Gunung Kilimanjaro (unsplash.com/Crispin Jones)
Mendaki Everest biasanya memerlukan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun persiapan, baik dari segi fisik maupun logistik. Pendaki harus mengikuti latihan ketahanan, simulasi pendakian di pegunungan tinggi lain, serta investasi besar untuk peralatan khusus dan biaya ekspedisi yang bisa mencapai puluhan ribu dolar. Kilimanjaro lebih ramah dari sisi biaya dan persiapan karena banyak pendaki yang berhasil mencapainya hanya dengan latihan fisik standar beberapa bulan sebelumnya. Meski demikian, stamina dan kondisi tubuh tetap faktor utama untuk menuntaskan perjalanan.
Keberhasilan di kedua gunung tersebut pada akhirnya tidak hanya bergantung pada ketinggian atau cuaca, melainkan juga pada disiplin latihan dan kesiapan mental. Everest membutuhkan daya tahan ekstrem karena durasi ekspedisi bisa lebih dari dua bulan, sementara Kilimanjaro rata-rata ditempuh dalam 6–9 hari. Perbedaan ini membuat Kilimanjaro sering dipilih sebagai "latihan besar" sebelum mencoba Everest. Dengan kata lain, kesiapan tubuh bisa menjadi jembatan antara mimpi dan kenyataan dalam mendaki dua gunung legendaris ini.
Melihat berbagai aspek, perbedaan gunung Kilimanjaro dan Everest bukan hanya soal angka ketinggian tetapi juga mencakup letak geografis, kondisi cuaca, hingga jenis persiapan yang dibutuhkan. Keduanya memberikan pengalaman mendaki yang berbeda, sehingga pilihan mana yang lebih sulit sebenarnya bergantung pada perspektif dan tujuan perjalananmu. Bagi sebagian orang, Kilimanjaro bisa menjadi awal perjalanan besar, sedangkan bagi yang lain, Everest tetap menjadi puncak tertinggi dalam arti harfiah maupun simbolis.