Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Destinasi Wisata Dekat Rumah Jarang Jadi Pilihan Pertama

ilustrasi liburan di pantai (pexels.com/Oliver Sjöström)
Intinya sih...
  • Kurangnya rasa petualangan di destinasi dekat membuatnya dianggap biasa dan tidak menantang
  • Asumsi sudah pernah ke sana membuat banyak orang melewatkan pengalaman baru yang sebenarnya tersedia begitu dekat
  • Gengsi dan eksistensi di media sosial menciptakan standar bahwa traveling harus jauh agar terlihat keren

Destinasi wisata yang dekat dengan tempat tinggal sering kali hanya dijadikan opsi cadangan. Padahal, banyak dari tempat-tempat ini menyimpan potensi luar biasa yang sering kali terabaikan hanya karena lokasinya terlalu familiar. Di tengah tren traveling yang semakin mengedepankan eksistensi dan estetika media sosial, tempat-tempat lokal kerap dianggap tidak cukup menarik atau menantang.

Melihat fenomena ini, muncul pertanyaan: mengapa destinasi yang dekat jarang sekali masuk daftar prioritas saat merencanakan liburan? Pada ulasan ini, terdapat lima alasan utama di balik fenomena destinasi wisata dekat rumah jarang jadi pilihan pertama. Siapa tahu, setelah membaca akan ada keinginan untuk kembali menjelajahi tempat-tempat yang selama ini hanya dilewati.

1. Kurangnya rasa petualangan

ilustrasi liburan sederhana (pexels.com/Ajay Donga)

Banyak yang beranggapan bahwa petualangan hanya bisa ditemukan di tempat-tempat yang jauh dan asing. Sementara destinasi yang dekat dianggap terlalu biasa dan tidak memberikan sensasi eksplorasi yang menegangkan. Akibatnya, semangat untuk menjelajahi tempat sekitar pun menurun karena dianggap tidak menantang.

Padahal, rasa petualangan bukan hanya soal jarak, tapi cara melihat sebuah tempat. Terkadang, menyusuri jalan kecil di kota sendiri bisa memberikan pengalaman yang tak kalah seru dengan perjalanan jauh. Sayangnya, karena terbiasa melihatnya setiap hari, rasa penasaran pun memudar. Inilah yang membuat destinasi lokal jarang dipilih sebagai tujuan utama.

2. Asumsi sudah pernah ke sana

ilustrasi liburan di dekat rumah (pexels.com/Riccardo)

Salah satu kesalahan umum saat bicara soal destinasi lokal adalah menganggap sudah pernah mengeksplorasi semuanya. Banyak tempat yang hanya dilewati, bukan benar-benar dikunjungi dan dinikmati secara utuh. Ada perbedaan besar antara pernah lewat dan pernah mengunjungi.

Asumsi ini membuat banyak orang melewatkan pengalaman baru yang sebenarnya tersedia begitu dekat. Spot tersembunyi, cerita sejarah lokal, atau kuliner khas sering tidak disadari karena terlalu fokus pada hal yang dianggap baru. Padahal, destinasi lokal bisa menyimpan kejutan yang tidak kalah dari tempat wisata luar kota. Hanya saja, rasa ingin tahunya yang perlu dihidupkan kembali.

3. Gengsi dan eksistensi di media sosial

ilustrasi liburan di dekat rumah (pexels.com/Alex P)

Di era digital, gengsi kadang ikut menentukan arah tujuan liburan. Tempat yang jauh, eksotis, dan jarang dikunjungi dianggap lebih layak dipamerkan di media sosial. Hal ini menciptakan standar tidak tertulis bahwa traveling harus jauh agar terlihat keren.

Destinasi lokal pun kerap dianggap tidak cukup menarik secara visual atau eksistensial. Padahal, banyak tempat di sekitar rumah yang memiliki pemandangan menawan dan nilai budaya tinggi. Sayangnya, keindahan itu kalah pamor karena tak sepopuler tempat wisata di luar daerah. Akhirnya, potensi lokal terabaikan demi keinginan tampil berbeda di dunia maya.

4. Kurangnya variasi aktivitas

ilustrasi liburan di dekat rumah (pexels.com/cottonbro studio)

Sebagian besar pelancong mencari aktivitas yang unik dan menantang saat berlibur. Sayangnya, banyak yang menganggap destinasi dekat rumah tidak menawarkan cukup variasi kegiatan yang menarik. Kesannya monoton, hanya itu-itu saja.

Padahal, beberapa tempat lokal sering punya agenda rutin, festival budaya, atau hidden gem yang belum banyak diketahui. Kuncinya adalah menggali lebih dalam informasi seputar destinasi tersebut. Jika dilakukan riset dengan baik, ternyata pilihan aktivitasnya bisa cukup beragam dan menyenangkan. Namun karena persepsi awalnya sudah negatif, minat untuk mengeksplor pun jadi minim.

5. Bias persepsi, rumput tetangga lebih hijau

ilustrasi liburan jauh (pexels.com/Caroline Cagnin)

Fenomena ini sangat umum, tempat yang jauh selalu terlihat lebih menarik dibanding yang dekat. Ini bukan karena kualitas objek wisatanya, tapi karena efek yang disebut bias persepsi. Apa yang belum pernah dilihat sering kali dianggap lebih menarik hanya karena statusnya sebagai sesuatu yang baru.

Sebaliknya, tempat dekat rumah meskipun cantik dan menarik, akan terasa biasa karena terlalu sering terlihat. Padahal jika dilihat dari kacamata wisatawan luar, bisa jadi destinasi tersebut sangat memikat. Hanya karena merasa sudah tahu, rasa kagum pun hilang. Inilah yang membuat destinasi lokal kalah saing dari tempat yang belum tentu lebih baik.

Penyebab destinasi wisata dekat rumah jarang jadi pilihan pertama karena adanya pola pikir yang belum berubah, bukan berarti tempat tersebut kualitasnya kurang. Sebenarnya banyak keindahan, cerita, dan pengalaman menarik yang bisa ditemukan di tempat-tempat sekitar, asalkan mau membuka diri dan rasa ingin tahu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us