Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Pohon Natal Rockefeller Center Sangat Populer?

ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center
ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center (unsplash.com/Kaydn Ito)
Intinya sih...
  • Sejarah haru di balik tradisi megah
    • Tradisi dimulai pada masa Great Depression
    • Pohon menjadi simbol ketangguhan kota New York
    • Proses seleksi pohon yang sangat ketat
      • Pencarian pohon terbaik oleh kepala tukang kebun legendaris
      • Pemindahan pohon dengan proses sulit dan hati-hati
      • Kilauan ribuan kristal dan jutaan lampu
        • Lebih dari 50 ribu lampu LED warna-warni digunakan
        • Bintang mahakarya dari Swarovski
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bayangkan kamu sedang berdiri di tengah gedung-gedung pencakar langit Manhattan saat musim dingin, di mana embusan angin yang menusuk tulang tiba-tiba terasa hangat saat ribuan pasang mata tertuju pada satu titik yang sama. Di sana, ada sebuah pohon cemara raksasa berdiri dengan anggun, memancarkan cahaya yang menghapus kegelapan malam di New York.

Momen magis yang bisa dinikmati setiap tahun itu membuat orang bertanya, sebenarnya kenapa pohon Natal di Rockefeller Center bisa sangat populer? Padahal, awalnya pohon Natal ini bukan dari kemewahan, melainkan dari sebuah harapan kecil di atas tumpukan lumpur sisa pembangunan gedung saat masa sulit ekonomi melanda dunia.

1. Sejarah haru di balik tradisi megah

ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center
ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center (unsplash.com/Benjamin Ashton)

Tahukah kamu? Tradisi pohon Natal di Rockefeller Center ini sebenarnya dimulai secara spontan pada masa “Great Depression” pada 1931. Saat itu, para pekerja konstruksi yang sedang membangun Rockefeller Center merasa bersyukur karena masih memiliki pekerjaan di tengah krisis ekonomi yang hebat.

Sebagai rasa syukur, mereka mengumpulkan uang untuk membeli pohon cemara balsam setinggi 6 meter dan menghiasinya dengan karangan bunga buatan tangan dari keluarga mereka. Hal ini menciptakan ikatan emosional yang kuat sejak hari pertama pohon itu berdiri.

Dua tahun kemudian, pada 1933, pihak Rockefeller Center akhirnya memutuskan untuk menjadikan ini sebagai acara tahunan yang resmi. Sejak saat itulah, perayaan ini berkembang dari sebuah simbol rasa syukur pekerja menjadi simbol ketangguhan kota New York. Kamu dapat melihat bagaimana sejarah ini memberikan jiwa pada setiap pohon yang dipilih, karena hal ini melambangkan kemenangan atas masa-masa sulit yang pernah dihadapi oleh warga kota tersebut.

2. Proses seleksi pohon yang sangat ketat

ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center
ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center (unsplash.com/Alex Haney)

Bayangkan kamu menjadi Erik Pauze, sang kepala tukang kebun legendaris, yang menghabiskan sepanjang tahunnya untuk menelisik pohon terbaik. Ia gak hanya mencari pohon di katalog, melainkan berkendara melintasi pedesaan, mengamati halaman belakang rumah orang asing, hingga memantau dari helikopter demi mendapatkan satu kandidat yang sempurna untuk memeriahkan Natal di Rockefeller Center. 

Alhasil, pohon yang terpilih bukanlah sekadar tanaman biasa, melainkan “superior" di dunia botani. Sebab, pohon tersebut harus memiliki bentuk simetris sempurna dan ketahanan luar biasa untuk berdiri tegak di tengah terpaan angin Manhattan yang kencang.

Bagi pemilik rumah yang pohonnya terpilih, momen ini sering menjadi puncak emosional dalam hidup mereka, layaknya memenangkan lotre keajaiban Natal, lho. Setelah pohon dipilih, proses pemindahan yang sulit ini pun dimulai, pohon raksasa ini akan dibungkus dengan sangat hati-hati, diangkut menggunakan truk trailer khusus yang sangat panjang, dan dikawal oleh iring-iringan polisi menuju pusat kota. Melihat detail dan dedikasi dalam proses kurasi untuk menjaga standar kualitasnya tetap tinggi, sehingga setiap tahunnya kamu selalu disuguhi pohon dengan penampilan paling prima yang pernah ada di dunia.

3. Kilauan ribuan kristal dan jutaan lampu

ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center
ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center (unsplash.com/Qihai Weng)

Begitu pohon itu tegak berdiri, kamu akan menyaksikan transformasi yang luar biasa saat para teknisi mulai melilitkan "perhiasan" pada dahan-dahannya. Gak tanggung-tanggung, ada lebih dari 50 ribu lampu LED warna-warni yang jika kabelnya direntangkan, panjangnya bisa mencapai sekitar 8 kilometer, hampir setara dengan jarak tempuh lari pagi yang cukup jauh, lho! 

Cahaya yang berpendar ini menciptakan atmosfer yang begitu dramatis, seolah-olah seluruh keajaiban musim dingin ini dikumpulkan dalam satu titik di tengah-tengah beton New York. Keren banget, kan? Keajaiban pohon Natal di Rockefeller Center gak berhenti di sini.

Kalau kamu melihat ke langit pusat New York ini, puncak tertinggi pohon Natal yang menyentuh langit akan bertengger sebuah bintang mahakarya dari Swarovski yang didesain oleh arsitek ternama dengan berat mencapai ratusan kilogram. Bintang ini dilapisi jutaan kristal yang akan memantulkan cahaya lampu kota dengan cara yang sangat megah, membuat siapa pun yang mendongak akan merasa terpesona. 

Perpaduan antara teknologi pencahayaan modern dan kemewahan kristal inilah yang memastikan mata kamu gak akan bisa berpaling sedetik pun dari keindahannya. Jadi, jangan dilewatkan, ya!

4. Menjadi bintang di layar lebar dan budaya pop

ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center
ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center (unsplash.com/Manny Alvarez)

Pernahkah kamu merasa deja vu saat melihat pohon ini, meski belum pernah ke Amerika Serikat? Itu karena pohon Natal di Rockefeller Center adalah "aktor" veteran yang telah membintangi puluhan film ikonik, salah satunya adalah Home Alone 2: Lost in New York (1992). Melalui layar kaca, pohon ini telah menjadi ikon New York yang hadir di setiap ruang tamu jutaan keluarga di seluruh dunia. Jadi, gak mengherankan, bagi sebagian besar milenial merasa Natal gak sah rasanya kalau belum melihat siluet pohon besar ini di latar belakang film-film Natal saat melihat televisi. 

Lebih dari sekadar properti film, malam penyalaan lampunya juga menjadi ikon penting dalam sebuah konser raksasa yang sukses menyatukan berbagai generasi melalui musik. Musisi papan atas dunia bergantian naik ke panggung untuk memberikan penghormatan pada tradisi ini, menciptakan sebuah memori kolektif yang sulit dilupakan. Dengan eksposur media yang begitu masif setiap tahun, pohon ini bukan lagi sekadar pohon kota, melainkan telah menjadi ikon budaya pop global yang statusnya setara dengan monumen-monumen bersejarah dunia lainnya, nih.

5. Simbol kebaikan yang berkelanjutan

ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center
ilustrasi pohon natal di Rockefeller Center (pexels.com/Brialix Núñez)

Keajaiban yang sesungguhnya justru terjadi ketika lampu-lampu padam dan keramaian mulai surut di penghujung Januari. Kamu mungkin mengira pohon setinggi 25 meter ini akan berakhir di tempat pembuangan sampah, tapi kenyataannya jauh lebih menyentuh hati, lho.

Sejak 2007, kayu dari pohon ini didonasikan kepada organisasi Habitat for Humanity untuk diolah menjadi bahan bangunan berkualitas tinggi. Serat-serat kayu yang dulunya menyangga lampu Natal, kini berubah menjadi dinding dan fondasi rumah bagi keluarga yang membutuhkan.

Dengan adanya tradisi donasi ini, setiap pengunjung yang datang sebenarnya juga sedang menyaksikan sebuah siklus kebaikan yang gak pernah putus. Kamu bisa membayangkan bahwa serat-serat kayu yang dulunya menopang ribuan lampu kristal, kini telah berubah menjadi dinding dan fondasi yang kokoh bagi sebuah keluarga untuk berteduh. 

Kemegahan yang kamu saksikan hari ini merupakan bentuk kontribusi nyata bagi kehidupan seseorang di masa depan yang mungkin gak pernah kamu temui. Filosofi berbagi dan kedamaian inilah yang memberikan jawaban paling tulus atas pertanyaan kenapa pohon Natal di Rockefeller Center sangat populer. Ingatlah jika pada akhirnya, Natal ini bukan hanya tentang gemerlap lampu, melainkan tentang cahaya kemanusiaan yang terus menyala bahkan setelah musim liburan usai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Travel

See More

7 Danau Paling Populer di Jepang untuk Memancing saat Musim Dingin

19 Des 2025, 20:30 WIBTravel