5 Wisata Budaya di Yogyakarta, Pesonanya Tak Lekang Waktu

Selalu ada yang istimewa setiap kali menginjakkan kaki di Yogyakarta. Bukan hanya tentang aroma gudeg yang menggugah selera, tetapi suasana kota yang menyimpan beragam cerita budayanya pun tak lekang oleh waktu.
Selama 11-13 Agustus 2025, IDN Times berkesempatan mengikuti wisata budaya bersama Traveloka mengunjungi beberapa destinasi di Yogyakarta. Kota Pelajar ini selalu menyenangkan ketika dikunjungi sebagai destinasi liburan. Jejak sejarah dan seninya masih terawat indah di setiap sudut kotanya.
“Budaya itu, kan, cukup luas, ya. Budaya itu tidak hanya tarian, tidak hanya musik, tetapi juga way of life. Itu termasuk budaya juga,” kata Gusti Kanjeng Ratu Bendara di Keraton Yogyakarta, kepada para wartawan, Rabu (13/8/2025).
Jika kamu berencana liburan ke Yogyakarta, setidaknya masukkan lima wisata budaya ini ke dalam itinerary liburanmu. Deretan destinasi berikut akan membuat siapa pun jatuh cinta dan selalu ingin kembali lagi.
1. Desa Wisata Tamansari

Tamansari merupakan situs bersejarah yang menjadi cagar budaya yang sudah ada sejak tahun 1758. Situs ini milik Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang berarti taman yang indah. Area Tamansari terbagi menjadi empat bagian besar dari kompleks Segaran, Pasiraman Garjitawati, Pasiraman Umbul Binangun, dan Pasareyan Ledok Sari.
Akibat peperangan dan gempa bumi hebat pada 1867, kini Tamansari hanya menyisakan beberapa situs dan bangunan sekitar 50 persen dari total keseluruhannya. Tamansari memiliki total 58 bangunan yang masih merepresentasikan bagaimana kemegahan taman raja pada masa lampau. Secara arsitektur, spot wisata heritage ini mengombinasikan kekhasan dari arsitektur Jawa, Portugis, dan Belanda.
Secara fungsional, Tamansari digunakan sebagai tempat pertahanan dan perlindungan, tempat meditasi, dan tempat rekreasi. Pengunjung bisa mengunjungi Gedong Carik, Pasarean Ledoksari, Gapura Umbulsari, Urung-Urung, Pulau Cemeti.
Urung-urung Timur dan Sumur Gumuling merupakan dua area ikonik yang menjadi spot foto wisatawan. Namun, Sumur Gumuling masih ditutup sejak sejak pandemik COVID-19 dan belum ada imbauan untuk dibuka kembali. Rencananya pada akhir 2025, situs Tamansari akan mengalami pemugaran tetapi pengunjung masih bisa menikmati wisata budaya ini.
Tempat wisata ini beroperasi setiap hari dari pukul 09.00 hingga 15.00 WIB. Tiket masuk untuk wisatawan domestik cukup terjangkau, yakni sebesar Rp10 ribu untuk anak-anak (2-12 Tahun), serta dewasa (12 tahun ke atas) sebesar Rp15 ribu.
Sedangkan, photo session dengan kamera profesional dikenai biaya yang berbeda. Photo session untuk pelajar dan mahasiswa sebesar Rp150 ribu, prewedding Rp250 ribu.
2. Museum Benteng Vredeburg

