Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pendaki
ilustrasi pendaki (pexels.com/Bisesh Gurung)

Mendaki gunung merupakan aktivitas yang menantang sekaligus menyenangkan, namun juga menyimpan berbagai risiko yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Salah satu cara untuk menjaga keselamatan ketika berada di alam terbuka adalah dengan mengenali tanda-tanda bahaya yang mungkin muncul alam.

Sebetulnya telah memberikan sinyal sebelum terjadi hal-hal yang mengancam keselamatan, seperti longsor, cuaca ekstrem, hingga kehadiran hewan liar. Oleh sebab itu, perhatikan beberapa sinyal berikut ini yang menunjukkan bahaya di alam sehingga perlu diwaspadai ketika mendaki gunung agar tetap aman.

1. Perubahan mendadak pada cuaca dan awan gelap di puncak

ilustrasi awan gelap (unsplash.com/Paul Zoetemeijer)

Cuaca di gunung dapat mengalami perubahan sangat cepat dan salah satu sinyal bahaya yang paling umum adalah munculnya awan gelap tebal dan bergerak cara cepat menuju puncak. Awan tersebut pada umumnya disertai dengan angin dingin, kabut tebal, hingga penurunan suhu secara drastis yang menandakan hujan lebat atau badai akan segera datang.

Jika kamu melihat awan cumulonimbus yang mulai menggelap dari kejauhan, maka segera pertimbangkan untuk langsung turun atau mencari tempat perlindungan. Cuaca buruk di gunung bisa memicu potensi hipotermia, menyulitkan proses navigasi, hingga meningkatkan risiko sambaran petir.

2. Batu-batu yang longgar dan terdengar suara reruntuhan

ilustrasi pendaki (pexels.com/Maël BALLAND)

Pada saat mendaki di jalur yang curam atau tebing biasanya suara kerikil akan jatuh atau batu yang terlihat bergeser seolah menunjukkan bahwa kondisi tanah tidak stabil. Ini dapat menjadi peringatan dini akan terjadi potensi longsor atau batuan yang terlepas dari atas tebing.

Jangan pernah abaikan suara kecil sekali pun, sebab sering kali longsor kecil mendahului pergerakan tanah yang lebih besar. Jika memang kamu mendengar adanya suara retak tanah atau batu, maka segeralah menjauh dari area sekitar lereng atau mencari jalur alternatif yang lebih aman.

3. Jejak atau kotoran hewan buas di jalur pendakian

ilustrasi beruang (pexels.com/Janko Ferlic)

Keberadaan hewan liar seperti beruang, babi hutan, atau harimau kerap ditandai oleh jejak kaki besar, cakaran di pohon, hingga kotoran segar yang ditemukan di sepanjang jalur. Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa kamu sedang berada di area yang mungkin menjadi jalur perlintasan atau wilayah kekuasaan dari hewan tersebut.

Jika kamu melihat adanya sinyal-sinyal ini, maka sebaiknya hindari membuat suara keras atau membuka makanan beraroma kuat karena dapat menarik perhatian hewan tersebut. Lebih baik segera menjauh dari lokasi dengan langkah tenang dan waspada agar tidak sampai memicu konfrontasi yang dapat membahayakan diri.

4. Perubahan aroma udara atau bau gas belerang

ilustrasi pendaki (pexels.com/Eric Sanman)

Bau belerang atau aroma kimia yang tajam di area sekitar jalur pendakian dapat menjadi tanda adanya aktivitas vulkanik atau kebocoran gas dari bagian dalam tanah. Hal ini sangat penting untuk dikenali, terutama ketika mendaki gunung berapi yang aktif sebab gas beracun seperti belerang dioksida bisa membahayakan pernapasan.

Jika kamu mencium bau menyengat yang tidak normal, maka segera kenakan masker kain atau kain basah untuk menutupi hidung dan mulut, lalu cari lokasi dengan sirkulasi udara terbuka. Jangan pernah anggap remeh bau di area pegunungan sebab bisa menjadi pertanda awal dari letusan kecil atau keluarnya gas beracun yang dapat membahayakan diri.

Mendaki gunung memang penuh dengan petualangan, namun keselamatan tetap harus menjadi prioritas utama. Mengenali sinyal bahaya dari alam bisa menjadi penyelamat di tengah keterbatasan akses dan pertolongan di ketinggian. Tetap jaga keselamatan diri pada saat menikmati keindahan gunung!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team