peninggalan Kesultanan Melayu Deli!

1. Masjid Lama Gang Bengkok

5 Wisata Religi Islam di Medan, Bisa Jadi Tempat Ngabuburit!Masjid Lama Gang Bengkok (commons.wikimedia.org/HaidirAndiNovianto)

Masjid Lama Gang Bengkok terletak di Jalan Mesjid Nomor 62, Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan. Masjid ini berdiri pada tahun 1874, menjadikannya sebagai masjid tertua kedua di Medan setelah Masjid Osmani. Didirikan oleh empat orang penting, yakni Datuk Muhammad Ali, Syekh Muh. Yacub, Mufti Syekh Hasan Maksum, dan Tjong A Fie.

Masjid Masjid Lama Gang Bengkok dibangun di atas tanah wakaf Datuk Muhammad Ali. Tjong A Fie, saudagar Tionghoa yang turut membangun masjid itu sebagai penghormatan kepada muslim Melayu. Gak heran kalau arsitekturnya menggabungkan budaya Tionghoa, Melayu, dan Persia.

Keunikan lainnya dapat kamu lihat pada bagian atapnya, lebih mirip atap kelenteng daripada kubah masjid umumnya. Warna hijau dan kuning mewakili budaya Islam Melayu. Perpaduan tersebut menunjukkan kerukunan umat beragama di Medan.

Selain fungsinya sebagai tempat ibadah umat Islam, masjid ini juga punya fasilitas perpustakaan. Tersedia sekitar 500 buku agama maupun pengetahuan umum. Saat Ramadan pun menjadi salah satu pusat kegiatan warga setempat.

Beberapa aktivitas rutin yang dilakukan selama Ramadan, yakni tadarus Subuh dan malam hari, sahur, dan buka bersama. Biasanya, bubur pedas dan anyang menjadi makanan untuk berbuka puasa di masjid ini. Warga setempat dan orang yang lewat maupun singgah dapat mencicipinya saat berbuka puasa.

2. Masjid Raya Al-Osmani

5 Wisata Religi Islam di Medan, Bisa Jadi Tempat Ngabuburit!Masjid Raya Al-Osmani (commons.wikimedia.org/Brm12)

Masjid Raya Al-Osmani menjadi masjid tertua di Medan, dibangun pada 1854. Pembangunannya berlangsung pada masa kepemimpinan Sultan Osman Perkasa Alam, sultan ke-7 dari Kerajaan Melayu Deli. Pembangunan sempat terhenti pada 1870–1872, kemudian dilanjutkan oleh putranya, Sultan Mahmud Perkasa Alam yang menjadi sultan ke-8.

Masjid ini terletak di Jalan Kolonel Yos Sudarso Kilometer 17,5, Kelurahan Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan. Bangunan ini didominasi warna kuning sehingga dikenal pula sebagai Masjid Kuning oleh warga setempat. Sedangkan arsitekturnya, khas Kesultanan Deli dengan kubah unik yang terbuat dari tembaga dan kuningan.

Masjid ini memiliki tiga pintu dari setiap serambi untuk memasuki ruang utama. Terdapat 4 buah tiang atau soko guru berbentuk segi delapan. Masjid ini juga dilengkapi dengan bedug berusia ratusan tahun yang masih digunakan sebelum azan berkumandang.

Sedangkan tradisi saat Ramadan mirip dengan Masjid Lama Gang Bengkok. Masih melestarikan tradisi buka bersama dengan memasak bubur pedas. Kemudian, akan dibagikan kepada masyarakat.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Wisata Anak dan Keluarga di Medan

3. Masjid Raya Al-Mashun

5 Wisata Religi Islam di Medan, Bisa Jadi Tempat Ngabuburit!Masjid Raya Al-Mashun (commons.wikimedia.org/Herusutimbul)

Wisata religi berikutnya juga masih berkaitan dengan peninggalan Kesultanan Melayu Deli, yakni Masjid Raya Al-Mashun. Masjid ini dibangun pada 1906–1909, usianya lebih muda dan bangunannya lebih megah dari kedua masjid sebelumnya. Masjid kebanggaan warga Medan ini, dibangun pada masa Sultan Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah IX.

Konon, sebagian besar biaya pembangunan masjid ditanggung oleh sang sultan. Masih melibatkan Tjong A Fie yang turut membantu pembiayaan, pembangunan masjid ini menghabiskan dana sebesar 1 juta gulden Belanda.

Masjid megah tersebut dirancang oleh Theodoor van Erp dan J.A Tingdeman dan proses pembangunan di bawah pengawasan J.A Tingdeman, arsitek asal Belanda. Arsitekturnya memadukan gaya Timur Tengah, India, dan Spanyol. Bangunan utamanya berbentuk segi delapan dengan saya di bagian selatan, timur, utara, dan barat. 

