Sejarah Wat Arun, Kuil Fajar Ikonik di Thailand

- Wat Arun berdiri pada masa Kerajaan Ayutthaya
- Peran Wat Arun di masa Raja Thaksin sebagai simbol kebangkitan spiritual
- Renovasi besar-besaran di masa Raja Rama II dan Rama III membuat Wat Arun menjadi ikon wisata dan budaya Thailand
Kalau kamu pernah melihat foto ikonik Thailand, pasti sudah tak asing lagi dengan Wat Arun atau yang dikenal sebagai Kuil Fajar. Kuil megah ini berdiri anggun di tepi Sungai Chao Phraya dan selalu menjadi destinasi wajib wisatawan mancanegara. Keindahan arsitekturnya yang khas membuat Wat Arun mempunyai daya tarik yang tak lekang oleh waktu.
Namun, di balik keindahan Wat Arun, terdapat sejarah panjang yang penuh makna. Dari masa kerajaan hingga kini menjadi ikon wisata Thailand, kuil ini menyimpan kisah menarik yang patut kamu ketahui. Yuk, kita kupas bersama sejarah Wat Arun yang dikenal sebagai Kuil Fajar ikonik di Thailand sebelum kamu liburan ke sana.
1. Awal berdirinya Wat Arun di masa Kerajaan Ayutthaya

Wat Arun pertama kali berdiri pada masa Kerajaan Ayutthaya di abad ke-17. Saat itu, kuil ini masih bernama Wat Makok, sesuai dengan nama desa tempatnya berada. Keberadaannya menjadi simbol penting spiritual masyarakat di sekitar Sungai Chao Phraya.
Meski belum sebesar dan semegah sekarang, Wat Makok tetap menjadi tempat beribadah yang disegani. Letaknya yang strategis membuat kuil ini sering dikunjungi peziarah. Seiring berjalannya waktu, kuil ini mulai dikenal sebagai salah satu pusat spiritual penting di Thailand.
2. Peran Wat Arun di masa Raja Thaksin

Setelah jatuhnya Kerajaan Ayutthaya pada 1767, Raja Thaksin menjadikan Thonburi sebagai ibu kota baru. Wat Makok kemudian dipilih sebagai kuil kerajaan dan diubah namanya menjadi Wat Chaeng. Pada masa itu, kuil ini menjadi simbol kebangkitan spiritual masyarakat Thailand.
Raja Thaksin juga dikenal sering bermeditasi di Wat Chaeng. Hal ini membuat kuil tersebut semakin dihormati oleh rakyat. Kehadirannya menjadi penanda penting perjalanan sejarah Thailand pasca keruntuhan Ayutthaya.
3. Renovasi besar-besaran di masa Raja Rama II dan Rama III

Wat Arun mengalami transformasi besar ketika memasuki era Dinasti Chakri. Raja Rama II memulai proyek renovasi dengan memperindah struktur kuil agar lebih megah. Kemudian Raja Rama III melanjutkan pembangunan hingga kuil ini semakin kokoh dan indah.
Puncak renovasi yang paling terkenal adalah pembangunan menara utama atau prang setinggi sekitar 70 meter. Menara ini dihiasi porselen Tiongkok yang membuat Wat Arun tampak berkilau. Sejak saat itu, Wat Arun mulai dikenal sebagai Kuil Fajar yang memesona.
4. Arsitektur ikonik yang penuh makna

Salah satu daya tarik utama Wat Arun adalah arsitektur prang yang menjulang tinggi. Prang utama melambangkan Gunung Meru yang dalam kepercayaan Hindu Buddha dipercaya sebagai pusat alam semesta. Ornamen porselen berwarna-warni membuat menara terlihat indah, terutama saat matahari terbit.
Selain prang utama, ada pula empat menara kecil di sekitarnya. Keempatnya melambangkan dewa penjaga empat arah mata angin. Detail arsitektur ini menunjukkan betapa Wat Arun bukan hanya indah, tapi juga sarat makna filosofis.
5. Wat Arun sebagai ikon wisata dan budaya Thailand

Kini, Wat Arun bukan hanya tempat ibadah, tapi juga ikon pariwisata Thailand. Ribuan wisatawan dari seluruh dunia datang setiap tahun untuk menyaksikan keindahan kuil ini, terutama saat matahari terbit dan terbenam. Momen tersebut memberikan pemandangan yang spektakuler dan sulit dilupakan.
Selain itu, Wat Arun juga sering digunakan untuk perayaan budaya dan upacara keagamaan. Keberadaannya menegaskan bahwa Wat Arun tetap relevan, bukan hanya sebagai situs sejarah, tapi juga sebagai simbol identitas negara Thailand.
Kalau berkunjung ke Bangkok, jangan lupa sempatkan diri untuk melihat langsung megahnya Wat Arun. Siapa tahu kamu bisa merasakan energi spiritual yang sama seperti para raja Thailand di masa lalu.