Geliat Optimisme Sektor Pariwisata Banyuwangi Siap Kembali Bangkit
Banyuwangi, IDN Times – Dalam beberapa tahun terakhir, sektor pariwisata di Kabupaten Banyuwangi terus menggeliat. Mulai dari kunjungan wisatawan hingga pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata menunjukkan perkembangan yang signifikan meski kini dihantam pandemik Covid-19, tetap ada optimisme untuk kembali bangkit.
Banyuwangi yang semula tidak begitu dilirik sebagai daerah tujuan berwisata, dalam beberapa tahun terakhir bersilih rupa menjadi destinasi alternatif yang banyak diminati. Wisatawan domestik hingga internasional kini mengenal banyak destinasi di Banyuwangi, seperti Kawah Ijen, Pantai Pulau Merah, Teluk Hijau, Pulau Tabuhan, Bangsring Underwater, dan Pantai Boom. Begitu pun wisata event (event tourism), seperti International Tour de Banyuwangi Ijen, Kite and Wind Surfing Tabuhan, Festival Gandrung Sewu, Banyuwangi Ethno Carnival, Jazz Ijen, dan Banyuwangi Beach Jazz Festival juga mulai diserbu.
1. Pengembangan pariwisata Banyuwangi juga berkaitan dengan membangun daya saing warga
Pariwisata Banyuwangi dikembangkan karena sektor tersebut punya dampak pengganda yang besar dan langsung dirasakan rakyat. Pengembangan pariwisata yang dilakukan di Banyuwangi pun tak hanya berkaitan dengan promosi dan perputaran ekonomi. Pengembangan pariwisata dijadikan ‘payung’ bagi pengembangan sektor lainnya, termasuk bagaimana membangun daya saing warga.
Lewat pariwisata, pemerintah daerah setempat ingin membangun daya saing warga. Hilir-mudik wisatawan dari luar akan mengasah daya saing: keinginan untuk senantiasa memenangkan kompetisi dengan jalan meningkatkan kapasitas diri. Kini setiap program pemberdayaan masyarakat selalu diburu masyarakat, seperti kursus gratis bahasa asing atau program penciptaan pengusaha baru dengan beragam pelatihan teknis wirausaha, yang menjadi indikator tentang bagaimana kesadaran bersama untuk meningkatkan kapasitas.
Dengan pariwisata, ada banyak orang luar kota dan luar negeri yang datang. Mereka tergerak dengan sendirinya, sadar bahwa harus mahir bahasa asing, minimal bisa bercakap-cakap dengan wisatawan. Demikian pula warga yang memproduksi suvenir atau makanan, giat ikut pelatihan biar produk yang dijajakan semakin berkualitas.
2. Pariwisata membentuk perilaku warga
Penduduk lokal berinteraksi dengan wisatawan untuk sama-sama memberi manfaat positif. Secara bertahap, aspek perilaku warga didorong ke arah perilaku sadar wisata (tourism behaviour), seperti mencintai kebersihan, ikut merasa memiliki daerahnya, ramah, menghargai perbedaan, dan kian toleran.
Geliat pariwisata juga tampak dari semangat warga yang mengelola destinasi secara mandiri, seperti di Rumah Apung Bangsring, wisata arung jeram Sungai Badeng, Pantai Cemara, desa adat Kemiren, desa wisata Banjar, Pantai Cacalan, Pantai Wedi Ireng, dan Pantai Teluk Hijau.
3. Wisata edukasi penangkaran penyu yang dikelola masyarakat di Pantai Boom
Salah satu yang menonjol adalah Rumah Apung di Pantai Bangsring. Di sana, tiap akhir pekan, dibanjiri sedikitnya 3.000 wisatawan. Mereka menikmati wahana permainan air, snorkeling, berenang bersama ikan hias, atau sekadar menikmati pantai di Pulau Tabuhan. Pengelolanya adalah Kelompok Nelayan Samudera Bakti dengan total 70 nelayan. Mereka belajar mengelola destinasi wisata secara mandiri seiring dengan perkembangan wisata di Banyuwangi.
Mereka dahulu mencari ikan dengan menggunakan bom. Tapi sejak pariwisata masuk, mereka menghentikan aktivitas negatif itu dan beralih menjadi pengelola destinasi wisata. Mereka mengelola rumah apung dengan delapan keramba, paddle board, 17 kano, 4 banana boat serta ratusan peralatan snorkeling dan selam.