Selain menikmati waktu menyusuri jalan Malioboro, kamu bisa mampir mengunjungi bangunan peninggalan masa kolonial, yakni Museum Benteng Vredeburg. Bukan sembarang museum, destinasi wisata ikonik ini juga menyediakan ruang terbuka hijau yang asri. Bahkan, kamu bisa melihat pemandangan titik nol Kota Yogyakarta dari gardu pandang yang terletak di wilayah depan museum ini.
Museum Benteng Vredeburg memuat lebih dari 7.000 benda bersejarah. Di antaranya peralatan rumah tangga dan peralatan perang, serta benda-benda yang digunakan pada masa proklamasi. Bangunannya masih mengadopsi gaya kolonial yang identik dengan atap tinggi, jendela lebar, dan pintu yang besar.
Di Museum Benteng Vredeburg, ada beberapa bangunan yang difungsikan sebagai barak prajurit. Salah satunya di sisi barat, bangunan dua lantai ini dulu digunakan sebagai tempat tinggalnya para prajurit Belanda. "Benteng ini sendiri fungsi utamanya sebagai pengawas terhadap Kesultanan Yogyakarta, dan tempat istirahat atau tempat tinggal prajurit Belanda,” kata Andi Arif Adi Mulya selaku edukator dari Museum Benteng Vredeburg saat media trip bersama Traveloka pada Senin (11/8/2025).
Selain mempelajari sejarah lewat diorama-diorama, kamu bisa juga mengikuti diskusi sejarah, pameran kontemporer, hingga pertunjukan lintas cahaya. Berada di tengah Kota Yogyakarta, museum ini buka setiap hari dari jam 08.00 hingga 21.00 WIB.
Tiketnya sangat terjangkau mulai dari Rp10 ribu untuk anak-anak, Rp15 ribu untuk dewasa, dan Rp30 ribu untuk wisatawan asing setiap Senin hingga Kamis. Harganya akan berbeda selama Jumat-Minggu di atas jam 16.00 WIB. Anak-anak maksimal 12 tahun dikenai harga tiket Rp20 ribu, dewasa Rp25 ribu, dan wisatawan asing Rp50 ribu. Masih cukup murah, kan?
Khusus penyandang disabilitas, tamu negara, yatim piatu, lanjut usia, masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi bisa masuk secara gratis.
3. Ramayana Ballet Prambanan

Bingung mau ke mana saat malam hari di Yogyakarta? Tenang, ada satu pengalaman yang gak boleh kamu lewatkan, yaitu menyaksikan Ramayana Ballet Prambanan! Bayangkan, kamu duduk di depan kemegahan Candi Prambanan sambil menyaksikan kisah Rama dan Sita yang dibawakan dengan tata musik, cahaya, dan tari yang memukau.
Ramayana Ballet Prambanan merupakan pertunjukan seni kolosal yang membawa penonton untuk larut dalam kisah cinta Ramayana. Tentunya, berpadu harmonis dengan tarian jawa klasik, iringan musik gamelan, serta permainan cahaya dan api.
Ramayana Ballet Prambanan rutin menarik perhatian warga lokal maupun wisatawan asing. Umumnya, pertunjukkan ini digelar secara outdoor dengan kapasitas 800-1.000 orang per pertunjukan. Ketika cuaca kurang mendukung, maka pertunjukkan tetap dilaksanakan tetapi di dalam Teater Trimurti dengan kapasitas 500 orang per pertunjukan.
Pengalaman menonton terbagi menjadi beberapa kelas dari VIP, Kelas Spesial, Kelas 1, dan Kelas 2. Pertunjukannya mengangkat beragam cerita dari kisah Rama dan Shinta, Roro Jonggrang, dan Padhang Bulan yang hanya berlangsung sekali saja saat bulan purnama.
Kisah cinta epik ini dibawakan oleh para penari dengan konsep open air theater pada Selasa, Kamis, dan Sabtu setiap jam 19.30 WIB. Pencahayaan dramatis, suara gamelan, lantunan sinden akan membawamu ke dunia yang magis. Kamu bisa langsung mendapatkan tiketnya mulai dari Rp150 ribu-Rp450 ribu!
4. Kagungan Dalem Kedhaton Keraton Yogyakarta