Di samping masjid, terdapat komplek makam keturunan Kesultanan Deli. Wajar saja, jika nama lainnya Masjid Deli, meski terletak di Medan. Pengunjung gak cuma bisa melihat masjid, tapi juga berziarah ke makam para Sultan Deli.

Kini, masjid yang terletak di Jalan Mahkamah Nomor 74c, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan itu diketuai oleh Tengku Hamdi Osman Deli Khan. Ia merupakan adik kandung Sultan Azmi Perkasa Alamsyah XII yang dijuluki Raja Muda. Masjid tersebut termasuk situs sejarah yang dilindungi undang-undang.

4. Istana Maimun

5 Wisata Religi Islam di Medan, Bisa Jadi Tempat Ngabuburit!Istana Maimoon (commons.wikimedia.org/Si_Gam)

Gak jauh dari Masjid Raya Al-Mashun, kamu bisa menuju Istana Maimun yang gak kalah megah. Istana ini terletak di Jalan Brigjen Katamso Nomor 66, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Buka setiap hari, pukul 08.00–17.00 WIB dan harga tiket masuknya Rp5.000–10.000.

Istana Maimun dibangun oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang memerintah Kesultanan Deli pada 1873–1924. Pembangunannya berlangsung antara tahun 1888 hingga 1891. Nama istana tersebut diambil dari nama permaisurinya, Siti Maimunah.

Istana ini menggantikan peran istana Kesultanan Deli yang berada di Medan Labuhan. Hal ini juga menjadi tanda bahwa ibu kota barunya berada di jantung Kota Medan. Karena, Medan Labuhan dianggap sudah terlalu padat dengan aktivitas perdagangan.

Arsiteknya juga sama dengan perancang Masjid Raya Al-Mashun, Theodoor van Erp. Arsitekturnya pun merupakan akulturasi budaya dari berbagai negara. Termasuk perpaduan India, Melayu, Presia, Eropa, dan Indonesia.

Gaya Melayu, dapat dilihat pada atap istana yang berbentuk limas dengan corak pucuk rebung dan awan boyan. Gaya Eropa tampak pada tiang-tiang penyangga, kubah, hingga lampu gantung yang didatangkan dari Prancis. Perabot istana didatangkan dari Belanda dan Inggris, sedangkan lantainya berasal dari Italia.

Terdapat 30 ruangan dengan fungsi berbeda di istana ini, terdiri dari 2 lantai 3 bagian yaitu bagian induk, sayap kanan, dan sayap kiri. Kamu dapat mengeksplorasi setiap sudutnya karena kini Istana Maimun berfungsi sebagai museum.

5. Makam Datuk Kota Bangun

5 Wisata Religi Islam di Medan, Bisa Jadi Tempat Ngabuburit!Makam Datuk Kota Bangun (google.com/maps/Indra Kusuma)

Setelah puas menjelajah wisata religi megah yang erat kaitannya dengan Kesultanan Deli, kamu bisa berziarah ke Makam Datuk Kota Bangun. Tempat keramat ini terletak di Gang Keluarga II, Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli, Kota Medan. Makam ini diyakini sebagai tempat peristirahatan tokoh penyebar Islam di Medan, Syekh Syaid Muhammad Ibnu Attahir Al-Jufri.

Makam ini bernuansa hijau dan kuning, berbentuk persegi panjang, dan dipenuhi bebatuan. Terletak di tengah perkampungan dan keberadaan makam tersebut dianggap keramat sejak dahulu. Keberadaan Datuk Kota Bangun juga dikaitkan dengan Guru Patimpus, pendiri Kota Medan.

Datuk Kota Bangun disebut-sebut sebagai orang sakti. Informasi tersebut sampai di telinga Guru Patimpus dan berkeinginan untuk menantang. Jika Datuk Kota Bangun kalah, maka harus masuk ke dalam kepercayaan tradisionalnya. Sebaliknya, jika Datuk Kota Bangun memenangkan pertarungan, maka Guru Patimpus yang akan masuk Islam.

Alhasil, Guru Patimpus kalah dan menepati janjinya. Meski kalah, Guru Patimpus diberikan tempat di Sei Kambing untuk menetap. Seiring berjalannya waktu, nama Datuk Kota Bangun semakin redup sedangkan Guru Patimpus semakin dikenal masyarakat luas.

Kelima wisata religi Islam di Medan tersebut dapat kamu kunjungi seharian. Kamu juga bisa menjadikannya sebagai tempat ngabuburit sambil menunggu waktu berbuka puasa. Selain berziarah, kamu juga bisa menambah pengetahuan kejayaan Islam di Medan. 

Baca Juga: 8 Kuliner Medan yang Kena Pesugihan Online Nex Carlos, Bikin Nagih! 

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya