Mengenal 10 Bagian Rumah Adat Bali dan Keunikannya

Setiap daerah di Indonesia memiliki rumah adat dengan filosofi tersendiri, begitu pula dengan rumah adat Bali. Filosofi yang dianut ialah Tri Hita Karana, yakni Parahyangan (Tuhan), Palemahan (alam sekitar), dan Pawongan (sesama manusia).
Prinsip filosofi inilah yang membuat rumah adat Bali memiliki sejumlah bangunan dengan beragam fungsi. Misalnya untuk ibadah, beristirahat, dan bercengkerama sesama keluarga. Rumah adat Bali juga punya nama yang dibagi berdasar bentuknya. Simak 10 nama rumah adat Bali berikut ini.
Nama rumah adat Bali

Seperti yang kamu tahu, Bali memiliki beberapa nama rumah adat yang didasarkan pada bentuk rumah. Nah, berikut adalah informasi lengkapnya.
1. Angkul-angkul
Rumah adat Bali ini bentuknya menyerupai gapura yang berfungsi sebagai pintu masuk. Berbeda dengan bangunan lain, angkul-angkul mempunyai atap pada bagian pintu masuk.
2. Aling-aling
Ini merupakan bangunan yang paling dominan. Aling-aling dipakai sebagai pembatas antara angkul-angkul dengan pekarangan. Aling-aling dipercaya mampu menghadang aura negatif yang masuk ke dalam pekarangan rumah.
3. Bale Manten
Selanjutnya, ada Bale Manten. Berbentuk persegi panjang dan diletakkan di sebelah utara bangunan utama. Terdapat dua ruangan pada Bale Manten, yakni bale kanan dan bale kiri. Bangunan ini diperuntukkan kepala keluarga atau anak gasi yang belum menikah.
4. Bale Dauh
Bangunan Bale Dauh banyak ditemui di tiap rumah adat Bali. Ini difungsikan sebagai ruang tamu. Uniknya, Bale Dauh memiliki lantai lebih rendah dibanding Bale Manten.
Bale Dauh pun dilengkapi sejumlah tiang dengan penyebutan nama berbeda. Bila berjumlah enam tiang disebut sekenem, kalau delapan tiang adalah sakutus atau antasari, dan sembilan tiang diberi nama sangasari.
5. Bale Sekapat
Bale Sekapat ialah rumah adat Bali yang berfungsi sebagai tempat bercengkerama antar anggota keluarga. Uniknya, Bale Sakepat dilengkapi empat tiang penyangga serta atap berbentuk pelana.
6. Bale Dangin atau Bale Gede
Bale Dangin dipakai sebagai tempat berkumpul dan penyajian makanan khas Bali untuk upacara adat. Diletakkan di sebelah timur bangunan utama dengan kondisi lantai yang lebih tinggi dari Bale Manten. Ukurannya 4,8 x 4,8 meter, tinggi lantainya 0,8 meter.
7. Pawaregen atau Paon
Mirip bahasa Jawa, makna pawaregen atau paon adalah dapur. Dalam rumah adat Bali, paon diletakkan di selatan atau barat laut rumah utama. Paon sendiri dibagi atas dua bagian, yakni luar untuk memasak dan dalam digunakan menyimpan bumbu dapur.
8. Lumbung
Di Bali, Lumbung juga disebut jineng atau klumpu. Seperti umumnya, lumbung difungsikan untuk menyimpan makanan seperti padi, beras, jagung, dan makanan kering lainnya. Sementara bagian bawah Lumbung, digunakan menyimpan gabah yang belum dijemur.
9. Klumpu Jineng
Bangunan satu ini terbilang unik, bentuknya seperti rumah panggung berukuran kecil. Bagian dindingnya terbuat dari jerami kering. Klumpu Jineng sendiri berfungsi sebagai tempat menaruh gabah atau padi yang sudah dijemur.
10. Sanggah
Sanggah adalah pura keluarga yang selalu ada dalam komplek perumahan pribadai. Tentu berfungsi sebagai tempat sembahyang keluarga. Peletakkannya pun ada di area timur laut rumah utama.
Keunikan rumah adat Bali

Setelah mengetahui jenis rumah adat Bali, barangkali kamu sadar kalau terdapat keunikan di rumah tersebut. Nah, berikut keunikan rumah adat Bali:
- Mempunyai banyak jenis bangunan yang terpisah-pisah
- Terdapat ukiran penuh makna di bagian rumahnya.
- Umumnya, rumah adat Bali berbentuk persegi atau persegi panjang
- Rumah adat Bali memiliki 3 aspek, yakni Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan dengan arsitektur bergaya Asta Kosala Kosali
- Dilengkapi Gapura Candi Bentar sebagai pintu masuk.
Nah, itulah ulasan rumah adat Bali yang perlu kamu tahu. So, ketikalagi berwisata ke Bali, jangan lupa mampir ke beberapa rumah adatnya untuk sekadar berswafoto atau memperdalam pengetahuan, ya.
Temukan pula rekomendasi tempat wisata asyik di IDN Times buat healing atau hang out bareng teman-teman. Jangan lupa cek spot favoritmu di sini, ya!