“Situs-situs seperti Kagungan Dalem Museum atau museum milik Kraton Yogyakarta seperti unit Kedhaton, unit Wahanarat maupun Taman Sari, hingga Benteng Vredeburg bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga ruang untuk menyelami kekayaan sejarah,” ujar Gusti Kanjeng Ratu Bendara.
Terletak di jantung kota Yogyakarta, Keraton Yogyakarta menyimpan jejak panjang kebudayaan Jawa yang masih terasa hangat sampai sekarang. Lewat Museum Kedhaton, kita diajak mendalami bagaimana kisah Keraton Yogyakarta dan tradisinya yang diwariskan turun temurun. Bukan sekadar situs sejarah, Museum Kedhaton menjadi bagian dari simbol budaya dan identitas masyarakat Yogyakarta.
Ketika memasuki Kagungan Dalem Kedhaton yang berada di komplek utama Keraton Yogyakarta, kamu akan langsung disambut dengan arsitektur bangunan klasik nan megah. Kini, sebagian area dari Keraton Yogyakarta yang menjadi tempat kediaman Sultan ini menjadi destinasi pariwisata dan dikelola oleh Kawedanan Radya Kartiyasa.
Semua warisan budaya Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, baik benda maupun tak benda, ada di dalam Kagungan Dalem Museum Kedhaton. Kehadiran para Abdi Dalem dengan baju luriknya yang khas itu menjadi daya tarik wisatawan untuk lebih mengenal sejarah Keraton Yogyakarta.
Ada banyak hal yang bisa kita lihat seperti bangsal Pancaniti, bangsal Sri Manganti, bangsal Trajumas, bangsal Pacacosan, Regol Donopratorap, bangsal Manis, bangsal Kencana, Gedhong Prabayeksa, Gedhong Kuning, Jempana dan Joli, Ruang Daur Hidup, Ruang Konservasi.
Gusti Kanjeng Ratu Bendara mengatakan masyarakat bisa menjajal program menjadi Abdi Dalem Experience. Program ini berawal dari rasa penasaran masyarakat tentang Abdi Dalem di Keraton Yogyakarta.
"Idenya banyak orang yang kepo tentang abdi dalam. Kehidupan abdi dalam itu seperti apa? Bahkan banyak ada yang video Abdi Dalem berangkat dari rumah, bagaimana untuk mereka sowan, dan habis itu pulang dan lain sebagainya. Kita mengemasnya dengan bagaimana wisatawan bisa menjadi Abdi Dalem sehari," kata Gusti Kanjeng Ratu Bendara.
Kagungan Dhalem Museum Kedhaton ini juga menampilkan pertunjukkan seni maupun pameran. Kamu bisa beli tiketnya mulai dari Rp10 ribu untuk anak-anak, Rp15 ribu untuk dewasa, dan Rp25 ribu untuk wisatawan asing.
5. Royal Ambarrukmo Hotel

Setelah seharian menyusuri jejak budaya Yogyakarta, ada satu cara istimewa untuk menutup perjalanan ini, yakni bermalam di Royal Ambarrukmo Hotel. Hotel ini merupakan hotel legendaris yang terkenal dengan nuansa sejarah dan budayanya. Royal Ambarrukmo Hotel sudah ada sejak 1966 dan bagian dari kompleks Pesanggrahan Kedhaton Ambarrukmo.
Bagi kamu yang suka mencari pengalaman menginap yang dibalut budaya, maka hotel inilah jawabannya. Ada bagian-bagian bangunan yang masih dipertahankan seperti Pendopo Agung dan Ndalem Ageng. Meskipun dari luar tampak seperti bangunan tua, hotel bintang lima ini menghadirkan 247 unit kamar dengan fasilitas yang mewah.
Kalau menginap di sini, kamu gak akan bosan karena bisa mencoba beragam aktivitas nuansa tradisional. Ada Nurkadhatyan Spa dengan terapi tradisional khas Keraton Yogyakarta, ritual teh Patehkan, dan menikmati sarapan ala keluarga kerajaaan yang disebut Ladosan Dhahar. Kamu juga bisa mengikuti kelas-kelas seperti tarik klasik, panahan, tari kreasi baru, violin, suling bambu, bahkan kelas menulis dan membaca surat dalam aksara Jawa.
"Nah, gerakan pemijatannya pun itu kami tariknya dari unsur tari. Jadi kalau misalnya tempat spa yang lainnya mungkin hanya setengah badan ke atas yang bergerak terapisnya gitu ya. Tapi, kalau di Nurkadhatyan Spa, itu bener-bener kuda-kuda (gerakan) jadi yang gerakannya adalah seluruh badan," ujar Gusti Kanjeng Ratu Bendara saat ditemui di Bale Raos pada Rabu (13/8/2025).
Tarif menginap di Royal Ambarrukmo Hotel berkisar dari Rp1,6 juta hingga Rp10 juta. Lokasinya berada di Jalan Laksda Adisucipto No.81, Ambarukmo, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman.
Itu dia rekomendasi wisata budaya yang bisa kamu lakukan di Yogyakarta. Setiap destinasinya bukan cuma tempat singgah tapi bisa membuatmu lebih dekat lagi dengan warisan leluhur yang penuh kenangan.